Share

BAB 105. Mendatangi rumah opah.

“Bahagia atau tidak itu juga tidak penting bagiku, yang penting orang tuaku senang itulah yang bisa buat aku senang. Opa memang sudah mati, tapi aku masih ada orang tua yang harus aku bahagiakan.”

“Kerjaanmu terlalu beresiko, Nind. Kalau kamu ketahuan dan diviralkan seluruh dunia akan tahu siapa dirimu.”

“Aku sudah memikirkan itu matang-matang, Al. Kamu jangan khawatir aku sudah katakan padamu aku tidak peduli penilaian orang yang penting aku kerja dapat duit beres! Mulut mereka juga enggak bisa ‘tuh ngasih kehidupan layak untuk aku. Jadi, aku tidak perlu repot-repot malu ataupun peduli dengan omongan orang.”

“Ya, sudah, Nin. Kamu susah dibilangin. Terserah kamu aja, kalau kamu kenapa-kenapa jangan ....”

“Cari kamu? Tenang Al, aku akan punya uang banyak aku tidak akan merepotkan siapa pun dengan uang banyak aku bisa melakukan apa pun. Jadi, aku tidak cari kamu,” cerocos Nindi memotong ucapanku.

“Ampun, deh! Ini kuping dengerin dulu kalau orang lagi ngomong!” kataku seraya kujewer kupi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status