Share

Bab 3 - Problem

“Kemarin gimana dianterin sama Kak Agarish?” tanya Tiara 

Aira mengerutkan keningnya, diantar oleh Agarish? Kapan? Aira tidak pernah merasa diantara oleh Agarish. Aira mencoba mengingat ngingat dan dia yakin bahwa dia tidak pernah diantara oleh kakak sepupu nya Gino. 

“Kapan? Gue gak pernah diantar sama Om itu,” tanya balik Aira 

“Om? Kok lo manggilnya Om sih? Dia tuh masih muda, kalau kata Gino 'Dia masih single dari bayi. Umurnya juga baru 25 tahun.” heran Tiara 

“Bukan kah penampilannya seperti om - om?” tanya Aira dengan polos 

Tiara membuka mulutnya tak percaya. Penampilan Agarish seperti om - om? Dari mana nya. Bahkan Tiara terpesona dengan tampannya seorang Agarish yang menggunakan pakaian formal, terlihat pesona yang semakin kuat. Tiara juga sering kali melihat Agarish muncul layar televisi. Dulu, Tiara sempat menyulai Agarish sebelum tahu bahwa Agarish adalah kakak sepupunya Gino. Gino sering menceritakan kakak sepupu nya yang dingin dan galak. 

“Om - om apanya? Penampilan dia tuh hot, Ra. Kaya sugar daddy gitu,” jawab Tiara 

“Gila pikiran lo. Udah lah ngapain bahas itu? Oh iya, pertanyaan gue belum di jawab. Kapan gue diantar sama Om itu?” tanya Aira 

“Kemarin.” 

Aira mengerutkan keningnya. Apakah kemarin yang mengantarkan Aira adalah Agarish? Kemarin Aira bangun dirinya sudah berada di ruang tamu rumahnya. Aira yakin bahwa dirinya diantar oleh Gino dan Tiara, mana mungkin sama kakak sepupu nya Gino? Tapi jika benar... 

“Jangan bilang-” 

“Iya, yang kemarin nganterin lo itu Kak Agarish bukan gue.” potong Tiara

“TIARAAAA! GILA YA LO!” jerit Aira tiba tiba saja 

Tiara terlonjak kaget, “Astagfirullah. Lo nih apa apaan sih main teriak teriak aja, berisik tau! Untung gak ada guru.” tutur Tiara 

“Ti, lo gak mikirin gue apa? Gimana kalau gue di apa apain sama dia? Gue aja khawatir sama lo, kok lo gak sih,” protes Aira 

“Kata Gino, Kak Agarish itu suka sama yang dewasa. Jadi dia gak akan mungkin apa apain lo, toh gak ada yang menarik dari tubuh lo,” ejek Tiara 

“Maksud lo, gue tepos gitu?” 

Tiara mengangguk, “Iya, lo kan tepos.” 

Aira berdecak lidah, sebal. “Badan gue emang tepos, tapi banyak cewek yang mau badannya seperti gue. Bye! Gue mau ke lab.” sombong Aira 

Tiara langsung memegang tangan Aira. “Lo mau ngapain ke lab?” 

“Bulan depan gue ada lomba di Tanggerang, jadi Pak Rian nyuruh buat latihan di lab.” jawab Aira 

“Lo sendiri atau sama team?” tanya Tiara 

“Sama team. Seperti biasa, gue, Raffi dan Bintang.” 

“Bukannya kalau udah kelas dua belas udah dilarang ikut olimpiade?” 

“Iya, tapi Pak Rian nyuruh gue sama team buat ikutan olimpiade yang ini sama nanti dua bulan lagi. Setelah itu, gue sama team gak akan ikutan olimpiade lagi.” 

Tiara mengangguk. “Yaudah sana,” 

“Jangan pacaran terus sama Gino. Awas juga kalau macam macam,” 

Tiara berdehem pelan

“Bye!” 

*****

Sudah satu jam lebih Aira berada di lab dengan ditemani soal soal fisika yang ada di hadapannya. Dia menghela nafas panjang, akhirnya 100 soal sudah ia kerjakan. Aira lelah, bahkan otaknya ingin pecah. Soalnya begitu sulit. 

“Ra, udah?” tanya Bintang yang duduk nya jauh di belakang Aira. 

Posisi duduk mereka sangat berjauhan. Raffi duduk di bangku depan, Aira duduk di bangku tengah dan Bintang di pojok belakang. Sengaja mereka duduk berjauhan supaya lebih fokus dan tenang. 

Aira membalikkan badannya, dia mengangguk. “Udah, kalau lo?”

Bintang menggelengkan kepalanya, “Masih 30 soal lagi,” 

“Satu soal lo habiskan berapa menit?” 

“Tergantung, kalau mudah langsung jawab. Kalau cukup sulit, mungkin 2 menitan kalau susah banget 3 atau 4 menitan.” jawab Bintang 

Aira berjalan menuju bangku belakang, dia duduk di sebelah Bintang. “Lo dapet soal matematika?” 

Bintang mengangguk lemah

“Gue ambil 10 soal, selanjutnya lo yang kerjain.” tegas Aira dia langsung mengambil kertas soal 

Aira mengerjakannya dengan teliti. Jari lentik itu dengan lincah mencoret kertas kosong. Tidak membutuhkan waktu lama, dalam 15 menit Aira sudah menjawab 10 soal. 

“Udah. Lo tinggal berapa lagi?” tanya Aira 

“Sepuluh,” 

“Yaudah, kerjakan. Gue mau ke pak Rian, ngasih soal ini,” 

Bintang mengangguk, “Makasih, Aira.” ucap Bintang tulus 

Aira berjalan mendekat ke arah Raffi. “Fi, berapa soal lagi?” 

Raffi mendongak, “Sedikit lagi, em... Delapan. Lo cepet ke Pak Rian,” 

Aira mengangguk, dia berjalan keluar. 

Aira itu adalah ketua dari team olimpiade ini. Alasan mereka memilih Aira untuk menjadi ketua adalag karena kesolidaritasan Aira yang tinggi, jiwa gotong royongnya juga bagus, Aira selalu menolong dan membantu anggota nya yang belum selesai. Dan juga karena kecerdasan Aira, Aira memiliki kecerdasan di atas rata rata, maka dari itu mereka memilih Aira sebagai ketua mereka di team ini. Tidak lupa, Aira juga sangat adil. 

Aira berjalan di koridor yang sepi, karena jam pembelajaran sedang berlangsung. Aira membelokan langkahnya menuju lorong namun...

Brughhh 

“Shittt!” umpat Aira 

Seorang pria tinggi yang menggunakan pakaian formal menabraknya dan menjatuhkan minuman yang ada di tangannya, membuat kertas yang di tangan Aira basah dan sobek. Aira mendongak menatap pria itu. Agarish. Pria menyebalkan itu. 

Agarish terkejut, namun dia bisa mengontrol ekpresi wajahnya. Dia yang berniat ingin minum di botol yang dia bawa, tapi seorang gadis kecil menabraknya membuat minumannya jatuh di atas kertas yang dibawa gadis itu. Agarish menatap lantai dimana minumannya yang tidak jadi diminum. Tapi, Agarish lebih terkejut melihat gadis yang tidak sengaja menabrak, dia Aira temannya Gino. 

“Lo! Dasar om - om! Lo gak punya mata?!” bentak Aira terbawa kesal menatap soal yang dikerjakannya hancur 

Aira langsung berjongkok, memungut kertas yang basah dan sobek. Dada Aira naik turun, dia benar benar sangat kesal. 

“Tidak sopan sekali kamu. Saya bisa ngeluarin kamu dari sekolah ini?!” balas Agarish dengan nada yang dingin

Air mata Aira turun, entah mengapa. Melihat 100 soal yang dia kerjakan, kini tulisannya tidak terbaca dan lagi kertasnya sobek. Rasanya, Aira dijatuhkan ke lautan terdalam. 

“Gue gak peduli. Gue gak suka sama lo. Ah! Sialan lo om - om gila.” maki Aira 

Agarish bingung, dia melihat Aira menangis dan memaki nya. Tapi dia juga kesal, gadis itu memaki nya, tidak sopan. Dia tidak tahu siapa Agarish. 

“Sialan gadis ini.” kesal Agarish 

“Hey! Hey! Ada apa ini? Ken- Halo, selamat siang Pak Agarish, maaf ini ada apa? Dan, Aira mengapa kamu menangis?” Bu Rasi, guru yang terkenal galak kini terlihat baik dan tunduk kepada Agarish. 

“Bu, dia bikin soal dan jawaban saya jadi basah dan sobek.” adu Aira sesekali terisak 

“Dia berani sekali mengumpat saya dengan kasar. Dan, saya ingin menindak lanjut permasalahan ini. Ini soal sopan santun, jika satu murid saja seperti ini sikapnya, bagaimana dengan murid lain? Saya bisa menarik semua uang saya.” tegas Agarish

Bu Rasi terkejut, dia seketika panik. “Ah, maaf Pak Agarish ini permasalahan nya gimana? Bisa diceritakan?” 

“Gadis ini menabrak saya membuat minuman saya tumpah, lalu memaki dengan kasar. Apakah itu sopan?” nada Agarish terdengar sinis 

“Mari Pak Agarish dan Aira kita berbicara di ruang BK saja, karena takut ada murid yang terganggu.” ajak Bu Rasi

*****

Aira mengusap jejak air mata di pipinya, dia yakin dihidungnya memerah. Aira menatap Agarish yang duduk di hadapannya dengan sinis. Menyebalkan. 

“Bu, dia yang numpahin minumannya ke kertas saya, kerta saya jadi rusak, tulisannya gak ke baca dan sobek.” adu Aira kepada guru BK. Bu Ismi, dia selaku guru BK kelasnya. 

“Heh! Harusnya kamu yang minta maaf kepada saya karena menabrak saya dan membuat minuman saya tumpah.” 

“Berapa harga minumannya, hah? Gue ganti.” sahut Aira dengan nada yang keras 

“Liat, dia memiliki prilaku yang tidak sopan. Saya ingin dia keluar dari sekolah kalau dia tidak meminta maaf kepada saya. Jika dia tidak meminta maaf dan kalian mempertahankan dia, saya akan tarik donasi saya. Saya memiliki alasan kuat untuk melakukan ini.” tegas Agarish dengan angkuh 

Brak! 

Aira menggebrak meja, lalu dia berdiri dari duduknya. “Alasan apa yang lo punya, untuk ngeluarin gue?” 

Bu Ismi yang duduk di sebelah Aira, dia berdiri dan menyuruh Aira tenang, lalu menuntun Aira untuk duduk kembali. 

“Karena kamu tidak sopan. Saya donatur terbesar di sekolah ini.” jawab Agarish 

Bu Ismi mengelus lengan Aira, “Aira, ibu mohon, kamu minta maaf kepada Pak Agarish atas kelakuan kamu yang kurang sopan ini. Ini hanya soal saja kan? Tidak perlu dibesarkan. Kamu bisa mengerjakan ulang.” 

Aira melepaskan tangan Bu Ismi yang mengelus tangannya. Aira tersenyum sinis, tatapan dingin dan tajam bisa Agarish lihat. Gadis itu menyeramkan ketika tatapan menajam. 

“Seperti ini kah? Ibu lebih memilih uang dibanding keadilan? Ya, saya akui dia memiliki uang. Dia donatur terbesar disini. Tapi-” 

“Aira, yang kamu masalahkan itu soal kamu yang sobek ini sedangkan Pak Agarish memasalahkan sopan santun kamu. Pak Agarish benar, kamu salah Aira.” potong Bu Ismi

Brak! 

Aira menggebrak meja dengan sangat keras. Satu hal yang Aira tidak suka, ketidakadilan. Aira bisa saja meminta maaf kepada Agarish karena menabraknya, meskipun itu bukan sepenuhnya kesalahannya. Agarish juga salah, karena minum sambil berjalan, jadi dia tidak fokus dengan jalannya. 

Yang menjadi masalah Aira adalah keadilan untuknya. Dia mengerjakan soal Fisika 100 soal itu bukanlah hal mudah, Aira bekerja keras untuk mengerjakannya. Tidak semua orang mampu mengerjakan soal ini dengan waktu 1 jam. Aira tidak sombong, tapi dia menyadari kemampuan otaknya. 

“Ibu pikir ini soal biasa? Ini adalah soal latihan untuk olimpiade saya. Saya mengerjakan 100 soal ini dengan waktu satu jam. Saya berusaha sebisa mungkin, sekuat mungkin dan menekan pikiran saya untuk melakukan ini. Dan ibu meremehkan ini hanya karena dia donatur terbesar. Saya yakin, ibu saja belum tentu mampu mengerjakan ini dengan waktu 1 jam. Bukan saya sombong, tapi saya mengakui kemampuan saya. Mungkin menurut ibu ini tidak berharga, tapi bagi ini sangat berharga. Satu soal yang saya kerjakan, itu sangat berharga bagi saya.” 

“Pak Rian saja memeriksa kertas ini, butuh waktu berjam jam. Bukan kah sudah terbukti bahwa soal ini sulit. Apakah ibu pernah mikir, bagaimana saya mengerjakan soal ini dengan waktu 1 jam? Bagaimana saya menekan otak saya? Mikir gak bu?! Gak kan, ya pasti, yang ibu pikiran derajat seseorang.” 

“Oke, saya mengakui sifat saya yang kurang sopan. Tapi, mana keadilan yang saya dapat? Mana tanggung jawab dia. Oke saya akan minta maaf ke bapak donatur ini, asalkan dia mengerjalan soal saya dengan waktu tepat 1 jam. Bahkan, saya mau berlutut di kaki dia kalau dia bisa mengerjakan soal ini 1 jam.” 

“Aira-” belum sempat Bu Ismi mengeluarkan kalimatnya, pintu ruang BK terbuka menampilkan Pak Rian yang ditangannya memegang beberapa lembar kertas 

“Eh, maaf Bu Ismi dan Pak Agarish saya mengganggu. Saya mau nagih latihan soal olimpiade kepada Aira, karena tadi saya bertanya kepada Bintang dan Raffi mereka menjawab kalau Aira sudah terlebih dahulu menyelesaikan soalnya. Tapi saya belum menerima soal dari Aira, terus saat saya tanya kepada seorang siswi, dia menjawab kalau Aira masuk ke ruang BK.” jelas Pak Rian, “Jadi Aira, mana soal latihanmu? Bapak mau periksa,” tagih Pak Rian

“Pak Rian, saya mau tanya. Berapa lama bapak memeriksa 100 soal latihan ini?” tanya Aira

Pak Rian terdiam, dia memikirkan nya terlebih dahulu. “Sekitar 2 jam lebih, kenapa Aira?” 

Aira tersenyum sinis kepada Bu Ismi, Agarish bisa melihat kilatan amarah di mata gadis itu. “Dengar kan Bu?” sinis Aira 

Pak Rian mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti dengan ucapan Aira yang sinis. “Maaf, Aira ini ada apa?” 

“Pak Rian silahkan duduk,” ucal Bu Ismi 

Pak Rian duduk, barulah Bu Ismi menjelaskan permasalahan nya, kening Pak Rian mengerut, lalu dia menatap Aira dan mengangguk pelan. 

“Maaf Pak Agarish, bukan saya tidak sopan kepada anda, tapi ini tidak sepenuhnya salah Aira. Maaf sekali lagi, Pak Agarish juga salah dalam masalah ini. Dan saya mewajarkan Aira marah, karena soal yang saya berikan untuk peserta olimpiade itu bukan soal biasa, tapi itu sulit. Saya saja sebagai guru mengagumi Aira yang bisa menjawab soal dengan waktu 1 jam, bukan kah itu hebat Pak? Tapi, saya juga tidak membenarkan sifat Aira yang kurang sopan ini.” ucap Pak Rian 

Agarish terdiam. Dulu saat jaman sekolah, Agarish bukanlah murid yang pandai di semua pelajaran. Dulu dia mengambil jurusan IPS, karena dia tidak suka dengan pelajaran fisika, kimia, biologi. Dia tidak ingin bertemu dengan pelajaran itu. Ya, Agarish salah. 

“Minuman bapak yang tumpah kan? Berapa harga minumannya, saya akan ganti. Sejuta? Dua juta?” 

“Bisa tinggalkan saya berdua dengan Aira?” tanya Agarish kepada Pak Rian dan Bu Ismi

Pak Rian dan Bu Ismi saling melempar tatapan, lalu mereka mengangguk dan keluar dari ruang BK

Agarish berdiri dari duduknya, dia mendekat ke arah Aira. Agarish berdiri dihadapan Aira, “Air, mari kita bicara,” ajak Agarish

Aira menatap Agarish, “Bicara apa? Lo udah sadar kesalahan lo?” 

Agarish mengangguk, “Mari kita duduk, kita bicarakan dengan kepala dingin.” 

Aira duduk, begitupun Agarish dia duduk di sebelah Aira

“Air, saya yang salah. Saya terbawa emosi ketika kamu memaki saya, maafkan saya. Saya juga salah karena tidak mendengar penjelasan kamu, Air. Maafkan saya, Air.” ucap Agarish 

Aira menghela nafas, “Berapa yang perlu saya ganti untuk minuman yang tumpah?” 

“Air, tidak perlu. Saya yang salah,” 

“Kalau begitu, salin soal saya. Jawabannya harus lengkap, dan persis.” 

“Air...” 

Aira sedikit menggeser tubuhnya, dia memejamkan matanya. Aira menstabilkan emosinya, “Yaudah, Om gapapa,” 

Agarish tersenyum tipis, Aira sudah tidak menggunakan 'Lo - gue' lagi. Dia sudah memanggil dengan 'om' lagi meskipun Agarish tidak nyaman dengan panggilan itu. 

“Bisa manggil saya dengan sebutan lain selain Om?” 

Aira terdiam, “Kakak?” 

“Itu lebih baik.” 

Aira berdehem. 

Ternyata, Aira tak semenyebalkan yang dia kira. Gadis itu baik. Namun dia memiliki sifat yang tidak mau mengalah. Emosi nya juga gampang sekali menurun, terbukti. Tatapan gadis itu sudah kembali, tatapan teduh yang membuatnya suka menatapnya. 

“Mari kita keluar,” ajak Agarish

Aira mengangguk, dia berdiri dan berjalan keluar dari ruang BK, diikuti oleh Agarish. 

“Sudah selesai, Pak?” tanya Bu Ismi

Agarish mengangguk 

Bu Ismi menatap Aira, tapi Aira memalingkan wajahnya membuat Bu Ismi merasa bersalah. 

“Pak Rian, apakah masih ada soal latihan yang tadi? Saya mau minta,” tanya Aira 

Pak Rian mengangguk, “Saya masih simpan data nya di laptop, nanti saya akan print. Kamu mau ngerjainnya besok?” 

Aira menggelengkan kepalanya, “Enggak, Pak. Sekarang aja,” 

“Tapi Aira, sebentar lagi bel pulang berbunyi.” 

“Tidak apa apa. Bapak disekolah sampai jam berapa?” 

“Saya masih ada urusan, jadi pulang nya jam 5 sore.” 

Aira mengangguk, “Saya pastikan sebelum jam 5 soalnya udah ada dibapak,” 

“Kamu yakin?” 

Aira mengangguk 

“Baiklah,  saya print dulu. Tunggu dulu ya,” Pak Rian pamit untuk ngeprint soal. 

Bu Ismi menatap Aira, “Aira-” 

Belum selesai mengucapkan kalimatnya, Aira terlebih dahulu melangkahkan kaki untuk meninggalkan Bu Ismi dan Agarish. 

“Bu Ismi, saya permisi.” pamit Agarish 

Bu Ismi mengangguk

Agarish menyusul Aira. Dia ikut duduk di bangku koridor saat melihat Aira duduk di sana sendirian 

“Ngapain kesini?”

“Saya akan temani kamu sampai selesai mengerjakan soal.” 

“Gak perlu,”

“Kamu masih marah?”

“Gak Om,” 

“Kak,” koreksi Agarish 

Aira hanya berdehem 

“Aira, ini soalnya,” celetuk Pak Rian, “Eh ada Pak Agarish, ada apa Pak?” 

“Saya akan temani Aira disini,” 

Pak Rian mengangguk, “Baik, Pak. Yaudah saya permisi, oh iya, Aira nanti soal latihannya simpen aja ya di meja kalau sama gak ada di ruang guru,” pesan Pak Rian 

“Baik Pak,” 

Pak Rian melangkahkan kaki nya untuk kembali ke ruang guru. 

“Om ngapain ikut?” heran Aira 

“Kakak,” 

Aira mengangguk, “Iya, Kak Aga ngapain ikut?” 

“Temenij kamu, sebagai bentuk pertanggung jawaban saya.” 

“Gak usah.” tolak Aira 

“Tapi saya pengin.” kekeh Agarish 

“Kalau aku bilang gak usah ya gak usah, ngerti gak sih? Keras kepala banget kalau dibilangin. Udah sana! Pasti kamu banyak kerjaan.” 

“Saya bisa cancel semua urusan saya.” 

“Keras kepala.” 

“Biarin.”

“Jangan ikutin aku, aku males nanti kamu bikin masalah lagi.”

Agarish terdiam, menatap punggung Aira yang menjauh dari pandangannya. 

****

Jangan lupa vote and comment ya terimakasih sudah membaca

Ig : rahmakmr22

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status