Share

BAB 108. Tante Devi kesal.

“Mbak Alya. Terima kasih untuk semuanya, salam untuk kakek dan nenek, ya? Sampaikan juga maaf Tante pada mereka,” ucap Tante Rima padaku, matanya berkaca-kaca.

“Insya Allah, Tan. Kami pamit ya, Tante. Kalau ada salah-salah kata kami mohon maaf,” jawabku tulus. Kenapa aku sedih begini ya, apa mungkin karena Tante Rima tulus.

“Alya, ayo, buruan! Sudah sore ini nanti kemalaman. Sudah jangan pedulikan perempuan jalang itu!” teriak Tante Devi. Dia sudah duduk di sebelah kemudi.

“Kami pamit ya, Pak, Buk, Tante Rima.” Kusalami mereka satu persatu.

“Hati-hati di jalan, Nak. Kalau kamu rindu opamu dan berziarah ke makamnya jangan lupa mampir ke sini,” ucap bapak yang beli rumah opa, aku mengangguk mengiyakan.

“Kasih tahu sama wanita sombong itu, kalau kebun sawit opamu seluas lima hektar sudah menjadi milik Tante dari situ Tante akan membesarkan Ganis.” Pengakuan Tante Rima saat aku pamit cipika- cipiki membuatku kaget. Ternyata Tante Rima maju lebih dulu dari pada Tante Devi.

“Tenang saja, di
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status