Rumah Bintang cukup jauh dari rumah Aira, rumah Bintang berada di sebuah pendesaan. Setelah Bintang mengirim alamat rumah nya kepada Aira, Aira segera siap siap.
Setelah dirasa sudah siap, Aira segera memesan ojek online. Tak lama kemudian, ojek online pun sudah datang.
“Dengan Mba Aira?” tanya nya
Aira mengangguk, “Benar Mas,”
“Ke jalan Angga Direja ya Mba?”
Aira mengangguk lagi
“Di pake Mba helm nya, biar selamat sampai tujuan.”
Aira menerima nya, lalu memakainya. Aira naik ke atas motor matic itu dan motor pun mulai melaju dengan kecepatan sedang.
“Semalam hujan ya Mba, jadi jalannya cukup licin. Harus extra hati hati ini mah,” ucap nya
“Iya Mas, tapi saya gak tau soalnya udah tidur.”
Driver ojol pun terkekeh pelan
“Astagfirullah!” pekik Driver ojol membuat Aira kaget
“AAAAA!”
Brug!
Aira jatuh dari motor. Tubuh bergelinding menuju tengah jalan, untung saja semua pengedara langsung menghentikan kendaraannya.
Jalan yang licin membuat salah satu pengedara sulit mengendalikan kendaraannya, titambah kecepatannya yang diatas rata - rata. Sehingga motor itu terjatuh dan menabrak motor yang ditumpangi Aira.
Aira meringis, merasakan perih di tubuhnya. Dia membuka matanya perlahan, orang orang berkerumun dan mengehampiri para korban termasuk dirinya.
“Ada apa ini? Kenapa tiba tiba macet?” tanya Agarish kepada supirnya, Aji.
“Kayaknya ada kecelakaan deh Pak, soalnya saya liat di depan banyak kerumunan.” jawab Aji
Agarish mengangguk, tapi dia berdecak lidah. Agarish ada pertemuan dengan salah satu kliennya siang ini, tapi mungkin karena macet ini akan menyebabkan dia telat.
“Saya mau liat, kamu disini.” ucap Agarish lalu keluar dari mobilnya
Aji mengangguk. “Nggeh, Tuan.” balas Aji
Agarish keluar dari mobilnya. Dia berjalan untuk menghampiri kerumunan itu. Agarish cukup terkejut karena banyak sekali korban, seperti nya ini adalah kecelakaan beruntun antara pengendara roda dua.
“Permisi Pak, ini ada apa ya?” tanya Agarish
“Kecelakaan Mas. Jalanan licin, awalnya pengedara itu yang jatuh tapi motornya kena ke salah satu driver ojol yang itu, terus itu korban-”
“Astaga, Aira!” belum sempat mendengar dengan jelas penjelasan dari pria itu. Agarish segera menghampiri Aira.
Agarish sedikit menggeser orang orang yang menghalangi jalannya. Agarish terkejut dengan keadaan Aira yang duduk di atas aspal dan tubuhnya banyak sekali goresan goresan luka.
“Aira!” panggil Agarish
“Mas kenal adek ini?” tanya salah satu ibu - ibu yang mengerumuni Aira
Agarish mengangguk
“Cepat bawa ke rumah sakit Mas, ambulance datang nya lama. Kondisi adeknya udah lemah banget,” tutur nya
Agarish berjongkok, dia melepaskan helm yang ada di kepala Aira. Agarish terkejut dengan darah yang mengalir dari kening Aira. Tanpa berpikir panjang, Agarish segera menggendong Aira, menerobos kerumunan dan membawa Aira ke mobilnya.
“Aji, buka pintu mobil!” perintah Agarish
Aji segera keluar dari mobilnya, dan membuka pintu belakang mobil. Agarish segera masuk dan mendudukan Aira dengan posisi nyaman supaya Aira tidak kesakitan.
“Om...” panggil Aira lirih
Agarish menatap Aira, mata itu terlihat sayu seperti menahan kesakitan. Agarish tidak mendengar tangisan dari bibir Aira membuatnya semakin panik.
“Saya Agarish. Kamu ingat?” tanya Agarish
Aira memejamkan mata nya, lalu mengangguk pelan.
“Mana yang sakit?” tanya Agarish lagi
“Semua nya.” adu Aira
Agarish mengerutkan keningnya, dia sangat khawatir dengan keadaan Aira. Apalagi darah di keningnya terus bercucuran.
“Aji tidak bisa kah kita putar balik? Saya harus bawa Aira kerumah sakit.” pinta Agarish
“Baik Pak.” jawab Aji
Dia segera memutar balikkan mobilnya dan melaju dengan kencang menuju rumah sakit. “Pak itu kaki Neng nya coba dilurusin, biar gak terlalu sakit.” saran Aji
“Air-”
“Gak perlu Om,” potong Aira
Agarish mengangguk, dia mengelus tangan Aira. “Saya percaya kamu kuat. Jadi tahan ya? Sebentar lagi kita sampai rumah sakit.”
Aira menyimpan kepala nya di pundak Agarish untuk bersandar. “Takut Om...” rengek Aira
“Gakpapa, dari pada luka mu gak di obati. Ada saya, saya temani kamu.” Agarish berusaha untuk menenangkan Aira
“Sakit...”
“Tahan ya, sebentar lagi. Aji lebih cepat.”
“Iya Pak!”
Mobil pun telah sampai di rumah sakit. Agarish segera menggendong Aira dan masuk ke dalam rumah sakit.
“Suster, tolong!” pinta Agarish
Perawat itu segera membawa brankar Untuk Aira. Agarish menidurkan Aira di atas brankar dengan pelan dan hati hati, takut membuat Aira kesakitan.
Agarish mengikuti para perawat yang mendorong brankar. Aira di bawa ke UGD.
“Boleh saya ikut?” pinta Agarish
“Suster, mohon, biar Om ini ikut.” lirih Aira
“Baik Pak, silahkan.” ucap perawatnya
Aira memegang tangan Agarish dengan erat, Agarish tahu Aira saat ini sedang ketakutan.
“Dek, saya impus ya? Ini gak sakit kok.” ucap perawat itu
Aira menatap Agarish dengan tatapan berkaca kaca. Agarish menutup wajah Aira dengan telapak tangannya yang besar, “Gak usah diliat, kalau takut. Ini gak sakit, tahan ya?” pinta Agarish dengan lembut
Setelah di impus, dokter pun datang diikuti oleh perawat yang membawa beberapa alat untuk membersihkan luka.
“Saya cek dulu kondisi nya ya, maaf.” Dokter menempelkan stetoskop ke dada Aira. “Alhamdulillah, tidak ada yang parah ya. Hanya luka sedikit, coba saya liat mata nya.”
Dokter mengarahkan senter ke mata Aira. “Gakpapa ya, gak ada luka serius. Hanya luka ringan saja. Tapi kalau mau lebih lanjut, coba untuk di rontgen biar tahu, kalau adek nya gak ada luka dalam.” jelas Dokter
Agarish mengangguk. “Iya Dok,”
“Saya permisi ya. Suster, bersihkan luka nya, ketika impusannya habis, boleh pulang.” perintah dokter itu
“Baik Dok,”
Aira semakin mengeratkan pegangan tangannya ketika perawat itu mulai membersihkan luka nya, sesekali Aira meringis kesakitan.
“Om, sakit,” adu Aira
Agarish mengelus wajah Aira, dia sedikit tersenyum. “Hanya sebentar, tahan ya? Kamu kuatkan?”
Aira menahan tangisannya. Agarish yang mengerti kondisi Aira pun, dia mengelus rambut Aira, sedikit menepuk nepuknya untuk memberi ketenangan. “Nangis aja, suster nya gak akan marah kalau kamu nangis.” ujar Agarish
“Maluuu,” cicit Aira pelan
Agarish terkekeh, “Gak usah gengsi, ayo nangis wajah mu me merah kalau menahan tangisan.”
Air mata Aira mulai jatuh, Aira menangis tanpa suara.
“Saya liat keningnya ya,” izin perawat ketika ingin membesihkan luka di kening Aira
“Shhhh sakit.” ringis Aira
“Tahan, sebentar lagi. Nah udah,” ucap perawat itu lalu membereskan alat alatnya. “Nanti saya kesini lagi ya kalau impusannya udah habis. Saya permisi,” pamitnya
Aira melepaskan pegangan di tangan Agarish. Aira memejamkan mata nya lelah.
“Capek ya? Tidur aja, saya temani kamu.” tebak Agarish
“Makasih Om, udah nolongin aku.” ucap Aira
Agarish mengangguk. “Tidur ya? Kamu butuh istirahat. Nanti kita ngobrolnya.”
“Om, kalau mau pergi, pergi aja. Tapi tolong teleponin Bi Iin, ponsel aku mana?” tanya Aira
“Stt udah, barang barang mu aman di saya. Sekarang kamu istirahat, cairan impusan mu cukup banyak. Jadi tidur, saya temani.” perintah Agarish
Aira terdiam, Agarish baik dan dia salah menilai Agarish. “Terimakasih Om,”
“Iya, tidur!” Agarish sedikit membentaknya karena Aira sangat keras kepala
Bersambung
Jangan lupa follow i* ku ya @rahmakmr22 dan @rahmakomar22
Maaf ya atas kecerobohan dan keteledoran aku jika cerita ini banyak typo. Semoga kaliat menimakmati nya.
Selamat membaca “Tadinya aku mau kerumah Bintang buat bantu dia ngerjain tugas, tapi karena kecelakaan itu kayak nya aku gak bisa kerumah Bintang deh.” jelas Aira “Ya memang gak bisa!” sewot Agarish Aira tersentak kaget, dia menatap tajam Agarish. “Ya biasa aja dong! Aku kan cum- eh aku belum ngabarin Bintang kalau aku gak bisa kerumah nya. Mana ponsel ku?” tagih Aira “Dimobil. Pakai ponsel saya,” Agarish menyodorkan ponsel yang berlogo apple keluaran terbaru. “Tapi aku gak inget nomber nya,” Agarish membuang nafasnya. Dia mencari nomber Aji untuk menelfon nya. “Antarkan ponsel yang tertinggal di mobil ke UGD.” suruh Agarish ketika sudah tersambung dengan nomber Aji “Iya Pak, sebentar lagi saya kesana.” balas Aji Agarish memutuskan sambungan telefonnya. Dia menyimpan kembali ponsel nya di kantung celana nya. “Sebentar lagi supir saya akan ant
Selamat membaca.... "Neng Air, gimana keadaannya?" tanya Bi Iin Bi Iin adalah pembantu di rumah Aira. Biasanya, Bi Iin akan datang kerumah Aira hari senin, rabu dan minggu untuk membersihkan rumah Aira. Pekerjaan Bi Iin tidak full, karena ini kemauan Aira sendiri. Tapi karena tadi Bi Iin ditelefon oleh majikannya, bahwa Aira kecelakaan dan meminta Bi Iin untuk merawat Aira. Akhirnya Bi Iin memutuskan untuk tinggal bersama Aira, mengurus gadis itu. "Aku gakpapa Bi. Disuruh Ayah ya? Maaf ya ngerepotin Bibi." balas Aira Bi Iin tersenyum, layaknya seorang Ibu yang menenangkan perasaan anaknya. "Ish bicara apa si Neng nih. Kan harusnya emang gini, Bibi yang jaga Neng. Pokoknya sekarang Bibi yang ngurus keperluan Neng semua nya. Ayah sama Bibi khawatir denger keadaan Neng," Aira tersenyum, "Makasih Bi." Bi Iin sudah bekerja puluhan tahun dengan kel
Selamat membaca. “Tiara!” Tiara menghentikan langkahnya ketika seorang pria memanggilnya. Dia Raffi, temannya Gino. Raffi berlari menuju Tiara. “Apa?” “Lo udah denger belum kalau Aira kecelakaan?” tanya Raffi Tiara membulatkan matanya, “Jangan bercanda lo. Mana ada Aira kecelakaan, kemarin pagi gue kerumah dia. Ngaco lo!” sewot Tiara Raffi menghembuskan nafasnya, “Gue denger dari Bu Ratna sama si Gino sih. Katanya, Kakak nya si Gino yang nolongin Aira.” “Kakaknya? Siapa? Oh Agarish. Hah? Agarish? Masa iya? Tapi Gino gak bilang apapun ke gue.” “Si Gino lagi di kantin. Biasalah.” ucap Raffi Kebiasaan Gino adalah ketika dia datang kesekolah, dia tidak langsung ke kelas, tapi dia akan pergi ke kantin untuk memborong seluruh permen karet kasukaannya. “Lo
Aira Albilqis, lebih akrabnya sering di panggil dengan Aira. Gadis remaja itu, kini berusia 18 tahun. Saat ini, dia duduk di bangku SMA kelas XII IPA - B. Aira hidup hanya berdua dengan sang Ayah. Ibu nya meninggal ketika melahirkannya, karena pendarahan yang hebat membuat nyawa nya tidak tertolong. Walaupun hanya berdua, Aira bersyukur, meski pekerjaan yang membuat Ayah nya jauh dari Aira.Alan — Ayahnya Aira, pria itu tinggal di Wellington. Karena ada projek yang dia kerjakan membuat nya tidak bisa pulang ke tanah air, dia akan pulang beberapa bulan sekali untuk menjenguk Aira.Jika membahas soal fisik, Aira termasuk golongan cewek cantik disekolahnya. Wajahnya yang manis dan cantik, menurun dari mendiang Ibu nya. Ditambah, tatapan yang begitu sendu yang membuat siapapun merasa tenang ketika melihatnya. Hampir satu sekolah tahu Aira, selain cantik, gadis itu juga terkenal dengan kepintarannya. Dia sering kali mengikuti olimpiade, sudah
“Kak Agarish?!”Ya, pria yang berada di hadapan Aira adalah Agarish Sadajiwa Yaksa. Seorang pengusaha muda, yang nama nya sedang terkenalnya di majalah bisnis. Ditambah, wajahnya sering muncul di layar kaca. Menampilkan kesuksesan yang di raih Agarish diusia muda.Agarish dan Aira menatap Gino yang berdiri sedikit jauh dari mereka. Gino melangkahkan kaki ke arah mereka“Lo ngapain disini, Kak?” tanya Gino“Orang tua lo nyuruh gue buat ngecek lo, takutnya lo aneh aneh dirumah. Ternyata, lo bener ngelakuin aneh aneh sampai bawa cewek gila ini kerumah.” jelas AgarishAira yang mengerti yang dimaksud pria itu bahwa cewek gila itu adalah dirinya. “Eh! Enak aja bilang gue cewek gila. Gur waras ya!” sewot AiraAgarish menjitak kening Aira, “Gak sopan ke saya. Saya lebih tua dari kamu.” tegur Agarish“Nahkan nyebelin. Tadi Gino manggil dia pa
“Kemarin gimana dianterin sama Kak Agarish?” tanya TiaraAira mengerutkan keningnya, diantar oleh Agarish? Kapan? Aira tidak pernah merasa diantara oleh Agarish. Aira mencoba mengingat ngingat dan dia yakin bahwa dia tidak pernah diantara oleh kakak sepupu nya Gino.“Kapan? Gue gak pernah diantar sama Om itu,” tanya balik Aira“Om? Kok lo manggilnya Om sih? Dia tuh masih muda, kalau kata Gino 'Dia masih single dari bayi. Umurnya juga baru 25 tahun.” heran Tiara“Bukan kah penampilannya seperti om - om?” tanya Aira dengan polosTiara membuka mulutnya tak percaya. Penampilan Agarish seperti om - om? Dari mana nya. Bahkan Tiara terpesona dengan tampannya seorang Agarish yang menggunakan pakaian formal, terlihat pesona yang semakin kuat. Tiara juga sering kali melihat Agarish muncul layar televisi. Dulu, Tiara sempat menyulai Agarish sebelum tahu bahwa Agarish adalah kakak se
30 menit sudah berlalu. Aira menatap soal yang ada di hadapannya, soal itu sudah selesai ia kerjakan. Aira tidak butuh waktu yang lama, dia hanya butuh mengingat jawaban jawaban tadi dan mengoreksi jawaban yang ragu. Aira yakin pasti jawaban yang tadi dan sekarang sama, mungkin ada beberapa yang berbeda. Bel pulang sudah berbunyi dari 15 menit yang lalu, Aira merapikan soal dan jawaban jawabannya untuk menjadi satu. Aira memasukkan pensil nya ke dalam saku rok nya. Aira tidak langsung keluar, dia duduk menghela nafas lelah. Pikirannya benar benar capek, Aira menjawab 200 soal. Aira capek. Dia ingin istirahat, dia benar benar lemas. Aira terlalu memforsir tubuhnya. Aira berdiri, dia melangkahkan kaki nya keluar dari lab. Baru saja keluar dari lab beberapa langkah, Aira kaget dengan kehadiran Agarish. Pria itu duduk di bangku koridor sendiri. “Kak Aga, ngapain disini?” tanya Aira Agarish mendongak, dia berdiri dari duduknya. “Nun
Hari minggu ini, Aira bingung dengan kehadiran Tiara dan Gino yang datang kerumahnya pagi pagi sekali. Bahkan pasangan itu, sudah rapi dengan pakaiannya masing masing. Mereka terlihat akan melakukan kencan.“Ngapain kesini? Please, gue males liat kebucinan kalian.” tanya Aira dengan wajah yang ditekuk“Lo liat gosip gak Ra?”Aira mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Tiara. “Gosip? Apaan?”“Lo ada masalah sama Kak Agarish? Kemarin gue mau nanya sama dia, tapi ponselnya gak aktif. Jadi gue sama Tiara berinisiatif buat datang kerumah lo,” tanya GinoAira mengangguk paham. Ternyata permasalahan dia dan Agarish sudah diketahui. Disekolahnya, ada seseorang yang menjadi admin akun gosip SMA Garuda. Aira tidak tahu siapa adminnya, tapi dia merasa salut kepada admin yang selalu tahu masalah masalah yang dialami oleh setiap siswa disekolah. Sangat gerak cepat.Ai