Share

Bab 57 - Tercengang

Rania mengatur nafasnya beberapa kali ketika perawat terus keluar masuk di balik tirai dimana Agil sedang diberi penanganan. Agil tak terdengar menangis atau menjerit ketika dokter izin menjahit lukanya. Ia hanya terdengar berbincang dengan Arbi dengan santai.

Agil memang sesering itu terluka, entah karena terjatuh atau bertengkar. Pernah ia kehabisan banyak darah karena dipukul kayu balok oleh kakak kelasnya di sekolah. Tapi ia terlihat baik-baik saja dan tak merasakan sakit dari bocornya kepala area bekas dipukul.

“Ran,” Arbi keluar dari dalam tirai, “Agil kekurangan banyak darah, dan kebetulan di rumah sakit stoknya lagi habis. Jadi kakak mau titip Agil karena harus ke PMI langsung.”

Rania mengangguk, “Iya, kak. Eh, tapi, bukannya kakak bisa jadi donor buat Agil?”

Arbi memalingkan wajahnya tidak nyaman.

“Kakak lagi sakit dan gak bisa jadi donor ya?”

Arbi menunduk sambil merogoh ponselnya, “Kakak mau kabarin dulu mbak Sani.”

“Biar aku yang kabarin, kakak ke PMI aja sek
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status