Share

BAB 23

Aku memilih menyetujui keinginan Mas Langit, kalau tak sanggup duduk semeja dengan kedua dokter itu, setidak akan menyalami, say hallo, atau apalah. Ah, aku rasa perlu perjuangan.

"Maaf, kami hanya lewat. Sekalian memberikan ini," ucap Mas Rian tak jadi duduk, sambil menyodorkan undangan berwarna biru. Gelagatnya terlihat salah tingkah.

Aku menghela nafas pelan melihat itu. Meski tak sepenuhnya plong, setidak paru paru tidak terlalu tercekik karenanya.

"Baru saja bibikmu nelpon, katanya anaknya dibawa rumah sakit. Jadi, aku mau pulang sekarang," ujar emak menyerahkan undangan itu ke Mas Langit.

"Saya akan mengan-"

"Tidak usah. Nanti Tono yang antar. Kamu di rumah saja, jadi istri yang sholihah," ujar emak menatapku serius lalu merapikan barang-barangnya. Refleks aku mengalih ke Mas Langit yang membantu Anggi membungkus makanan.

"Biar saya yang antar, Mak. Anggi juga mau pulang katanya," Mas Langit menaikkan barang-barang emak beserta berbagai bungkusan sisa makanan yang akan dibagi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
hei njing, udah cukup ketololan si mentari kau tonjolkan dalam cerita ini.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status