Share

Bab 74

Ayra tertawa terbahak mendengar ucapan Ibra. Ia tidak lagi bisa menahannya setelah sejak tadi berusaha menahan gelak tawanya agar tidak pecah.

Fahri menatap Ayra dengan tatapan bingung. Juga Ibra melakukan hal yang sama.

"Kenapa ketawa Sayang?" tanya Ibea lembut sembari mengelus rambut hitam Ayra. Fahri melengos karena tidak mau melihat pemandangan yang menyakitkan baginya itu.

"Yah lucu aja, Mas, aku masih ingat banget Ibunya selalu berkata kalau aku gak pernah berhak atas gaji yang diterimanya padahal mungkin mereka lupa atau pura-pura lupa kalau hasil kerja dari tetesan keringatnya itu ada hak aku juga sebagai istrinya dulu. Yh, benar kata kamu, Mas, kalau tidak mau berbagi dengan menantu biar dia nikahi saja anaknya itu yang katanya paling tampan dan mapan sedunia. Cuih!

Hal yang paling membuatku menyesal seumur hidupku adalah mendoakannya di setiap malamku agar memberikan rezeki yang berlimpah untuknya tapi nyatanya setelah dikabulkan oleh yang kuasa mereka menganggap aku han
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status