Selamat membaca
“Tadinya aku mau kerumah Bintang buat bantu dia ngerjain tugas, tapi karena kecelakaan itu kayak nya aku gak bisa kerumah Bintang deh.” jelas Aira
“Ya memang gak bisa!” sewot Agarish
Aira tersentak kaget, dia menatap tajam Agarish. “Ya biasa aja dong! Aku kan cum- eh aku belum ngabarin Bintang kalau aku gak bisa kerumah nya. Mana ponsel ku?” tagih Aira
“Dimobil. Pakai ponsel saya,” Agarish menyodorkan ponsel yang berlogo apple keluaran terbaru.
“Tapi aku gak inget nomber nya,”
Agarish membuang nafasnya. Dia mencari nomber Aji untuk menelfon nya.
“Antarkan ponsel yang tertinggal di mobil ke UGD.” suruh Agarish ketika sudah tersambung dengan nomber Aji
“Iya Pak, sebentar lagi saya kesana.” balas Aji
Agarish memutuskan sambungan telefonnya. Dia menyimpan kembali ponsel nya di kantung celana nya.
“Sebentar lagi supir saya akan antarkan ponsel kamu.” ucap Agarish
“Iya aku dengar.” cetus Aira
Sulit sekali memahami karakter Aira. Agarish banyak sekali bertemu dengan orang asing, tapi dia sangat mudah menebak masing masing karakternya. Tapi Aira? Sunggu sifatnya berubah rubah membuat Agarish bingung. Gadis itu kadang baik, kadang ramah dan kadang juga jutek. Aira seperti memiliki kepribadian ganda.
“Om,” panggil Aira
Agarish menatap Aira, dia menaikkan sebelah halisnya seolah bertanya 'ada apa?'
“Minta tolong, mau duduk, boleh?” pinta Aira
Agarish terdiam, sedetik berikutnya dia menggelengkan kepalanya.
“Terus tiduran seperti ini, kamu diminta tidur, malah menolak. Kamu butuh istirahat.” tegas Agarish
“Tapi aku gak ngantuk,”
“Permisi Pak, ini ponsel nya,” celetuk Aji yang baru saja datang ke ruang UGD sambil membawa ponsel milik Aira
Agarish menerima nya. “Terimakasih,”
“Saya boleh kembali ke parkiran Pak?”
Agarish mengangguk. “Boleh.”
“Permisi Pak,”
Aji keluar dari UGD, meninggalkan Agarish dan Aira yang kembali berdua.
“Nih,” Agarish menyodorkan ponsel Aira. Ponsel Aira tidak sebagus ponselnya, padahal Agarish yakin dia mampu membeli ponsel seperti Agarish.
Aira menerima nya. “Shhh,” ringis Aira ketika tidak sengaja menggeserkan kaki nya
“Pelan - pelan, Aira.” peringat Agarish
Aira hanya memberi tatapan sinis. Dia kembali fokus kepada ponsel nya. Yang Aira pikirkan sekarang adalah Bintang, Aira takut gadis itu menunggu nya sedangkan Aira tidak bisa datang kerumah Bintang.
Aira menempelkan ponsel di telinga nya, menunggu Bintang mengangkat sabungan telefon dari nya.
“Halo,” ucap Bintang di sebrang sana
“Halo Bintang. Euu.. Kayaknya gue gak bisa kerumah lo deh, ada sedikit halangan.” tutur Aira
Disebrang sana, Bintang mengerutkan keningnya. Dan ada sedikit rasa kesal, dia sudah menyiapkan makanan dan minuman untuk Aira. “Hah? Kenapa Ra?”
“Gakpapa, gue cuma gak bisa dateng. Tapi, gue bakal telefon Raffi terus nyuruh dia buat bantu lo. Gimana?” tawar Aira
“Gak perlu deh Ra, gue ngerjain sendiri aja.” tolak Bintang
“Tapi Bin-”
“Gakpapa Ra, gue bisa belajar. Kalau ada yang bener bener gue gak paham, gue nanti chat lo.” jelas Bintang meyakinkan Aira
“Sekali lagi sorry ya Bin, gue gak bisa datang. Lo kalau ada yang gak di mengerti tanya aja ya,”
“Iya, gue tutup ya.”
Tut!
Belum sempat Aira membalas, sambungan telah terlebih dahulu dimatikan. Aira mengerti, mungkin Bintang kesal. Aira memakluminya. Siapa yang tidak pernah kesal ketika kita menunggu teman untuk datang, tapi dia tidak jadi datang. Kesal bukan? Mungkin itu yang dirasakan Bintang.
Aira membuang nafasnya, dia menyimpan ponsel nya disebelahnya.
“Kenapa?”
Aira menggelengkan kepala. “Aku kapan pulang?”
“Setelah infusan mu habis.”
“Tapi masih lama, liat ini masih banyak. Infusan bisa diminum gak sih? Lama banget perasaan,” gerutu Aira
“Cari dulu motivasi kamu bunuh diri.” cetus Agarish
“Astaga!” pekik Aira
“Eh, kenapa?”
“Aku belum ngasih tau Ayah. Jangan berisik ya, nanti Ayah tau kalau sama Om.” peringat Aira
Agarish hanya berdehem saja
Aira mengambil ponselnya, dia mencari kontak Alan. Baru saja ingin menghubungi Alan, tapi Alan terlebih dahulu mem-vidiocall Aira.
“Halo Ayah!” sapa Aira
“Halo baby! Kamu lagi apa? Eh tunggu kok kayak lagi di rumah sakit? Sweatheart, kamu dirumah sakit? Kenapa?” desak Alan dengan pertanyaan yang beruntun
“Ayah bisa diam? Aku bingung jawabnya. Nanya nya satu satu.” protes Aira
Alan terkekeh. “Oke, baiklah. Kamu lagi dirumah sakit?”
Aira mengangguk. “Iya Ayah. Aku jatuh dari motor.” setelah mendengar penuturan Aira, Aira melihat wajah cemas Ayahnya. “Ayah jangan khawatir.”
“Jangan khawatir gimana? Perasaan Ayah gak tenang dari tadi, ternyata kamu kecelakaan. Aira, Ayah pulang yah?”
Aira dengan cepat menggelengkan kepalanya. Aira ingin Alan pulang, tapi Aira tidak ingin Alan di bebankan oleh pekerjaannya nanti. Jika Alan pulang dengan banyak nya pekerjaan, nanti Alan akan bekerja tanpa mengenal waktu.
“Gak, Ayah. Luka nya gak terlalu parah, hanya luka ringan. Mungkin nanti kalau luka aku udah sembuh, aku mau rontgen takutnya ada luka dalam.” jelas Aira
Alan mengangguk, namun wajahnya terlihat sangat khawatir. “Baby, jangan bikin Ayah khawatir. Ayah gak tenang kalau gini ninggalin kamu sendiri.”
“Ayah maaf.”
“Ya, kamu salah! Kamu bikin Ayah khawatir. Sangat khawatir. Astaga! Keningmu, Aira Albilqis tunjukan seluruh luka ditubuhmu!”
“Ayah...”
Tiba tiba saja Agarish mengambil ponsel Aira. Agarish tersenyum ketika melihat wajah pria yang di panggil 'Ayah' oleh Aira. Agarish tidak melihat dengan jelas wajah Ayahnya Aira karena sedikit buram.
“Selamat siang Om, saya Agarish temannya Aira. Saya yang membawa Aira kerumah sakit. Atas luka yang ada di tubuh Aira, Om tidak perlu khawatir karena itu hanya luka ringan. Saya mengerti atas khawatirnya seorang Ayah, tapi saya jamin bahwa kondisi Aira baik baik saja. Aira mendapatkan luka di kening, kaki nya ada goresan luka, dan di siku lengannya.” jelas Agarish dengan sopan
Alan yang berada di sebrang sana tersenyum simpul. Wajah Agarish memang tidak asing bagi Alan, tapi kesopanan dalam berbicara Agarish, Alan memberikan dua jempolnya.
“Saya Alan, Ayahnya Aira. Lalu bagaimana dengan kondisi nya sekarang?”
Agarish tersenyum tipis. “Aira baik baik saja, sebentar lagi saya akan mengantarkan Aira kerumahnya setelah infusan habis.”
“Terimakasih sudah menolong putri saya, maaf jika putri saya merepotkan. Tolong kembalikan ponselnya kepada Aira, saya ingin berbicara dengannya.”
Agarish menyerahkan ponsel nya kepada Aira.
“Baby, nanti Ayah minta Bi Iin untuk nginep aja dirumah. Ayah akan telefon guru mu untuk izin dulu sekolahnya karena Ayah takut kamu kenapa napa. Maafkan Ayah tidak bisa pulang.” tutur Alan
Aira mengangguk. “Iya, Ayah gakpapa.”
“Jangan bikin Ayah khawatir. Ayah sayang kamu.”
“Love you too, Ayah.”
Alan tertawa
“Ayah aku matikan ya telefonnya, ada suster.” izin Aira
Alan mengangguk. “Jaga dirimu, kabari Ayah tentang apapun yang terjadi. Oke?”
“Baik Ayah.”
“See you sweatheart.”
Telepon pun terputus. Aira menyimpan ponsel nya di brangkar.
“Infusannya sudah habis ya Dek, gimana sekarang? Sudah mendingan?” tanya perawat itu
Aira mengangguk. “Iya.”
Perawat itu ingin mencabut jarum infusan membuat Aira tegang, Agarish menutup wajah Aira. “Tidak apa, ini tidak sakit.” ucap Agarish untuk menenangkan Aira
“Shhh...”
Jarum berhasil di cabut. Ada sedikit darah yang keluar tapi dengan sigap perawat menempelkan kapas. “Dokter memberi resep obat. Hari ini anda boleh pulang, tapi jangan terlalu banyak gerak karena luka nya belum kering. Jangan dulu dibasahi ya luka nya,” pesan perawat
“Untuk biaya, silahkan anda datang kebagian administrasi.” ujar perawat
Agarish mengangguk. “Tunggu disini, saya tidak akan lama. Sekalian mau nebus obat.”
Aira mengangguk
Agarish meninggalkan Aira bersama perawat.
“Pacar nya ya Dek?” tebak perawat itu
Aira segera menggelengkan kepalanya. “Ihh bukan sus, cuma kenalan aja.”
“Kenalan tapi kok perhatian. Gakpapa Dek, gak usah malu.”
Aira hanya tersenyum kikuk.
Tak lama kemudian, Agarish kembali membuat Aira mengerutkan keningnya.
“Kok cepat?” heran Aira
“Saya tahu kamu nekat, jadi nebus obatnya biar asisten saya aja. Sekarang kita pulang.” ajak Agarish
Aira mengangguk
“Biar saya ambil dulu kursi roda-”
“Tidak perlu, saya akan menggendongnya.”
“Tap-”
Belum sempat protes, tubuh Aira diangkat oleh Agarish. Reflek Aira mengalungkan tangannya di leher Agarish, karena takut dia jatuh. Gak lucu kan?
Aira menenggelamkan wajahnya di dada bidang Agarish karena dia malu diperhatikan oleh orang orang. Aira semakin mempererat kalungan tangan leher Agarish.
Agarish menunduk, dia terkekeh melihat wajah merah Aira. Wajah putih itu mudah sekali memerah, membuatnya gemas. Agarish pintu lift terbuka, tapi karena lift yang penuh membuat Agarish mengurungkan niatnya karena dia takut orang orang mengenai luka Aira.
“Silahkan Pak, ini masih muat,” ujar salah satu pria yang ada di dalam lift
“Tidak, terimakasih. Silahkan.” balas Agarish
Lift kembali tertutup dan Agarish kembali menunggu.
“Om, kenapa gak yang tadi biar cepet?” heran Aira
“Nanti mereka nyenggol luka kamu gimana?”
“Tapi aku berat.”
“Aira, kamu itu kecil. Mana mungkin berat, gak ada yang berisi pula.”
Plak!
Aira memukul dada Agarish pelan. “Ish, jangan ejek aku ya.” peringat Aira
“I'm so sorry. Kamu mau saya telefon teman mu? Gino kan pacar teman mu,” tawar Agarish
“Gak mau, dia tuh bawel. Aku pengen istirahat dirumah.”
Agarish mengangguk. Lift kembali terbuka, sepi, lalu Agarish langsung masuk.
“Om kok nolongin aku?” tanya Aira
“Karena saya kenal kamu.”
“Tapi kan kita baru kenal,” balas Aira
“Sebagai tanda permintaan maaf saya atas kejadian waktu itu.” tutur Agarish
“Om masih merasa bersalah?”
Agarish menggelengkan kepalanya. “Sekarang gak, karena sudah impas.”
Aira berdecak lidah. “Sekali lagi terimakasih ya Om, maaf aku merepotkan.”
Bersambung...
Maaf kalau banyak typo. Jangan lupa vote and comment nya. Menerima koreksi!
Jadilah versi terbaik dalam dirimu. Orang yang berkualitas akan tahu mana yang baik dan mana yang selalu diperbaiki. Janga kesehatan. Sayang kalian
Selamat membaca.... "Neng Air, gimana keadaannya?" tanya Bi Iin Bi Iin adalah pembantu di rumah Aira. Biasanya, Bi Iin akan datang kerumah Aira hari senin, rabu dan minggu untuk membersihkan rumah Aira. Pekerjaan Bi Iin tidak full, karena ini kemauan Aira sendiri. Tapi karena tadi Bi Iin ditelefon oleh majikannya, bahwa Aira kecelakaan dan meminta Bi Iin untuk merawat Aira. Akhirnya Bi Iin memutuskan untuk tinggal bersama Aira, mengurus gadis itu. "Aku gakpapa Bi. Disuruh Ayah ya? Maaf ya ngerepotin Bibi." balas Aira Bi Iin tersenyum, layaknya seorang Ibu yang menenangkan perasaan anaknya. "Ish bicara apa si Neng nih. Kan harusnya emang gini, Bibi yang jaga Neng. Pokoknya sekarang Bibi yang ngurus keperluan Neng semua nya. Ayah sama Bibi khawatir denger keadaan Neng," Aira tersenyum, "Makasih Bi." Bi Iin sudah bekerja puluhan tahun dengan kel
Selamat membaca. “Tiara!” Tiara menghentikan langkahnya ketika seorang pria memanggilnya. Dia Raffi, temannya Gino. Raffi berlari menuju Tiara. “Apa?” “Lo udah denger belum kalau Aira kecelakaan?” tanya Raffi Tiara membulatkan matanya, “Jangan bercanda lo. Mana ada Aira kecelakaan, kemarin pagi gue kerumah dia. Ngaco lo!” sewot Tiara Raffi menghembuskan nafasnya, “Gue denger dari Bu Ratna sama si Gino sih. Katanya, Kakak nya si Gino yang nolongin Aira.” “Kakaknya? Siapa? Oh Agarish. Hah? Agarish? Masa iya? Tapi Gino gak bilang apapun ke gue.” “Si Gino lagi di kantin. Biasalah.” ucap Raffi Kebiasaan Gino adalah ketika dia datang kesekolah, dia tidak langsung ke kelas, tapi dia akan pergi ke kantin untuk memborong seluruh permen karet kasukaannya. “Lo
Aira Albilqis, lebih akrabnya sering di panggil dengan Aira. Gadis remaja itu, kini berusia 18 tahun. Saat ini, dia duduk di bangku SMA kelas XII IPA - B. Aira hidup hanya berdua dengan sang Ayah. Ibu nya meninggal ketika melahirkannya, karena pendarahan yang hebat membuat nyawa nya tidak tertolong. Walaupun hanya berdua, Aira bersyukur, meski pekerjaan yang membuat Ayah nya jauh dari Aira.Alan — Ayahnya Aira, pria itu tinggal di Wellington. Karena ada projek yang dia kerjakan membuat nya tidak bisa pulang ke tanah air, dia akan pulang beberapa bulan sekali untuk menjenguk Aira.Jika membahas soal fisik, Aira termasuk golongan cewek cantik disekolahnya. Wajahnya yang manis dan cantik, menurun dari mendiang Ibu nya. Ditambah, tatapan yang begitu sendu yang membuat siapapun merasa tenang ketika melihatnya. Hampir satu sekolah tahu Aira, selain cantik, gadis itu juga terkenal dengan kepintarannya. Dia sering kali mengikuti olimpiade, sudah
“Kak Agarish?!”Ya, pria yang berada di hadapan Aira adalah Agarish Sadajiwa Yaksa. Seorang pengusaha muda, yang nama nya sedang terkenalnya di majalah bisnis. Ditambah, wajahnya sering muncul di layar kaca. Menampilkan kesuksesan yang di raih Agarish diusia muda.Agarish dan Aira menatap Gino yang berdiri sedikit jauh dari mereka. Gino melangkahkan kaki ke arah mereka“Lo ngapain disini, Kak?” tanya Gino“Orang tua lo nyuruh gue buat ngecek lo, takutnya lo aneh aneh dirumah. Ternyata, lo bener ngelakuin aneh aneh sampai bawa cewek gila ini kerumah.” jelas AgarishAira yang mengerti yang dimaksud pria itu bahwa cewek gila itu adalah dirinya. “Eh! Enak aja bilang gue cewek gila. Gur waras ya!” sewot AiraAgarish menjitak kening Aira, “Gak sopan ke saya. Saya lebih tua dari kamu.” tegur Agarish“Nahkan nyebelin. Tadi Gino manggil dia pa
“Kemarin gimana dianterin sama Kak Agarish?” tanya TiaraAira mengerutkan keningnya, diantar oleh Agarish? Kapan? Aira tidak pernah merasa diantara oleh Agarish. Aira mencoba mengingat ngingat dan dia yakin bahwa dia tidak pernah diantara oleh kakak sepupu nya Gino.“Kapan? Gue gak pernah diantar sama Om itu,” tanya balik Aira“Om? Kok lo manggilnya Om sih? Dia tuh masih muda, kalau kata Gino 'Dia masih single dari bayi. Umurnya juga baru 25 tahun.” heran Tiara“Bukan kah penampilannya seperti om - om?” tanya Aira dengan polosTiara membuka mulutnya tak percaya. Penampilan Agarish seperti om - om? Dari mana nya. Bahkan Tiara terpesona dengan tampannya seorang Agarish yang menggunakan pakaian formal, terlihat pesona yang semakin kuat. Tiara juga sering kali melihat Agarish muncul layar televisi. Dulu, Tiara sempat menyulai Agarish sebelum tahu bahwa Agarish adalah kakak se
30 menit sudah berlalu. Aira menatap soal yang ada di hadapannya, soal itu sudah selesai ia kerjakan. Aira tidak butuh waktu yang lama, dia hanya butuh mengingat jawaban jawaban tadi dan mengoreksi jawaban yang ragu. Aira yakin pasti jawaban yang tadi dan sekarang sama, mungkin ada beberapa yang berbeda. Bel pulang sudah berbunyi dari 15 menit yang lalu, Aira merapikan soal dan jawaban jawabannya untuk menjadi satu. Aira memasukkan pensil nya ke dalam saku rok nya. Aira tidak langsung keluar, dia duduk menghela nafas lelah. Pikirannya benar benar capek, Aira menjawab 200 soal. Aira capek. Dia ingin istirahat, dia benar benar lemas. Aira terlalu memforsir tubuhnya. Aira berdiri, dia melangkahkan kaki nya keluar dari lab. Baru saja keluar dari lab beberapa langkah, Aira kaget dengan kehadiran Agarish. Pria itu duduk di bangku koridor sendiri. “Kak Aga, ngapain disini?” tanya Aira Agarish mendongak, dia berdiri dari duduknya. “Nun
Hari minggu ini, Aira bingung dengan kehadiran Tiara dan Gino yang datang kerumahnya pagi pagi sekali. Bahkan pasangan itu, sudah rapi dengan pakaiannya masing masing. Mereka terlihat akan melakukan kencan.“Ngapain kesini? Please, gue males liat kebucinan kalian.” tanya Aira dengan wajah yang ditekuk“Lo liat gosip gak Ra?”Aira mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Tiara. “Gosip? Apaan?”“Lo ada masalah sama Kak Agarish? Kemarin gue mau nanya sama dia, tapi ponselnya gak aktif. Jadi gue sama Tiara berinisiatif buat datang kerumah lo,” tanya GinoAira mengangguk paham. Ternyata permasalahan dia dan Agarish sudah diketahui. Disekolahnya, ada seseorang yang menjadi admin akun gosip SMA Garuda. Aira tidak tahu siapa adminnya, tapi dia merasa salut kepada admin yang selalu tahu masalah masalah yang dialami oleh setiap siswa disekolah. Sangat gerak cepat.Ai
Rumah Bintang cukup jauh dari rumah Aira, rumah Bintang berada di sebuah pendesaan. Setelah Bintang mengirim alamat rumah nya kepada Aira, Aira segera siap siap. Setelah dirasa sudah siap, Aira segera memesan ojek online. Tak lama kemudian, ojek online pun sudah datang. “Dengan Mba Aira?” tanya nya Aira mengangguk, “Benar Mas,” “Ke jalan Angga Direja ya Mba?” Aira mengangguk lagi “Di pake Mba helm nya, biar selamat sampai tujuan.” Aira menerima nya, lalu memakainya. Aira naik ke atas motor matic itu dan motor pun mulai melaju dengan kecepatan sedang. “Semalam hujan ya Mba, jadi jalannya cukup licin. Harus extra hati hati ini mah,” ucap nya “Iya Mas, tapi saya gak tau soalnya udah tidur.” Driver ojol pun terkekeh pelan “Astagfirullah!” pekik Driver ojol membuat Aira kaget “AAAAA!” Brug! Aira