Share

BAB 16

Aku menatap langit-langit kamar. Mengenang momen-momen pertama kali bertemu Mas Rian. Tak ada gurat kacau selayak raut frustasi atau down pada pemilik wajah memesona itu ketika dia datang melamar langsung di hadapan bapak dan emak. Justru di mata kami sekeluarga, dia begitu jantan.

Walau pada akhirnya, aku tahu diri hanya pelarian. Tetap saja tak mengubah persepsiku tentang semua budi yang telah ditanamnya.

Ah, bagaimana kabar emak dan bapak? Bila tahu menantu yang sangat disanjung dan disayangi, telah meninggalkan putrinya? Demi bersama cinta pertamanya?

Ya, Rabb ....

Hamba tahu semua hanya titipan. Tapi, titipanMu yang satu ini, sangat sulit untuk diikhlaskan.

Huft .... Bila aku saja tak rela? Bagaimana orang yang telah melahirkanku? Bukankah kesedihan seorang anak akan terpental keras pada kedua orang tuanya?

Emak .... Bapak .... Maafkan anakmu yang malang ini.

"Abram dibawa sama papanya, kan, Ti?" Kali ini nadaku benar-benar meninggi.

Tuti yang masih sibuk menata buah-buah di a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si mentari lebih bodoh dari binatang. punya otak tapi g berakal buat mikir. g sadar diri dari mana berasal. gaya sok2an agamis tapi dungu. seorang dokter hebat g pantas beristrikan wanita lemah dan g punya akal sehat ini. binatang banget karakternya. sibuk minta dikasihani
goodnovel comment avatar
Asnidar Ummu Syifa
banyak luka wanita yg lebih perih,,bahkan luka diatas luka tapi tdk selemah dirimu mentari. bukankah dari awal km sdh tau bahwa akhirnya akan seperti itu,knp tdk ada persiapan sebelumnya
goodnovel comment avatar
Diah Ayu
bener yaa air mata terakhir ... karena lama2 jenuh juga bacanya. Mentari terlalu lemah.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status