Share

Bab 58 - Ayo Selingkuh

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“...karena Agil bukan anak kakak. Dia—ayahnya—gak tahu dimana.”

Rania tak berani bertanya kenapa bisa Agil bukanlah anak Arbi. Ia takut salah bicara. Ia hanya sibuk menenangkan dirinya.

Arbi tahu Rania terkejut mendengar ucapannya. Ia ingin memberi tahu iparnya dari dulu, tapi tak pernah menemukan waktu yang tepat. Dan kini karena Rania terus memaksa meminta Alfi memberikan donor pada Agil, ia terpaksa mengatakannya sekarang.

“Mbak Sani... selingkuh dari kakak awal menikah dulu.”

Rania masih diam. Ia tidak berniat bertanya tapi akan mendengarkan dengan baik setiap penjelasan Arbi.

“Kakak tahu waktu usia Agil dua tahun. Kalo kamu masih ingat, dulu Agil jatuh dari box bayi dan kehilangan banyak darah kayak hari ini. Mbak Sani juga lagi kerja jadi kakak yang harus bawa ke rumah sakit. Kakak maksa dokter untuk mendonorkan darah, tapi dokter bilang harus diperiksa dulu. Golongan darah kita beda. Dokter bilang banyak kasus begitu. Saat itu... kakak ngerasa ada yang janggal. Kakak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 59 - Senang

    Arbi tidak tahu harus memberikan respon seperti apa. Tapi hatinya menghangat. Ia tahu ini salah. Tapi dengan berselingkuh, itu bisa membantu Rania. Ia pun senang. Meski dengan cara yang salah, setidaknya ia bisa memiliki Rania dan Satria selayaknya istri dan anak sendiri. Rania menggenggam sebelah tangan Arbi. Jantungnya berdegup kencang percis seperti orang pacaran. “Permisi, pak, saya minta persetujuan Agil untuk di pindahkan ke ruang rawat inap.” Arbi berdiri, “Oh iya, sus.” Ia melirik Rania, “Aku urus administrasinya dulu ya.” Rania tersenyum, ia melepaskan genggaman tangannya, “Aku tunggu disini.” Mereka seperti sepasang kekasih. Rania merasakan risau ketika Arbi tak kunjung kembali setelah pamit ke meja resepsionis. “Ran,” “Kamu lama banget sih.” rajuk Rania. Arbi tertawa, “Kamu—” Rania melendot manja pada lengan Arbi, “Aku kangen tahu.” Arbi bergerak memeluk Rania. Jantungnya dan jantung Rania sama-sama berdegup kencang seru. Sudah lama mereka tak merasaka

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 60. Mulai Berani

    Rania mengeringkan rambutnya di kamar. Setelah mbak Sani pulang, ia yang menunggu Agil dan menjadi wali pasien. Sebenarnya Agil sudah boleh pulang malam ini, tapi mbak Sani keukeuh meminta dokter untuk membiarkan anaknya menginap satu malam lagi karena takut luka jahitnya akan kenapa-napa. “Sayang, kamu udah pulang?” Alfi menaruh tas kerjanya di sofa kamar. “Udah. Satria mana?” “Dia lagi cuci kaki di bawah.” “Satria main dimana selama di hotel, mas?” “Di playground.” “Ada anak temen-temen kamu yang lain?” Alfi menggeleng pelan. Rania menyisir rambutnya dan menatap Alfi yang sedikit diam dari cermin, “Kenapa?” “Satria tadi di temenin main sama... Roland.” “Oh.” Alfi mendekati Rania, “Kamu gak marah ‘kan?” Rania tak menjawab. “Sebenernya aku bingung kenapa kamu gak suka sama Roland. Jadi tadi begitu Roland nawarin bantuan untuk nemenin Satria main, ya aku iyain aja.” “Terserah.” “Sayang, aku janji ini yang terakhir. Aku gak akan biarin Roland nemenin Satria

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 61 - Desakkan Mama

    “Dia udah pergi, ma.” Rania menutup telpon ketika sudah memberi tahu mama. Tidak lama taksi mama berhenti didepan rumah. Mama turun dan langsung memeluk anak sulungnya. Mama mengedarkan matanya ke sekeliling rumah, “Mama sebenernya gak mau kesini lagi.” “Ma, sabar ya. Yuk, masuk.” Mereka duduk di sofa ruang tamu. “Mama harus nunggu berapa lama lagi sih, Ran? Mama mau kamu sama si monster itu cerai.” “Tunggu, ma. Aku janji akan cerai dari dia.” Mama memeriksa tubuh Rania, “Dia gak mukul kamu lagi ‘kan?” “Dia gak akan berani, ma, ada Satria di rumah.” “Dia bisa lupa sama Satria kalo lagi kerasa. Kamu buruan dong urus surat-suratnya sekarang. Soal uang, papamu pasti bakal bantu kamu. Uang sekolah Satria semuanya aman. Kamu gak perlu lagi bantuan si monster itu. Setelah putusan cerai pokoknya kalian harus putus hubungan.” “Ma, gak bisa gitu dong. Satria gimana? Seorang anak yang tumbuh tanpa ayah tuh akan beda perkembangannya.” “Halah, papanya juga modelan si Alfi gi

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 62 - Mendatangi Arbi

    Rania keluar dari taksi di depan gedung kantor tempat Arbi bekerja. Ia menenteng tas makan. Ia ingin makan berdua dengan selingkuhannya. Karena tidak tahu letak ruangan Arbi, dan ingin memberikannya kejutan sehingga tidak bertanya langsung, Rania menghampiri meja resepsionis. “Selamat siang, ada yang bisa dibantu, bu?” “Saya mau tanya ruangan pak Arbiansyah Khan bagian keuangan, mbak.” “Oh, pak Arbi. Ruangannya ada di lantai tiga. Begitu keluar lift ibu belok kiri, disitu ruangannya bu. Kebetulan pak Arbi baru saja selesai rapat.” “Oh begitu. Baik, terima kasih informasinya.” Rania memasuki lift dengan senang. Ia benar-benar tidak menyangka, selingkuh dengan iparnya sendiri bisa terasa semenyenangkan ini. Ia merasa seperti muda lagi dan menikmati setiap degupan jantung seru itu. Ketika keluar lift, ia mengikuti petunjuk yang diberikan petugas resepsionis tadi. “Kak Arbi pasti kaget aku ada disini.” Beberapa langkah menuju ruangannya yang terbuka, langkah Rania terh

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    63. Malam Panas Dengan Arbi

    “Fir, aku titip Satria ya. Semua keperluan sekolahnya ada di tas kok. Baju ganti, mainan, buku, semuanya lengkap.” Rania membawakan dua tas berukuran sedang milik Satria. “Beres. Lo tenang aja, gue pasti jaga Satria dengan sangat baik.” “Kalo gak titip sama kamu, aku gak tahu harus titip Satria ke siapa. Aku mau titip ke mama, tapi—terlalu jauh. Aku yakin keperluan aku gak ngabisin waktu lama kok.” Fira melirik Satria yang sedang melihat puluhan tanaman miliknya yang tersebar di teras rumah, “Satria sayang, tante punya makanan banyak loh. Satria masuk aja gih, cobain masakan tante.” “Nanti aja tante. Aku masih ingin liat ini.” Fira melirik Rania, ia ingin bicara serius padanya sehingga tidak mau Satria dengar. Rania mengelus kepala Satria, “Sayang, tante Fira baru belajar masak loh. Kalo masakannya di cobain sekarang, pasti jadi makin semangat masaknya. Satria cobain sekarang gih.” “Gitu ya, ma? Oke deh. Tante, aku masuk ya.” “Iya, sayang.” Fira melipat kedua tangannya

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 64 - Menunggu Pembuahan

    Rania menjalani hari-hari seperti biasanya. Ia tak terlihat berubah sama sekali. Kegiatannya malah makin padat. Mengantarkan Satria sekolah, belanja, mengikuti seminar-seminar parenting dan kini menyibukkan diri merawat tanaman yang Fira banyak berikan padanya. Ia kini memiliki mobil sendiri. Akhirnya Alfi memberikan mobil baru untuknya. Rania tak lagi acuh tak acuh pada Alfi. Ia terlihat lembut seperti dulu, membuat suaminya itu tenang dan merasa badai pernikahannya sudah usai. “Sayang, paket kalungnya dateng hari ini. Kamu tunggu aja.” Rania diam sejenak. Ia menghentikan kegiatannya menumis sayur untuk sarapan Satria, “Paket apa, mas?” Alfi memeluknya dari belakang, “Kamu ‘kan mau kalung berlian. Kamu lupa ya?” Rania tersenyum dipaksakan, “Makasih ya, mas. Padahal kamu gak perlu maksain. Aku gak mau tabungan buat sekolah Satria kepotong.” “Enggak dong. Aku cari kerja sampingan dan untungnya bisa aku tabung. Ya... lumayan lah, sayang.” Rania membalikkan badan, “Kamu ke

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 65 - Dukungan Fira

    Fira membalikkan tespek yang Rania berikan terbalik di ruang tamu. “Fir, kalo hasilnya negatif gimana?” Fira hanya menatap Rania tanpa bicara. Fira melihat hasil tespek dan kembali menatap sahabatnya, “Ran, hasilnya...” “Fir, aku gak siap kalo harus mengulang dosa itu lagi sama kak Arbi. Dia... dia sampe gak mau nemuin aku setelah kejadian itu karena malu. Fir, aku... aku nyesel pake cara ini. Sejak saat itu aku gak bisa tidur dengan tenang. Aku sering kebangun tengah malem dan...” “Ran, tenang ya. Gue belum kasih tahu hasilnya loh.” Rania menunduk menunggu hasil yang akan Fira berikan. Fira menyerahkan tespek itu secara terbuka, “Hasilnya...” Kepala Rania perlahan menatap area kotak kecil tempat dimana ia bisa melihat garisnya. Ia melotot tak percaya, “Fir!” Fira tersenyum. Mereka berpelukkan. “Fir, akhirnya... Fir, aku gak nyangka kalo... aku hamil anak kak Arbi sekarang. Ya ampun, aku berdosa banget. Gimana ini?” Fira melepaskan pelukkan Rania, “Lo tuh plin

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 66 - Menginap di Rumah Ibu

    Rania, Alfi, dan Satria keluar dari mobil yang terparkir dipekarangan rumah ibu yang asri. Rumah sudah dihias sederhana oleh ayah. “Jiddy, jiddah.” teriak Satria sambil berlari. “Satria.” Ayah menerima pelukkan Satria dengan riang di teras. “Kamu masuk duluan aja, ini biar aku yang bawa.” “Iya, mas.” Rania berjalan perlahan menuju teras karena ada Arbi disana. Pipinya bersemu merah mengingat malam-malam panas yang mereka lakukan satu minggu berturut-turut demi menyimpan benih dalam perutnya. “Ran?” Arbi berusaha bersikap normal pada iparnya. “Hai, kak. Udah pulang dari kantor?” “Iya, sengaja. Ulang tahun ibu masa kakak gak pulang lebih cepet.” Rania manggut-manggut. “Ran,” ibu hati-hati memanggil anak mantunya dari dalam rumah. “Bu.” Rania mencium pipi kanan-kiri ibu, “Apa kabar? Maaf ya belum sempet kesini kemarin.” “Ibu baik. Kamu... udah gak marah sama—” “Bu, kita lupain semua masalah kemarin ya? Aku sama mas Alfi udah baik-baik aja kok.” “Syukurlah, ibu s

Bab terbaru

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 89 - Kehidupan Impian

    “Kamu kuat gak jalannya? Mau aku pinjemin kursi roda aja?” Rania menggeleng, “Aku kuat ko, mas. Aku ‘kan kuat kayak Satria.” Arbi tertawa, “Satria paling kuat sedunia, disusul kamu, disusul sama calon adik Satria.” Ia mengelus perut yang sudah mulai membesar itu. Rania tersenyum, “Satria mana ya, mas? Kok lama banget.” “Aku susul deh, kamu duduk dulu.” “Ya udah, aku tunggu disini.” Sesaat sebelum Arbi membantu Rania duduk dikursi tunggu lobi rumah sakit, sepasang kaki yang berhenti didepan mereka. Rania dan Arbi sontak mendongak menatap siapa pemilik sepatu yang mereka kenal baik. Senyuman itu tidak berubah. Rania melihatnya senang. Kedua matanya mendadak panas, “Mas Alfi?” “Rania, apa kabar?” Bukan jawaban yang Rania berikan, tapi sebuah tangisan yang sudah lama ia pendam. Seluruh hatinya dipenuhi rindu untuk kekasih lamanya yang baru terlihat lagi. Arbi menelisik wajah istrinya. Ia takut sekali hatinya kembali memihak Alfi seperti dulu. “Mama, papa, maaf ya ak

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 88 - Kembali Kehilangan

    Enam bulan kemudian... PRANG! “Rania?” Fira yang baru sampai dan berniat akan mengantarkan Rania ke kampus karena ia juga ada urusan disana, menutup pintu mobil dengan kencang dan berlari menerobos rumah yang pintunya tertutup rapat. Ia berlari mencari sumber suara dimana mungkin Rania sedang membutuhkan bantuannya, “Ran? Ran, lo dimana?” “Fir, tolong.” Fira mendengar suara itu dibelakang rumah. Ia menemukan setumpuk piring pecah dan aliran darah dari bagian bawah sahabatnya, “Ran?” “Fir, aku—aku gak kuat. Ini sakit banget.” “Ya ampun, Ran, sini kita ke mobil pelan-pelan ya.” Di depan ruang Ponek, nafas Fira naik turun menunggu hasil pemeriksaan dokter. Wajahnya pucat, tubuhnya bergetar. Ia mengingat dengan jelas rumah sangat berantakkan tadi. Barang berterbangan, dan ada noda merah dibeberapa bagian sofa. Rania juga hanya sendiri di rumah. Seharusnya ada Arbi disana. Kemana ya dia? Satria jelas sedang sekolah. Tunggu, apakah Satria baik-baik saja? “Dengan wa

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 87 - Menikah

    Rania dan Arbi berkeliling mendatangi tamu. Acara akad dan resepsi berjalan lancar tanpa kendala. Acara yang disiapkan Fira begitu sempurna. Ia berharap sahabatnya itu akan segera menyusul menikah. Rania tak menemukan orang yang sedari tadi dicarinya. Dari pihak keluarga suaminya, ia tidak melihat Alfi. “Sayang, kamu capek ya?” “Hm?” “Kamu agak pucet. Kamu gak enak badan ya?” “Enggak kok, mas.” “Kamu duduk aja, nanti aku nyusul.” “Gak papa, mas.” Arbi mencolek hidung Rania, “Nanti malem kamu harus bugar loh. Jadi sekarang jangan terlalu capek. Gih, duduk dulu. Aku keliling sebentar. Ada beberapa temen yang baru dateng.” Rania mengangguk, “Aku duduk ya, mas.” Rania berjalan dengan langkah pelan menuju pelaminan. Ia berharap Alfi datang agar bisa melihat kondisi terbarunya. Ia ingin tahu apakah mantan suaminya itu sehat. Fira yang sedang berbincang dengan teman-teman kuliah melihat Rania duduk lemas. Ia menghampirinya, “Ran, lo haus? Gue ambilin minum ya?” Ra

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 86 - Menerima Cinta Arbi

    Papa dan mama sedang bicara santai di ayunan belakang rumah. Rania yang haus tengah malam, tidak sengaja diam lebih lama mendengar obrolan mereka di dapur. “Tabungan papa semakin tipis, ma. Kita harus bayar kuliah profesi Rian. Kita juga harus bayar uang pangkal SD nya Satria.” “Mama bisa kok jual semua perhiasan mama, pa.” “Jangan, ma. Kehidupan kita masih panjang.” “Ya terus papa mau apa? Papa gak mungkin kerja lagi.” “Kita jual aja mobil pertama kita.” “Papa yakin? Papa sayang banget loh sama mobil itu.” “Demi Satria. Mana Rania juga mau kuliah profesi. Kemarin biayanya lumayan ‘kan pas disebutin? Kasian kalau dia harus mengubur mimpinya lagi.” Mama membuang nafas pelan, “Andai aja Rania mau terima Arbi langsung, dia pasti bahagia. Arbi bilang dia bersedia menanggung semua biaya kuliah Rania, bayar uang pangkal SD Satria juga. Sayang, Rania masih mikirin si Alfi.” “Ma, kasih aja Rania waktu.” “Mama cuma takut dia gak mau nikah lagi, pa. Apalagi dia gak mencintai

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 85 - Kehidupan Setelah Bercerai

    Empat bulan kemudian... Rania menyirami bunga di halaman rumah mama. Ia tertawa melihat Satria bermain lempar bola dengan Agil. Sudah empat bulan ia dan Satria tinggal disini. Kehidupannya setelah bercerai terjadi baik dan lancar. Mama memintanya bergabung mengikuti organisasi pemberdayaan perempuan yang baru bercerai. Disana terdapat banyak kegiatan sehingga hal tersebut cocok sekali untuknya. “Mama, aku capek.” “Aku juga capek, tante.” “Ya udah kita istirahat dulu ya. Kalian tunggu aja di teras, mama bawain dulu minuman seger buat kalian.” “Yeee!” Satria dan Agil berteriak kegirangan. Rania menaruh poci siram dipinggir dan berjalan menaiki tangga. “Mau kemana? Minumannya udah mbak bikinin.” “Makasih ya, mbak.” “Iya. Minuman dataaaang.” Satria dan Agil berlari untuk mengambil jus tomat itu. “Abisin jusnya, biar mainnya makin semangat.” “Makasih ya, tante.” “Sama-sama, Satria.” Mereka duduk bersama di teras rumah mama yang asri. Mama dan papa ikut keluar

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 84 - Kehadiran Roland di Persidangan

    Rania melirik ke belakang untuk melihat ekspresi semua keluarganya. Mama dan Fira mengangguk untuk ia mengatakan ada alasan selain KDRT itu sehingga ia menggugat cerai suaminya. “Saya ulangi, di berkas perkara gugatan saudari pada suami adalah karena adanya hal lain. Kami ingin mendengar langsung apa yang terjadi selain KDRT itu? Silakan.” Rania menutup matanya. Ia memegangi mikrofon dengan tangan bergetar. Di belakang, mama dan Fira saling berpegangan tangan, berharap Rania tak bodoh seperti biasanya demi menjaga harkat dan martabat calon mantan suaminya. “Alasan saya meminta cerai dari suami saya selain KDRT itu, karena rahasia suami saya yang terbongkar, yang mulia.” “Rahasia apa itu?” “Suami saya—” Roland yang sedari pagi sibuk mengelilingi semua tempat untuk menemukan Alfi, akhirnya menemukan tempat ini setelah berpikir keras buah dari informasi singkat dari petugas resepsionis rumah sakit. Kini ia berdiri sejajar dengan tempat duduk mama dan yang lain, “Mohon izin

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 83 - Pembelaan Rania dan Alfi

    Jam sepuluh pagi sidang digelar. Rania dan Alfi duduk di kursi depan yang menghadap langsung dengan ketiga hakim yang akan memutuskan, apakah gugatan akan dikabulkan atau tidak. Sejauh ini semua berjalan lancar. Mereka bisa kooperatif menyampaikan apa yang terjadi sesuai perkataan saksi. “Untuk saudari Rania, apakah anda memberikan kesempatan untuk suami anda, saudara Alfi agar kalian bisa rujuk?” “Tidak, yang mulia.” “Kenapa anda memasukkan gugatan ini?” “Seperti yang sudah dikatakan oleh para saksi, para ahli forensik, dokter jiwa dan kandungan, saya mendapatkan penyiksaan verbal dan non verbal selama beberapa bulan terakhir ini.” “Apa saja yang saudari dapatkan dalam penyiksaan tersebut?” “Untuk verbal ada cacian, untuk non verbal, pelaku menampar, memukul, menjambak rambut saya, hingga menendang perut saya sampai bayi saya meninggal dalam kandungan, yang mulia.” Mama dan Fira menangis mendengar semua perkataan Rania di depan. Mereka sangat dekat dengan Rania tapi t

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 82 - Sidang Pertama

    Alfi berhasil kabur dari apartemen. Ia pulang ke rumah berharap Rania dan Satria ada disana. Ternyata rumahnya kosong. Bahkan semua barang pribadi mereka sudah tidak ada. Yang ada hanya tetangganya meliriknya sinis. Mereke berbisik-bisik tak menyangka, orang sebaik Alfi bisa menjadi pelaku KDRT. Padahal ia dikenal sebagai suami yang baik dan lemah lembut. “Apa aku harus ke rumah mama? Mungkin Rania sama Satria pindah ke sana.” Alfi langsung tancap gas ke Tangerang. Begitu sampai pagar, ia melihat asisten rumah tangga paruh waktu yang bekerja di rumah mertuanya kaget melihat dirinya. “Mas Alfi ada barang yang ketinggalan?” “Mbok, mama ada di dalem ‘kan?” “Loh. Ibu ‘kan sudah berapa hari ini nginep di Jakarta. Katanya ada urusan. Mbok pikir ibu nginep di rumah mas.” “Mama gak pulang-pulang?” “Cuma bapak yang pulang bawa baju kemarin. Ibu tuh sebenernya ada urusan apa, mas? Ada acara keluarga ya di Jakarta?” “Eum—” “Tumben ibu gak kasih tahu saya.” “Ya udah mbok ka

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 81 - Kabur dari Roland

    Alfi tertawa, “Bertahan sama kamu?” “Aku akan kasih semuaaa yang kamu mau. Setelah kalian bercerai, rumah itu biar aja jadi milik Rania. Aku akan ganti dengan rumah yang lebih besar. Kamu setuju?” Alfi tertawa miring, “Rumah yang lebih besar?” “Iya. Kita juga bisa pergi ke luar negeri buat rayain semuanya.” “Jangan harap itu akan terjadi.” Alfi mencekik Roland sekencangnya berharap ia mati seketika. “Uhuk, Alfi!” “Mati lo bajingan!” Roland berusaha melepaskan lengan Alfi dilehernya. “Gue terpaksa melayani lo karena uang. Gue hanya mencintai Rania. Gue hanya memanfaatkan lo selama ini.” Tubuh tinggi Roland yang melebihi Alfi akhirnya menjadi penolongnya dari cekikkan Alfi. Roland balas mencekik Alfi. “Aku gak akan sampe bunuh kamu. Aku seneng kejar Tikus kehausan kayak kamu.” “Lepas!” “Mau lepas?” Roland melepaskan kedua tangannya, tapi satu layangan tinju diberikan di sisi wajah Alfi, “Mampus lo! Lo pikir gampang kabur dari gue atau bunuh gue?!” Alfi memegang

DMCA.com Protection Status