Share

7. Mengintrogasi Dito

Semalaman mata Anjas terjaga. Meski telah menegakkan sholat witir dilanjutkan melafazkan dzikir tetap saja berbagai kejadian sepanjang awal malam hingga adzan subuh berseliweran di kepalanya.

Tentang Anyelir yang dijodohkan Opa dengannya, namun ternyata telah dilamar oleh kekasihnya.

Tentang Bundanya dan Om Arya yang ternyata telah menikah siri setahun yang lalu.

'Terang saja semakin mesra kala bersama.'

Dia butuh waktu dan ketenangan batin untuk mencerna semua itu.

Anjas memilih untuk tidak langsung kembali ke kamarnya sepulang dari mengerjakan sholat subuh di masjid terdekat yang biasa ia tempuh dengan hanya berjalan kaki.

Pemuda yang sudah cukup lama tak mengunjungi mansion Opanya itu kemudian menyambangi spot-spot favorit ketika dirinya masih tinggal di bangunan megah itu.

"Lha, Mas Anjas ada di sini tho! Lama gak ketemu manglingi banget!" seru Dito, salah satu pekerja yang awalnya ikut sang ayah bekerja di Mansion Lukman, kemudian lanjut bekerja menggantikan ayahnya yang pulang kampung setelah pensiun.

"Kenapa gak tinggal di sini lagi aja sih, Mas! Kan kuliahnya sudah rampung?" tanya Dito sembari menyapu dedaunan yang gugur dari pohon mangga harum manis dan jambu jamaica yang mulai berbunga dengan lebat.

"Lebih deket aja dari kantor, Dit! Oh ya, apa kamu pernah melihat Anyelir diantar jemput sama seseorang belakangan ini?" Anjas sebetulnya bisa saja mengecek CCTV, tapi dia memang sengaja ingin membangun komunikasi dengan Dito, dia sadar sudah cukup lama meninggalkan mansion hingga tak sedikit kejadian yang luput dari pantauannya.

"Maksud Mas Anjas kekasihnya Mbak Anyelir sering main ke sini apa nggak? Gitu kali ya? Kalo cuma antar jemput sih itu tugasnya Kang Dudung, Mas!" celetuk Dito.

"Ya, kurang lebih begitulah ... apa kekasihnya sering datang ke mari?" Anjas mengulangi pertanyaannya.

Dito nyengir, " Mas Anjas cemburu ya ... jan khawatir, Mas! Mbak Anye itu temennya cewek semua kok yang diajakin ke rumah. Terus itu-itu aja lagi orangnya; Mbak Keisha, Mbak Indi sama Mbak Gita.

Cuma denger-denger sejak Mas Anjas tinggal di asrama lanjut ke apartemen memang Mbak Anye jadi deket sama anaknya Pak Haris--asisten Tuan Arya.

Saya juga tahunya dari Mbok Darsih yang sering nerima paket dari Mas Denis buat Mbak Anye, Kang Dudung yang bilang kalo Mas Denis ini anaknya Pak Haris.

Saya juga belum pernah ketemu langsung sama orangnya, Kang Dudung bilang sih orangnya ngemong, sabar banget kayak bapaknya, jadi ya cocok aja gitu sama Mbak Anye yang agak manja," celoteh Dito seraya menyudahi acara menyapunya.

Anjas bergeming.

Seingatnya Denis memang sesabar itu. Teman sekolahnya dulu itu memang pribadi yang santun dan mengayomi. Justru dia yang lebih dikenal sebagai bad boy sebelum hijrah saat rutin ikut kajian di kampus tempatnya berkuliah.

"Mas, saya lanjut mau nyirem kembang-kembangnya Nyonya Rosana dulu ya," pamit Dito yang dibalas anggukan oleh Anjas, namun tak urung ia meminta pemuda itu untuk bertukar nomor kontak terlebih dahulu.

Anjas tak ingin segera pulang ke apartemennya. Mumpung weekend, dia ingin lebih lama di mansion, sesuatu yang sebelumnya ia hindari mati-matian demi menjauhi sosok Anyelir yang begitu meresahkan batinnya.

Panjang umur, sosok gadis yang baru saja dibicarakan muncul mengenakan dress rumahan selutut yang manis. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan bando mungil bertahta di rambut hitam kecoklatannya yang bergelombang.

"Mas, pengen sarapan apa?" tanya sang gadis yang rupanya berniat menyiapkan sarapan untuk kakak sepupunya yang sudah lama tidak pulang.

"Apa aja, Nye ... Anyway, kamu gak ada acara sama Denis weekend ini?" tanya Anjas berharap gadisnya akan menjawab 'TIDAK'.

"Seharusnya sih kita jogging di Centre Park, Mas. Tapi akunya kesiangan," jawab Anye.

"Kita dulu juga sering jogging bareng ya, Nye," celetuk Anjas yang ditanggapi Anye dengan anggukan pelan. Sementara di dalam hati gadis itu menyahut, 'Iya, Mas ... dan berakhir aku pulang dalam gendongan kamu karena mengeluh kelelahan'

Keduanya kemudian berjalan masuk beriringan sembari lanjut bernostalgia.

"Kamu masih ingat sering aku gendong sepulang jogging?" tanya Anjas.

Wajah Anye memerah.

"Gak usah dibahas juga kali, Mas," omelnya yang disambut Anjas dengan cengiran.

'Mana mungkin aku lupa dengan perhatian dan kelembutan kamu sama aku, Mas' lirih hati Anyelir.

"Ah ya, apa kabar bunga camelia yang kita tanam dulu di balkon kamar kamu? Apa sudah berbunga?"

"Tentu, sekarang juga sedang berbunga kok, Mas. Nanti kita lihat sama-sama ya, siapa tahu Mas juga ingin menghadiahkannya pada Mbak Yasmin," cetus Anyelir yang menuai tatapan tajam sang kakak sepupu.

Tangan Anjas menahan bahu sang gadis agar berhenti sesaat.

"Aku gak suka kamu sebut nama orang lain saat kita bersama, Nye! Aku gak ada niat sama sekali melakukan seperti apa yang baru kamu sebutkan.

Ini sudah yang kesekian kalinya kamu sebut namanya saat kita bersama, padahal aku sudah pernah mengatakan kalau di antara dia dan aku tidak ada apa-apa.

Ada apa sama kamu, Nye?" Kini kedua belah tangan Anjas telah bertengger di bahu Anye.

Tubuh mungil Anye yang membeku perlahan tenggelam dalam dekapan hangat Anjas yang menenangkan.

"Mas gak tahu apa yang kamu dengar tentang Mas dan wanita lain di luar sana, Mas juga gak tahu siapa yang sudah mencekoki kamu dengan informasi yang membuat kamu selalu mengaitkan Mas dengan wanita lain di luar sana.

Satu hal yang kamu harus tahu, Mas sangat menyayangimu, Mas sadari sejak lama kalau sayang itu bukan lagi layaknya seorang kakak pada adiknya semata, tapi lebih kepada seorang pria kepada wanita yang dicintainya." Anjas menghela napas, mengeratkan dekapan dan seolah enggan melepaskan meski sadar beberapa meter dari arah halaman depan berdiri seorang pemuda berpakaian olah raga yang tertegun menyaksikan gadisnya dalam pelukan seseorang.

Anjas dengan tenang mengurai pelukannya sembari berbisik, "Kamu mengundang Denis ke sini?"

Gadis itu tersadar seketika, matanya yang semula berkaca-kaca mengerjap menatap sosok pemuda yang berdiri kurang dari 50 meter saja dari posisinya saat ini.

"Mas Den!" Anye lalu berlari ke arah kekasihnya.

"Mas Den sudah lama tiba di sini?" Gadis itu kemudian meraih lengan kekasihnya dan jalan bergandengan menuju Anjas yang menahan gejolak di dadanya menyaksikan Anyelir bergelayut manja di lengan Denis.

"Hai Den, gue titip adik gue ya! Pada mau sarapan bareng kan ya? Well, aku duluan kalo gitu." Anjas berjalan dengan cepat mendahului Anye dan Denis yang masih berjalan bergandengan memasuki mansion.

"Apa hanya perasaanku kalau kehadiranku sepertinya telah mengganggu momen kebersamaan kamu dan Anjas tadi, Nye?" tanya Denis.

Anye tidak langsung menjawab. Sejujurnya dia juga bingung harus menjawab apa dan masih shock dengan confession yang baru saja diutarakan oleh Masnya tadi.

"Mas Anjas lagi banyak masalah aja sih kayaknya.

Sebagai adik yang baik aku hanya berusaha ada untuk dia," jawab Anye pada akhirnya dengan diplomatis.

"Oh ya, aku lupa tanya kamu tadi mau sarapan apa, gimana kalau kita siapin bersama?

Dulu waktu Mas Anjas masih tinggal di sini, aku sering kolab bikin sarapan sama dia, seru deh! Mau ya masak bareng aku?" pinta Anyelir yang diiyakan dengan senang hati oleh sang kekasih.

Selanjutnya dua sejoli itu tampak larut dalam keseruan meracik sarapan pagi untuk mereka berdua.

Sementara di dalam kamarnya Anjas terlihat sedang khusyuk berbalas pesan demi mengalihkan perhatiannya dari rasa sesak mendapati kebersamaan gadisnya dengan kekasih gadis itu.

Sebuah tawaran mengisi seminar di kampus Anye oleh salah seorang seniornya yang kini telah menjadi dosen di kampus itu menarik perhatian Anjas.

'Why not? tawaran Bang Erland ini cukup menarik, setidaknya aku jadi punya alasan berkunjung ke kampusnya Anye' batin Anjas.

Pemuda itu sadar dia sudah hampir saja kehilangan Anye jika saja Lukman tidak menolak mentah-mentah lamaran yang diajukan Denis sebelum ia sempat membuat pengakuan atas perasaannya pada gadis pujaannya itu.

Meskipun saat ini masih begitu sulit bagi Anjas untuk dapat meraih Anye, namun ia akan lebih bersungguh-sungguh kali ini. Kesempatan sekecil apa pun untuk dapat mendekatkan dirinya dengan gadis itu sedapat mungkin akan ia jabani.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status