Share

BAB 22

Dengan seribu tanya di kepala, langkah mendekati dua orang yang kuhormati. Pembicaraan mereka terhenti seketika, saat menyadari kehadiranku.

"Nak Langit hanya menunggu kesiapanmu saja, Nduk," ujar Emak.

Beliau tampak bersemangat. Sementara lelaki yang katanya bersiap, menatapku sejenak lalu mengalih. Ekspresinya sangat datar. Apa itu yang disebut siap? Kepribadiannya terlalu jujur untuk menyembunyikan sebuah rahasia. Tapi apa?

"Boleh saya bicara empat mata dengan Mas Langit?" tanyaku.

"Sebaiknya jangan di sini," ajak Emak menunjuk para pengunjung yang sedang ramai. Kami segera mengikuti langkah ringan beliau.

Mas Langit langsung ke balkon sesampai di atas. Sementara Emak menuju dapur.

"Apa Mas sudah memikir matang soal ini?" tanyaku menyamai lelaki berkemeja putih itu berdiri. Aku rasa putih warna favoritnya. Hampir setiap bertemu, dia sering memakai warna sama, walau bahan dan model berbeda.

"Maksudnya?" Lelaki tenang itu menautkan alis.

"Apa Mas belum puas melihatku menderita? La
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
matikan ajalah si mentari ini njing. alur ceritamu seperti sdlokan busuk yg mampet. coba banyak2 membaca karya penulis terkenal biar bertambah sedikit wawasanmu njing
goodnovel comment avatar
Vyvel Laras
sumpah... berkorban dan berkorban lg.. g ngerti.. bukannya orang tua itu g boleh memaksakan kehendaknya...
goodnovel comment avatar
Diah Ayu
bingung dg skenario novel ini...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status