Lukman Bagaskara tak dapat menutupi kekecewaannya saat Anyelir kekeuh mengatakan ia tak dapat memenuhi permintaan opanya karena gadis itu telah menerima lamaran kekasihnya.
"Memangnya siapa itu Denis Sukma, bisa-bisanya papimu merestui begitu saja lamaran konyol itu.Kamu itu salah satu ahli waris Lukman Bagaskara, bagaimana bisa dilamar dengan cara seenaknya seperti itu.Si Denis Denis itu bahkan tidak menemui Opa dulu untuk minta izin melamarmu.Tidak!Opa tidak akan memberi restu!" Lukman Bagaskara mengeraskan wajahnya.Ia tidak terima!"Dia putra Haris Sukma--asistenku, PaMereka sudah cukup lama menjalin hubungan, jadi wajar saja kalau pada akhirnya memutuskan untuk menikah.Denis lelaki yang baik, Anyelir pun sudah cukup umur untuk berumah tangga, apa alasanku menolaknya.Alih-alih ribut memaksa Anyelir mau menikah dengan Anjas, mengapa tidak aku saja yang Papa nikahkan dengan Mita--bundanya Anjas?Toh, kami saling mencintai dan sebelum aku khilaf melakukan sesuatu yang sangat ingin kulakukan padanya ." Arya Bagaskara angkat bicara.Awalnya pertemuan hanya dilakukan oleh Lukman dan kedua cucunya, namun kemudian Arya bergabung setelah tiba di mansion bersama Mita selepas menyelesaikan pekerjaan di kantor.Wajah Lukman Bagaskara merah padam.Sampai kapanpun tak akan ia biarkan kedua insan yang tengah di mabuk asmara itu menyatu dalam ikatan tali pernikahan."Kalian itu sudah dicatat dunia sebagai kakak beradik putra putri Lukman Bagaskara.Jangan membuat skandal dengan nekad menjalin hubungan meski Mita tidak terlahir dari rahim mamamu!" hardik Lukman."Apa karena ayahnya adalah Papa? Apa Mita anak Papa dengan wanita lain? Istri Siri Papa mungkin?" Arya menuding Lukman dengan menaik turunkan alisnya jenaka.Bukan rahasia seorang pria kaya punya istri siri dan anak di bawah tangan di mana-mana. Arya awalnya hanya bermaksud menggoda ayahnya, namun tak urung ia dibuat penasaran dan tertarik ingin menyelidikinya."Hati-hati kalau bicara! Jaga hati mamamu, Mita itu putri mendiang sahabatnya dulu di panti.Kami sangat menyayanginya.""Opa, Anye ngantuk! Silakan Opa, Papi dan Mas Anjas lanjutkan diskusinya.Anye ada janji VC sama Mas Den setengah jam lagi, Anye mau siap-siap dulu." pamit Anye."Awas kalau berani VCSan, Opa seret dia ke lapangan tembak! Bilang dia Opa belum memberi restu pada hubungan kalian!" Lukman sangat berang malam ini, tensi darahnya dipastikan naik dan ia butuh minum obat hipertensi sebelum berangkat tidur.Pada akhirnya pertemuan guna membicarakan perjodohan Anjas dan Anye ditangguhkan.Lukman memasuki kamar pribadinya dengan wajah gusar. Bukan saja cucunya yang bertingkah menolak perjodohan, putranya pun menambah pusing kepala dengan permintaan yang mustahil ia kabulkan.Rosana meletakkan buku yang tengah dibacanya. Wanita yang masih terjaga kecantikan luar dalamnya itu bergerak menyambut kedatangan suaminya."Mas sudah mau berganti pakaian tidur?"Lelaki berkepala tujuh itu mengangguk sembari mendekati istrinya.Rosana telah mengenakan gaun tidur berbahan satin halus favoritnya."Aku sikat gigi dulu!" Lukman beranjak menuju toilet setelah terlebih dahulu mengecup kening sang istri.Kini Lukman dan Rosana telah berada di peraduan. Tubuh mungil sang istri nyaman berlabuh dalam peluk hangat sang suami yang begitu dicintainya."Anyelir menolak perjodohan yang kuatur untuknya. Kekasihnya sudah lebih dulu melamar, katanya.Padahal kita semua saksi yang pastinya sepakat kalau Anjas adalah pria yang paling tepat untuk Anye, dengan demikian posisi kekeluargaan antara Mita dan keluarga kita juga semakin kuat dengan adanya ikatan pernikahan antara anaknya dan cucu kita.Aku lebih ridho melihat Arya dan Mita menjadi besan daripada harus menikahkan keduanya!" Lukman masih tampak berang.Rosana membelai wajah garang suaminya, wanita lemah gemulai itu menatap penuh kasih sayang pada lelaki yang dijodohkan dengannya empat puluh lima tahun lalu."Sudah Pap, jangan marah-marah melulu, nanti darah tingginya semakin menjadi-jadi," bujuk sang istri yang kedua tangannya telah melingkar di leher sang suami.Lukman menghela napasnya kasar, namun kemudian fokusnya berpindah pada tubuh Rosana yang telah menyatu dengan tubuhnya. Reflek ia benamkan wajahnya di area dada nan indah yang telah menjadi candunya selama pernikahan, meninggalkan tanda di sekitarnya dengan penuh gairah dan membiarkan endorphin diproduksi secara berlimpah merilekskan otak yang semula tegang memikirkan ulah putra dan cucunya.Cukup lama keduanya saling berlomba menuju puncak syurga dunia. Hingga sang wanita terlebih dahulu terkulai lemas mengakui ketangguhan sang suami yang sejatinya sudah tidak muda lagi secara usia.Sebetulnya ada sesuatu yang sejak lama ingin diutarakan oleh Rosana pada suaminya. Namun entah mengapa ia merasa takut jika apa yang seringkali dituduhkan oleh putranya pada suaminya benar adanya.Bagaimana jika benar suaminya adalah ayah biologis dari Mentari Paramita, putri angkat mereka.Flashback onEmpat puluh tahun lalu ..."Sayang, aku dapat telpon dari panti, Bu Salma bilang Melati mengalami kecelakaan dan kandungannya sedang dalam kondisi kritis.Semoga paramedis dapat menyelamatkan anak yang tengah ia kandung!Tapi sejak kapan memangnya Melati mengandung? Aku bahkan tidak tahu kalau dia telah menikah." Rosana menatap bingung ke arah suaminya yang tampak terkejut mendengar berita kecelakaan yang menimpa sahabat mereka."Ayo kita lihat keadaannya dulu, semoga keduanya dapat diselamatkan!" Lukman mengajak istrinya bergegas, bagaimana pun Melati adalah cinta pertamanya, gadis yang ia inginkan sebelum orangtuanya menjodohkannya dengan Rosana.Melati dan Rosana diasuh bersama di panti asuhan yang dikelola oleh seorang wanita bernama Bu Salma. Mertua Bu Salma adalah pendiri panti asuhan itu dan orang tua angkat Rosana berikut Lukman Bagaskara adalah donatur tetap di sana.Bu Salma sendiri memiliki seorang putra bernama Johan yang besar bersama Melati, Rosana dan Widuri--anak panti lainnya yang kemudian diadopsi oleh sepasang suami istri yang bermaksud menjadikannya sebagai 'anak pancingan'.Di kemudian hari, Johan yang sesungguhnya menaruh hati pada Rosana menikahi Widuri yang sejak lama telah jatuh hati pada anak sang ibu panti yang berwajah tampan itu.Yah, telah terjadi drama percintaan bersegi-segi di Panti Asuhan itu sejak berpuluh tahun lalu.Lukman yang mencintai Melati justru dijodohkan dengan Rosana, sementara Rosana sendiri dicintai oleh Johan yang dicintai secara ugal-ugalan oleh Widuri dan diam-diam dicintai pula oleh Melati tanpa sepengetahuan Lukman yang justru menyematkan predikat cinta pertama pada gadis panti berparas ayu yang sempat menghilang selama setahun sebelum berita kecelakaannya menggemparkan panti dan sekitarnya."Bagaimana keadaan Melati, Bu? Di mana sebenarnya Melati selama ini?Bagaimana bisa ia tengah hamil besar saat ini?Mengapa pernikahannya dirahasiakan, Bu?Apa selama ini ia ikut suaminya?Lantas, mana suaminya?Apa Ibu sudah menghubungi ayah dari bayi yang sedang dikandung Melati?" Rosana bertanya dengan frustasi, ia sangat marah karena tak tahu apa yang telah terjadi dengan sahabatnya selama ini.Bu Salma bergeming sembari menunduk. Sejujurnya ia bingung harus menjawab apa."Setahun yang lalu Melati pamit akan bekerja di kota lain, dia tak pernah mengatakan sedang dekat dengan pria mana pun.Ibu bahkan berencana menikahkannya dengan Johan.Toh kekasihnya telah menikah denganmu," jawab Bu Salma apa adanya."Kekasih Melati menikahiku?" Rosana melayangkan tatapannya pada sang suami."Kami sempat backstreet saat kita SMA dulu, Sayang.Hanya cinta monyet saja." Lukman berjuang menetralisir degup jantungnya, dia menyayangi istrinya, ibu dari putra sematawayangnya.Dia berjanji akan menjaga hati Rosana, karena meski masih menyimpan rasa cinta yang belum usai pada Melati, tetap Rosana adalah permaisuri di istananya dan bak sekuntum bunga yang kini telah mekar sempurna di sudut hatinya, keindahan tutur kata dan perilaku Rosana telah membuatnya jatuh hati pada pesona sang istri sah."Maksud Ibu, Ibu juga tidak mengetahui siapa lelaki yang telah menghamili Melati?" Kembali istri dari Lukman Bagaskara itu mendesak sang ibu panti mengatakan yang sebenarnya.Tak urung Bu Salma berjuang menutupi kegugupannya. Dia hanya bisa berbohong karena telah berjanji akan turut menutupi pernikahan sirri anak asuhnya yang diselenggarakan secara sederhana di kediamannya setahun lalu.Sepasang suami istri bergerak cepat mendekati ketiganya. Johan diikuti Widuri segera menghampiri menanyakan keadaan Melati yang selama ini mereka ketahui berada di luar negeri untuk bekerja.TBC"Keluarga pasien atas nama Melati Putriyanne!"Bu Salma diikuti Rosana, Widuri, Johan dan Lukman berderap menuju asal suara yang memanggil."Bagaimana dengan Melati dan anaknya, Bu Bidan?" Lukman to the point bertanya pada petugas yang memanggil mereka."Bayinya aman, namun Bu Melati masih dalam kondisi kritis saat ini, dia ingin bicara empat mata dengan yang bernama Rosana. Apa orangnya ada?"Wajah Lukman pias seketika, dia begitu takut akan terjadi hal - hal yang buruk pada Melati."Saya Rosana!""Segeralah masuk, BuAnda sudah ditunggu oleh Bu Melati." Petugas medis itu lanjut membawa Rosana menuju bed tempat Melati terbaring tak berdaya."Mel! Ya Tuhan! Sudah, jangan.bicara apa-apa lagi, istirahat saja dulu," titah Rosana kala melihat wajah pucat Melati pasca melahirkan.Melati hanya bisa menangis, tak sepatah kata pun yang sanggup ia ucapkan selain kata maaf yang dilafazkan terbata. Kondisinya terus menurun hingga kembali kehilangan kesadaran."Dia bicara apa?" tanya Lukman p
"Kamu sadar tidak sih, betapa menggodanya dirimu?"Anyelir tergugu, ia tidak bermaksud menggoda siapa-siapa.Bahkan kepada Denis pun awalnya ia hanya menawarkan pertemanan. Tak ada sedikit pun keinginan menarik perhatian pria itu untuk ia jadikan kekasih.Namun Denis memang sebaik itu. Pria itu paket komplit yang pesonanya sangat sulit dinafikan oleh para wanita termasuk dirinya yang nyata membutuhkan 'seseorang'."Aku gak pernah bermaksud menggoda siapa pun, MasKamu tahu sejak dulu beginilah aku. Aku bahkan nyaris gak pernah pake parfum dan lebih suka memakai minyak telon. Kalau soal pakaian ya memang dari dulu aku seperti ini terkecuali jika keluar, aku selalu berpakaian sopan kok meski belum berhijab seperti gadis yang selalu membersamai kamu itu.Aku memang suka tidur dengan gaun begini, aku mencontoh bunda Mita yang di mataku anggun mengenakan dress sehari-hari. Bunda Mita yang pertama kali menghadiahiku gaun tidur yang nyaman dikenakan ini, selanjutnya aku memang jadi ketagi
Anjas urung memasuki kamarnya. Ia memilih untuk menajamkan telinganya.Suara-suara ambigu itu kian terdengar jelas dan parahnya ia merasa familiar dengan suara-suara yang saling bersahutan itu."Udah ah, Mas ... Pegel tau!' Itu suara Paramita, Anjas tentu tak salah mengenali suara bundanya. "Lima menit lagi, Mit ... yang tadi rasanya nyaman sekali, jangan salahkan kalo aku jadi ketagihan," tawar pria yang menjadi lawan bicara sang bunda. Suara pria itu pun sangat Anjas kenali. Siapa lagi kalau bukan Arya Bagaskara, paman angkatnya.Anjas merasa tak perlu menunda untuk menegur keduanya. Sudah bukan rahasia lagi kalau bundanya menjalin hubungan dengan sang kakak angkat. Seluruh penghuni rumah bahkan karyawan kantor sudah mengendus cukup lama meski tak ada yang berani angkat bicara. Tentu saja alasannya karena tak ingin punya masalah dengan sang CEO dan berpikir masih sangat sayang dengan mata pencaharian mereka.Sungguh mereka belum siap untuk didepak karena meributkan hubungan sang
Semalaman mata Anjas terjaga. Meski telah menegakkan sholat witir dilanjutkan melafazkan dzikir tetap saja berbagai kejadian sepanjang awal malam hingga adzan subuh berseliweran di kepalanya. Tentang Anyelir yang dijodohkan Opa dengannya, namun ternyata telah dilamar oleh kekasihnya. Tentang Bundanya dan Om Arya yang ternyata telah menikah siri setahun yang lalu.'Terang saja semakin mesra kala bersama.'Dia butuh waktu dan ketenangan batin untuk mencerna semua itu.Anjas memilih untuk tidak langsung kembali ke kamarnya sepulang dari mengerjakan sholat subuh di masjid terdekat yang biasa ia tempuh dengan hanya berjalan kaki.Pemuda yang sudah cukup lama tak mengunjungi mansion Opanya itu kemudian menyambangi spot-spot favorit ketika dirinya masih tinggal di bangunan megah itu."Lha, Mas Anjas ada di sini tho! Lama gak ketemu manglingi banget!" seru Dito, salah satu pekerja yang awalnya ikut sang ayah bekerja di Mansion Lukman, kemudian lanjut bekerja menggantikan ayahnya yang pulang
Anye menyelinap masuk ke kamar Anjas setelah terlebih dahulu mengetuk pintu.Memang sudah kebiasaannya sejak dulu, akan langsung masuk setelah mengetuk pintu tanpa menunggu dipersilakan masuk terlebih dahulu oleh si pemilik kamar."Ups, maaf Mas!" Anye spontan menutup kedua matanya lalu memutar tubuh membelakangi. "Kebiasaan lama belum hilang juga rupanya," omel Anjas seraya menyambar bathrobenya.Pemuda itu tadi hanya mengenakan boxernya saja."Maaf, Mas ... aku tadinya mau mengajak Mas sarapan pagi bareng, tapi rupanya Mas Denis harus segera pulang setelah menerima telpon dari papanya.Mas belum sarapan kan?" "Aku tadi minta Dito membuatkan jus alpukat saja, mau nimbrung khawatir mengganggu kebersamaan kalian, jadinya ya ... ""Maafin aku ya, Mas. Beneran gak nyangka Mas Denis akan datang tadi setelah aku bilang gak bisa ikut jogging karena kesiangan bangun.""Its okay, jadi udah pada kelar sarapannya?" Anyelir menggelengkan kepalanya. "Aku gak selera makan nasi goreng seafoodny
Anye mengencangkan pelukannya seolah tak ingin berpisah lagi dengan sosok yang kini tengah membalas pelukannya. "Nye, sudah ... kita naik, Mas mau siap-siap pulang ke apartemen. ""Tapi nanti bakalan sering main ke sini lagi kan ya, Mas." Anye masih belum mau mengurai pelukannya. Ntah karena masih sangat rindu ataukah takut tenggelam. Allahua'lam."Mas gak janji, Nye ...Apalagi kalau kamu sudah resmi menerima lamaran Denis, haram bagi Mas menikung sesama saudara seiman. Mas tentunya akan semakin menjaga jarak dan menghormati keputusan kamu.Saran Mas, istikharahlah agar Allah menuntun kamu menentukan pilihan terbaik.""Iya, Mas.Oh ya, Mas ... Jadi aku boleh ikut kamu ke apartemen kan siang ini? Janji aku gak akan ganggu kamu menyiapkan bahan seminar, aku juga gak akan ngotot ngajak makan di warungnya Cak Somad, kita delivery order aja atau aku yang akan masak di sana biar Mas bisa fokus menyelesaikan pekerjaan.Boleh ya, Mas. Seharian ini aku akan jadi teman yang manis di apartem
Anye menggigit bibirnya sembari membuang tatapan menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca. "Kita bukan mahrom, Sayang. Jangan kelamaan duduk di pangkuan Mas, khawatirnya dia bangun dan Mas harus mengambil waktu untuk menidurkan dia agar bisa konsentrasi menyelesaikan materi seminar besok." Kembali Anjas berbisik dan sukses memerahkan wajah tuan putri kesayangannya. "Mas, kamu ..." Anye merasa gemas sekali hingga reflek mencubit roti sobek Anjas yang ternyata begitu keras."Udah ah, aku mau lanjut masak dulu! Ba'da dzuhur kita makan siang di sini saja, Mas. Insyaa Allah semua sudah akan siap untuk kita berdua.Oh ya nanti aku numpang sholat di kamar kamu ya, Mas!" serunya sambil bergerak cepat melipir kembali ke pantry sebelum Anjas kembali mengeluarkan kata-kata yang membuatnya salah tingkah. Tepat saat Adzan berkumandang Anye selesai melakukan plating. Dia juga menyiapkan salad buah untuk cuci mulut dan cemilan nantinya."Mas aku numpang mandi di kamarmu ya, gerah banget soa
"Selesaikan makannya, habis itu istirahat dulu di kamar Mas. Sorenya nanti Mas antar pulang, " titah Anjas. Anye patuh dan langsung masuk kamar selepas menyelesaikan makan siangnya. Anjas sendiri memilih mencuci semua perabot dan alat makan kotor yang berada di sink cuci piring sebelum akhirnya menyerah dan ikut merebahkan dirinya di sofa ruang tengah.Pekerjaannya sudah hampir rampung sementara matanya sangat sulit diajak bekerja sama. Hampir terjaga semalaman membuat Anjas agak kesulitan berkonsentrasi berujung ngantuk yang tak tertahankan selepas menikmati makan siangnya. Anye hampir saja terlelap saat panggilan video dari sang oma mendistraksinya."Apa kamu masih bersama Masmu, Sayang?" tanya Rosana"Anye baru selesai makan siang sama Mas Anjas, Oma.Anye disuruh istirahat dulu siang ini di kamarnya Mas Anjas, orangnya sendiri mungkin masih lanjut menyelesaikan pekerjaannya atau bisa jadi juga sedang rehat di ruangan lain.Oma mau bicara sama Mas Anjas?" tanya Anye yang saat