Puluhan headlines yang memberitakan tentang acara reality show pencarian jodoh untuk seorang actor pendatang baru yang tengah naik daun. Giornino Adams lebih memilih menjalani proses syuting reality show itu daripada membayar pinalti sebanya 1 miliar. Ia tak bisa menyalahkan siapapun karena memang salahnya sendiri yang asal tanda tangan kontrak tanpa membaca isinya terlebih dahulu. So, it is what it is. Sejauh ini ia hanya berharap semoga tak ada cewek freak yang ikut dalam acaranya tersebut. Tapi siapa sangka jika ia malah bertemu dengan crushnya semasa SMA dalam acara tersebut. Apakah dia bisa bersama dengan crushnya itu untuk menjadi pasangannya?
Lihat lebih banyak“Gio, jangan lupa besok jam sepuluh kita ada meeting di Melon TV.”
“Meeting buat apa, Mbak? Perasaan kita nggak ada project bareng Melon TV.” Gio mengernyitkan dahinya, mengingat-ingat apakah ia pernah membaca dan menandatangani kontrak dengan Melon TV.
“Gausah pura-pura lupa lo! Pulang dari Malang, kontraknya udah lo tanda tanganin ya.”
Gio memutar matanya sebal, Mbak Namira, manager-nya itu mulutnya memang perlu dicabein biar nggak kurang ajar padanya. “Emang acara apa sih, Mbak?”
“Jangan bilang lo nggak baca kontraknya,” Gio mengedikkan bahunya. Mbak Namira mendengus kasar, melihat dari respon artisnya, ia tahu bahwa Gio sama sekali tak membaca isi kontraknya, “kebiasaan lo!”
“Kan biasanya juga gitu, Mbak. Kontrak-kontrak yang sampek ke gue udah lo pilah-pilah dulu tinggal gue tanda tanganin.” Gio mengubah posisi duduknya menjadi selonjoran di sofa ruang tamu apartement-nya.
“Kali ini belom gue sortir, gue kan baru cuti, Yo!”
“Oh iya. Besok meeting buat variety show doang kan, Mbak? Briefing buat gue jadi bintang tamu aja, kan?”
“Nope. Besok meeting buat variety show punya lo sendiri.”
“Hmmm…” Gio tetap memejamkan matanya, mengistirahatkan tubuhnya yang sangat pegal gara-gara syuting adegan baku hantam untuk music video salah satu grup band paling laku saat itu, “bukan konten prank kan, Mbak?”
“Bukan sih, cuma variety show buat cari jodoh aja.”
Hah. Gio membuka matanya, mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap Mbak Namira dengan mata yang menyipit. Dia tadi nggak salah dengar, kan? Mbak Namira tadi beneran ngomong acara cari jodoh? Gila! Nggak mungkin banget. Seorang Giornino Morgan, aktor tampan nan berbakat, pemenang aktor pendamping pria terbaik versi FFI dan pernah masuk Under Thirty majalah Forbes Indonesia harus dibuatkan acara hanya untuk ajang cari jodoh? Ini benar-benar gila sih. Harga dirinya mau ditaruh dimana?
“Lo bercanda ya, Mbak?”
“Pernah lo liat gue bercanda masalah kerjaan?”
Gio meringis, manager-nya itu memang tak pernah bercanda untuk hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Menurut wanita dengan potongan rambut bob itu, pekerjaan adalah sesuatu yang serius dan tidak untuk dibercandain. Sedikit strict memang tapi berbanding lurus dengan kinerjanya yang tak pernah tidak beres.
“Udah ya, Yo. Gue balik dulu,” Mbak Namira beranjak dari duduknya, mengambil tas jinjing merek Zara yang sudah menemai aktifitasnya setahun belakangan ini. “Jangan sampek telat bangun, besok lo berangkat bareng Nath.” Ucap Mbak Namira sebelum benar-benar keluar dari apartement Gio.
Beberapa saat setelah manager-nya pergi pun, Gio masih berada dalam posisinya. Terduduk lemas di sofa ruang tamu dengan pikiran yang melayang. Pria itu kembali memikirkan nasibnya.
Bodoh! Ia kembali merutuki dirinya sendiri. Jika saja ia tidak ceroboh. Jika saja ia menanyakan pada Mbak Namira apakah kontraknya udah dipilih atau belum. Jika saja ia baca dulu kontraknya. Gio yakin ia tak akan terjebak dalam kontrak reality show yang mengumbar kisah cintanya.
Pria itu mengacak rambutnya kasar. Gio terbayang dengan gadis cantik nan anggun yang telah mencuri perhatiannya akhir-akhir ini. Rencananya untuk melancarkan aksi PDKT sepertinya harus ditunda karena acara itu. Duh.. merana sekali kisah percintaannya. Hampir empat tahun ia menjomblo, tapi saat ia menemukan seseorang yang menarik perhatiannya, semesta seolah tak merestuinya.
Belum lagi bayangan-bayangan tentang respon netizen. Ia mungkin tak akan dihujat tapi image seorang actor tampan nyaris sempurna yang dengan susah payah ia bangun selama ini pasti akan hancur. Ya coba saja dipikir, mana ada orang nyaris sempurna yang cari pacar saja harus dibantuin. Mana ditayangin di TV lagi. Hancur sudah pasarannya.
Gio mendengus sebal. Tak ada gunanya ia pusing memikirkan itu sekarang. Pria itu beranjak dari sofa ruang tamunya. Gio memutuskan untuk segera tidur, bukan hanya untuk beristirahat tapi juga untuk sebentar lari sadi kenyataan.
♦♦ Be With You ♦♦
"Dimana sih? Please lah… masa ilang sih."
Angeline membuka semua laci yang ada dikamarnya, mengeluarkan isinya satu per satu semi mencari barang kesayangannya. Bukan barang mewah sebenarnya, tapi barang itu sangat berarti untuknya. Sebuah gantungan kunci berbentuk patahan hati pemberian seseorang dari masa lalunya. Seseorang yang tak pernah ia ketahui namanya tapi mampu membuat semangat hidupnya kembali lagi.
Gadis itu segera berpindah ke lemari pakaiannya dan mengeluarkan semua isinya. Namun hasilnya tetap nihil. Angeline mengacak rambutnya frustasi. Gadis itu mendudukkan bokongnya di tepi ranjang queen size-nya yang sudah penuh dengan pakaian dan bukunya. Namun bahkan saat kamarnya sudah luluh lantak, ia tetep tak menemukan barang yang dicarinya.
Ceklek.
"Astaga, Angeline!!!! Siapa yang mengajarimu menjadi gadis yang jorok begini hah?"
Angel menoleh, gadis itu menatap nanar kakak angkatnya yang kini tengah berdiri diambang pintu. Pria itu berangsek maju, memungut buku, pakaian juga sepatu yang berserakan di lantai. Deva mengerutkan dahinya heran, Angel tak biasanya seperti ini. Kamar adiknya selalu rapi tapi kenapa sekarang terlihat seperti baru terjadi tsunami di kamar itu?
"Kalo kamu jorok begini mana ada cowok yang mau sama kamu. Jadi cewek tuh harus bisa masak, bersih-bersih. Biar disayang mertua." Angel memutar matanya jengah. Ia sudah muak dengan ucapan Deva yang itu-itu saja.
"Berisik Kak. Aku lagi pusing nih!"
Deva mendekati Angel, menyentuh kening gadis itu dengan punggung tangannya. Pria itu mengerutkan dahinya saat mendapati suhu tubuh Angel normal-normal saja.
"Kamu kenapa?"
"Gantungan kunciku ilang"
Deva tersenyum geli. Jadi hanya karena gantungan kunci itu adiknya jadi uring-uringan tak jelas begini. Memang apa sih istimewanya gantungan kunci itu. Kan bisa membeli lagi jika memang sudah hilang, kalaupun tak ada dia bisa memesan pada seorang pengrajin untuk membuatkan yang sama persis.
"Kak Dev tau gantungan kunciku dimana?" Angel langsung mendongak. Gadis itu menatap Deva dengan tatapan penuh harap. Pria itu mengulurkan tangnnya untuk mengacak rambut Angel.
"Kakak bakal bantu cari gantungan kuncimu kalo kamu mau nurut sama kakak." Angel menatap Dave curiga. Kalo udah mau bantuin gini pasti ada maunya. Deva tersenyum mengetahui pemikiran adiknya itu.
"Don’t do it." Angel meraih buku untuk menutupi wajahnya. Kakaknya yang satu itu memang selalu dapat membaca pikiran Angel. Entah karena pria itu memang memiliki kemampuan istimewa atau Angel yang memang seperti buku yang terbuka.
"Okay. Tapi kamu harus nurut sama kakak! Promise?"
Angel menggerutu sebal. Duh pasti dia mau ngerjain aku, dasar kakak durhaka, kurang ajar!! Awas aja aku kerjain balik nanti, begitu pikirnya.
"Aku mendengarmu dek"
"Kak Dev! Udah berapa kali aku bilang jangan baca pikiranku lagi!" Angel berteriak didepan wajah kakaknya itu. Deva terkekeh geli, “Gimana? Deal?”
Angel menghela nafas berat, ini pasti tak akan mudah tapi ia tak mau barang itu hilang. Dengan berat hati gadis itu mengangguk, “Okay. Deal.”
Deva tersenyum senang. Pria itu merogoh saku celana jeans-nya dan memberikan gantungan kunci berbentuk patahan hati pada Angel. Angel tercengang, jadi ini semua hanya akal bulus Deva agar ia mau menuruti semua kemauannya.
"Nanti sore jam tiga, Adek Kecil. Jangan kabur!" Ucap Deva sebelum berlalu meninggalkan Angel dan semua barang-barangnya yang bertebaran dimana-mana dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.
"Kak Deva!!!"
Angel menjerit gila-gilaan. Gadis itu kesal bukan main. Deva Mahenra, yang biasa ia panggil Kak Dev sebagai panggilan sayangnya, telah membodohinya habis-habisan. Deva adalah personil band dengan genre pop rock. Ia tergabung dalam band X-BOYS bersama teman-temannya. Deva pada vokal, Ryan pada Bass, Dion pada Drum dan Rico pada Gitar. Mereka sudah bersahabat sejak kecil, bandnya pun terbentuk karena kesamaan hobi mereka dibidang musik juga aliran musik yang mereka sukai.
Angeline menghembuskan nafasnya berat, angannya melayang kembali pada saat ia masih kecil, saat hidupnya terlunta-lunta sampai Deva datang menghampiri dan memungutnya dari tempat lusuh itu.
Angeline menggelengkan kepalanya, mengenyahkan pikiran-pikiran yang mengganggunya. Gadis itu menatap sekelilingnya. Astaga, ternyata kegiatannya mencari gantungan kunci bisa membuat kamarnya berantakan melebihi berantakannya kapal yang abis nabrak karang. Oh okay, sekarang dia punya PR untuk membereskan kamarnya dan nanti ia akan masuk kedalam perangkap Dave.
Angeline, welcome to your nightmare.
Angel dan keempat kakaknya tengah duduk bergerombol di bawah pohon kelapa. Mereka memutuskan untuk menghabiskan siang mereka dengan duduk bersantai di bawah pohon kelapa ditemani dengan es kelapa muda yang begitu segar. Mereka bersama-sama menikmati indahnya pemandangan yang ada di pantai itu. Anna tak ikut berkumpul karena ia lebih memilih untuk berselancar karena ombak di pantai itu lumayan bagus. Sudah lama sekali Anna tidak berselancar dan ia sangat merindukan nuansa dimana sinar matahari menyengat kulitnya, gesekan kakinya dengan air dan caranya menyeimbangkan tubuh di atas sebilah papan."Anna itu beneran teman lo, Ngel?" Tanya Rico tanpa mengalihkan pandangannya di Anna yang sedang bermain-main dengan ombak."Ya, kenapa?""Nggak. Nggak nyangka aja, lo bisa punya temen sexy begitu." ucap Rico masih tetap melihat pada Anna yang kini tengah berjalan dengan papan selancar di tangan kirinya. Tubuh gadis itu benar-benar terekpos karena ia hanya mengenakan bikin
Giornino menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar sedangkan kedua tangannya ditekuk dan dijadikan bantal untuk menopang kepalanya. Giornino menghela nafas panjang tapi setelah itu terlihat lengkungan kecil di bibirnya. Angannya melayang membayangkan apa yang akan terjadi beberapa hari yang akan datang. Apa yang akan terjadi di pulau pribadi yang disewa oleh tim Panah Asmara Giornino sebagai reward untuk pemenang acara itu. Senyumnya semakin melebar saat mengingat ia mendapatkan bocoran dari managernya jika di sana nanti ia juga akan candle light dinner bersama Ariska.Bisa dibilang Giornino sudah menunggu saat-saat seperti ini semenjak sebulan yang lalu, semenjak ia melihat foto Ariska untuk pertama kalinya. Memang beberapa waktu lalu perhatiannya agak teralihkan oleh sosok Angel tapi karena kebersamaan mereka -Giornino dan Ariska- beberapa hari belakangan ini, perasaan Giornino kembali pada Ariska meskipun sedikit berkurang dibandingkan dengan pertama
Angel membentangkan kedua tangannya lebar-lebar, matanya terpejam dan senyumnya terkembang saat angin menerpa tubuhnya. Terik matahari yang membakar kulit tak membuatnya gentar untuk menikmati suasana damai yang sangat jarang ia rasakan. Namun sepertinya keadaan tak mengijinkannya merasakan santai untuk sedikit lebih lama lagi. Seseorang yang berdiri tak jauh darinya berteriak keras-keras. Angel membuka matanya, tangannya yang terbentang ia turunkan namun senyumnya masih bertahan bahkan kini makin lebar. Gadis itu tahu siapa pemilik suara itu, dia adalah pangeran berkuda putihnya, orang yang diharapkannya bisa menjadi teman hidupnya. "I LOVE BEACH!!!" Angel memalingkan wajahnya, menatap Rico yang hanya berjarak satu meter darinya. Gadis itu memasang wajah datar, seolah sebal dengan Rico yang mengganggu me time-nya."Beach or bitch?" seru Angel dengan nada sarkasnya. Rico memandang Angel, menelengkan kepalanya dengan evil smile-nya."You know me so well, my little Angel."A
Angel membawa semangkuk mie instan rebus yang masih mengepulkan uap panas ke teras belakang. Menaruhnya disamping gelas air putih miliknya. Gadis itu segera duduk dan menyalakan laptopnya, menyuapkan sesendok mienya sambil menunggu laptopnya menyala. Hari ini ia sudah berjanji pada salah seorang temannya di jejaring sosial untuk chatting pukul 4 sore. Jadi di sinilah Angel sekarang, duduk di teras belakang dengan laptop di atas meja dan semangkuk mie rebus.Angel segera membuka aplikasi sosial medianya dan segera log in. Gadis itu memakai nama aslinya sebagai username akun pribadinya itu. Ternyata sudah ada sebuah chat yang masuk ke akun pribadinya itu, Angel segera mengklik username itu dan mulai chatting. Sesekali ia juga menyuapkan mienya itu saat ia menanti balasan. Teman chat Angel bernama Anna, gadis cantik berambut pirang yang berasal dari Toronto, Kanada.On Chat Anna : Hi Angel Ang
Giornino merasa bingung dengan dirinya, beberapa saat lalu ia berada di apartmentnya dan sekarang ia sudah di sini, di koridor Rumah Sakit dengan parsel buah di tangannya. Tadi Giornino sudah bertanya pada resepsionis di mana para personil X-BOYS dirawat. Giornino menghela nafas pelan, pria itu meneruskan langkahnya menuju ruang rawat inap yang sudah di depan mata. Pria itu membuka pintu itu perlahan dan matanya langsung terpaku pada mata coklat cerah di seberang ruangan yang juga menatapnya. Mata coklat yang telah menghipnotisnya. Mata coklat yang indah, mata coklat yang tak akan membuatnya bosan meskipun ia telah lama memandangnya."Giornino!! My Bro!!"Giornino memutuskan fokusnya pada mata coklat itu dan memandang keempat sahabatnya yang tengah berada di atas ranjang rumah sakit. Dengan senyum kecilnya, Giornino melangkah mendekati Rico yang posisinya berada paling dekat dengan pintu. Pria itu berdiri di samping ranjang Rico, mengamati kondisi sahabat-saha
Matahari sudah meninggi saat satu persatu personil X-BOYS bangun dari tidurnya. Mereka masih berada di ruang UGD jadi mereka bisa melihat keadaan satu sama lain. Dion adalah orang yang bangun paling akhir, pria itu mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Kepalanya terasa berat dan ia merasakan nyeri di tubuhnya. Dion mencoba untuk duduk, kepalanya terasa semakin sakit saat ia semakin berusaha. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menopang tubuhnya dan sebelahnya lagi memegangi kepalanya yang terasa sakit."Hei boys, lihat sleeping beauty kita sudah bangun." seru seseorang dibarengi dengan suara kekehan yang lainnya.Dion tak menyahuti, pria itu masih memusatkan perhatiannya pada rasa sakit di kepalanya. Saat rasa sakitnya sudah mendingan, pria itu menatap teman satu grupnya yang berada disekitarnya, lebih tepatnya di ranjang mereka masing-masing. Tanpa harus diberitahu, ia tahu ia berada di rumah sakit saat ini. Selimut dan ranjang yang digunakan oleh teman-tem
Matahari sudah meninggi saat satu persatu personil X-BOYS bangun dari tidurnya. Mereka masih berada di ruang UGD jadi mereka bisa melihat keadaan satu sama lain. Dion adalah orang yang bangun paling akhir, pria itu mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Kepalanya terasa berat dan ia merasakan nyeri di tubuhnya. Dion mencoba untuk duduk, kepalanya terasa semakin sakit saat ia semakin berusaha. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menopang tubuhnya dan sebelahnya lagi memegangi kepalanya yang terasa sakit. "Hei boys, lihat sleeping beauty kita sudah bangun." seru seseorang dibarengi dengan suara kekehan yang lainnya. Dion tak menyahuti, pria itu masih memusatkan perhatiannya pada rasa sakit di kepalanya. Saat rasa sakitnya sudah mendingan, pria itu menatap teman satu grupnya yang berada disekitarnya, lebih tepatnya di ranjang mereka masing-masing. Tanpa harus diberitahu, ia tahu ia berada di rumah sakit saat ini. Selimut dan ranjang yang digunakan oleh teman-te
Angel membuka matanya perlahan lalu menoleh kearah Anisa. Gadis itu melambai-lambaikan tangan di depan wajah Anisa memastikan bahwa gadis itu telah tenggelam dalam alam mimpi. Yakin bahwa teman sekamarnya itu telah tidur, Angel segera menyibakkan selimutnya dan turun dari ranjang. Gadis itu berjingkat-jingkat mendekati pintu, kemudian membukanya dengan perlahan. Gadis itu berusaha sebisa mungkin tak menimbulkan kegaduhan.Beberapa kali Angel menoleh kearah Anisa yang tengah terlelap, memastikan dirinya tak tertangkap basah ingin melarikan diri. Angel mengedarkan pandangannya ke segala arah, mengamati lorong panjang di depan pintu kamarnya dengan perasaan was-was. Gadis itu juga menajamkam pendengarannya, mencoba menangkap suara sekecil apapun namun ia tak dapat mendengar apapun. Artinya kondisi sudah bisa dibilang aman. Lagipula siapa yang masih mau terjaga di pagi buta seperti ini?Angel kembali ke ranjangnya, memakaikan wig pada gulingnya dan menutupi guling itu dengan selimut hingg
Anisa membuka pintu kamarnya dengan perlahan, ia tahu Angel dalam kondisi badmood saat ini dan ia tak mau membuat mood gadis itu bertambah buruk. Anisa melangkah perlahan sampai di tengah ruangan, dari sana ia dapat melihat Angel yang tidur menelungkup di atas kasurnya. Anisa menghela nafas berat."Gue percaya sama lo." ucapnya lirih.Kalimat itu tak hanya ia ucapkan hanya untuk menenangkan Angel saja tapi karena memang itu yang ia rasakan. Anisa percaya Angel tak mungkin melakukan hal itu. Enam minggu menjadi teman sekamar Angel cukup untuknya mengetahui kebiasaan gadis itu, meskipun Angel juga bukanlah tipe orang yang terbuka.Angel berguling ke samping lalu mengambil posisi duduk, gadis itu memandang Anisa lekat-lekat mencari sesuatu dari mata gadis bersurai hitam itu. Tapi Angel tak menemukan apa-apa selain ketulusan. Senyum tipis sedikit demi sedikit mulai terbentuk di bibir merahnya.Gadis itu mengangguk dan menepuk kas
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen