Share

BAB 21

Sampai pemakaman selesai, Mas Rian tak pernah meninggalkan prosesi. Dia tampak sangat kehilangan. Alangkah kejam, bila kematian dijadikan tempat mendulang simpati. Jangan sampai Ya, Rabb ...

Banyak rekan-rekanya yang datang berbela sungkawa, kecuali dokter Juwita. Hampir semua pelayat yang datang dan memang mengenalnya, memberi tepukan sabar.

Andai itu benar mencari simpati atau sungguhan. Aku membiarkan saja apa yang ingin dicapainya. Selain perpisahan kami belum resmi di pengadilan, tak ada kerabat yang tahu, pun tak mungkin menciptakan suasana tak nyaman dengan menyela apa yang dokter itu proklamirkan pada khalayak.

"Abram mau temanin Mamah, Pa." Mas Rian menatapku sekilas, melihat Abram yang memegang ujung jilbabku.

"Mamah masih berduka, Sayang. Belum sempat mengurus Abram," jawab Mas Rian menarik putranya ke sudut ruangan.

Aku yang memang masih syok dengan kepergian Bapak, membiarkan saja anak dan ayah itu berdiskusi.

Tak berapa lama, Mas Rian keluar sambil menerima telepon setel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aliefkhan
jahat sekali Rian, mudh2n dia menderita n GK bagian bru tau dia rasanya kecewa....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status