Anjas urung memasuki kamarnya. Ia memilih untuk menajamkan telinganya.
Suara-suara ambigu itu kian terdengar jelas dan parahnya ia merasa familiar dengan suara-suara yang saling bersahutan itu."Udah ah, Mas ... Pegel tau!' Itu suara Paramita, Anjas tentu tak salah mengenali suara bundanya."Lima menit lagi, Mit ... yang tadi rasanya nyaman sekali, jangan salahkan kalo aku jadi ketagihan," tawar pria yang menjadi lawan bicara sang bunda. Suara pria itu pun sangat Anjas kenali. Siapa lagi kalau bukan Arya Bagaskara, paman angkatnya.Anjas merasa tak perlu menunda untuk menegur keduanya. Sudah bukan rahasia lagi kalau bundanya menjalin hubungan dengan sang kakak angkat.Seluruh penghuni rumah bahkan karyawan kantor sudah mengendus cukup lama meski tak ada yang berani angkat bicara.Tentu saja alasannya karena tak ingin punya masalah dengan sang CEO dan berpikir masih sangat sayang dengan mata pencaharian mereka.Sungguh mereka belum siap untuk didepak karena meributkan hubungan sang CEO dengan adik angkatnya tersebut."Om, Bunda ... sedang apa di sini?" tanya Anjas yang tiba-tiba muncul dari balik pilar balkon tempat keduanya dilanda kesibukan yang menimbulkan suara-suara berisik yang ambigu."Oh, Astaghfirullah Jas! Kamu ngagetin Bunda aja!" Mita menekan dadanya dengan satu telapak tangan, sementara telapak tangan satunya lagi meremas jemari sang kekasih.Wanita berkepala empat itu memandang nyalang ke arah putranya. Meski sebenarnya Anjas sendiri bukanlah putra kandungnya. Hanya segelintir orang yang tahu kalau Anjas sebenarnya adalah anak yang diadopsi Mita di hari yang sama ia gagal melahirkan putra kandungnya.Saat mengetahui bayi yang ia lahirkan dalam keadaan tak bernyawa, Mita mengalami depresi berat.Kala itu ia hanya didampingi oleh Rosana--ibu angkatnya.Kesedihan yang mendera Mita saat kehilangan putra kandungnya teramat dalam meski ia tak lagi mencintai lelaki yang pernah menjadi suami dan menyemai benih anak itu di dalam rahimnya kala mereka masih berada dalam ikatan pernikahan.Sejak perselingkuhan antara suami Mita dengan mantan kekasih pria itu terungkap di bulan keenam pernikahannya, Mita tak mau membuang waktu dan langsung mengajukan gugatan perceraian walau ia sadar sepenuhnya tengah berbadan dua.Mita hanya merasa tak ingin mempertahankan rumah tangga yang pada dasarnya dibangun berlandaskan keterpaksaan semata.Tak ada cinta.Hanya sebatas membalas budi karena telah diasuh dengan baik sejak lahir oleh kedua orang tua angkatnya.Di hari ia kehilangan bayi yang seharusnya lahir pagi itu, seorang wanita sebatang kara juga melahirkan di waktu dan di tempat yang sama dengannya.Wanita tanpa sanak saudara yang suaminya dikabarkan meninggal dunia sehari sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya itu memohon kepada bidan di klinik bersalin untuk berkenan merawat bayinya.Wanita itu mengatakan kalau dirinya dan mendiang suaminya tak lagi memiliki siapa-siapa, keduanya berasal dari sebuah panti asuhan yang sama di pinggir kota.Arya yang saat itu baru saja tiba sempat mendengar kasak kusuk yang beredar di klinik bersalin. Ketika Rosana menyampaikan berita kehilangan yang menyebabkan Mita mengalami depresi, Arya seketika mendapat ide untuk menghadiahkan bayi yatim piatu yang lahir di momen yang sama dengan persalinan Mita tersebut agar dapat meredakan kesedihan wanita yang sejak lama ia cintai itu.Awalnya Rosana ragu dengan ide yang diutarakan oleh putranya. Namun melihat Mita yang tampak sangat terpukul dengan kehilangan bayi yang ia kandung menggoyahkan pertahanan Rosana hingga akhirnya menyetujui adopsi yang hanya diketahui oleh mereka saja. Bahkan Lukman Bagaskara yang kala itu masih berada di luar negeri untuk perjalanan bisnis pun tak diberitahu tentang hal itu. Namun Arya merasa perlu untuk memberitahukan kepada Henry--mantan suami Mita kalau putranya telah tiada dan yang berada di dalam pelukan Mita adalah bukan darah daging lelaki yang memilih kembali menjalin hubungan dengan mantan terindahnya dulu.Didukung oleh pernyataan para saksi, Henry pun akhirnya menerima kenyataan bahwa putranya dan Mita telah tiada. Lelaki yang pada dasarnya juga hanya terpaksa menjalani pernikahan yang dirancang oleh atasannya itu sejatinya tak merasa kehilangan sama sekali, karena ia memang tak begitu mengharapkan anak buah pernikahannya dengan putri angkat Lukman Bagaskara, ia bahkan tak menyesal ketika kehilangan jabatannya sebagai salah satu asisten Lukman kala bercerai dengan wanita yang sebenarnya tidak ia benci namun juga tak dapat ia cintai sepenuhnya karena hati yang masih memilih sang mantan kekasih.Dalam hati berulang kali Henry mengatakan bagaimana ia bisa mencintai wanita yang ia pahami juga sebetulnya mencintai pria selain dirinya. Henry menyadari hati sang mantan istri telah tertaut ke kakak angkatnya sendiri dan hanya terpaksa menjalani pernikahan dengannya.Kembali ke balkon mansion Bagaskara yang kini dipenuhi ketegangan di antara Anjas dan pasangan kekasih yang ternyata memang sedang sibuk saat dipergoki."Bundamu bantu ngerokin punggung Om, Jas! Kamu lihat sendiri bekasnya, asli Om masuk angin berat.Kamu kan tahu gimana seringnya Om lembur hingga tengah malam belakangan ini.Syukurlah setelah dikerok rasanya jadi lebih mendingan. Pijatan Bundamu juga sangat nyaman, itu bukan rahasia lagi, kan?" Arya dan Mita kini duduk berdampingan di balkon mansion menatap sang pemuda yang juga menatap tajam ke arah keduanya."Om, Bunda ... maafkan Anjas.Anjas mengerti kalian saling menyayangi, berita burung tentang hubungan kalian telah merebak kemana-mana. Anjas sampai tak tahu harus menjawab apa ketika ditanya apa sebenarnya hubungan Om dan Bunda.Tapi sungguh Anjas berharap kalian segera menghalalkan hubungan jika memang Om benar-benar mencintai Bunda.Anjas sadar, Anjas juga hanya putra angkat Bunda, jadi tidak bisa memaksa Bunda keluar dari mansion dan tinggal bersama Anjas di luar sana, tapi Anjas mohon Om muliakan Bunda ... posisikan Bunda dengan semestinya. Sungguh Anjas sayang pada kalian berdua, sayang dengan keluarga penuh kasih yang telah membersamai Anjas selama ini. " Pemuda itu meneduhkan tatapannya pada Mita dan Arya yang juga balas menatap lembut ke arah anak muda yang mereka sayangi itu.Sesaat Arya dan Mita juga saling melemparkan tatapan. Mita mengangguk ke arah Arya yang dibalas anggukan oleh pria itu dan hanya mereka yang mengerti apa arti anggukan itu."Egh hm...," dehem Arya seraya memindahkan posisi lengan merengkuh tubuh wanita yang ia cintai."Sebelumnya Om minta maaf kepadamu karena baru akan mengatakannya saat ini.Anjasmara Prasetya, sesungguhnya Aku-- Arya Bagaskara telah menikahi Bundamu-- Mentari Paramita setahun yang lalu.Memang belum sah secara negara, karena masih ada sesuatu yang harus kami pastikan terlebih dahulu.Opa dan Omamu juga belum mengetahuinya.Om harap kamu berkenan merestui kami.Om berjanji akan segera mengesahkan pernikahan ini secara negara, sampai dengan niat itu terlaksana, Om mohon kamu turut merahasiakannya," pinta Arya Bagaskara sembari mengecup kening Mita di hadapan putranya.Semalaman mata Anjas terjaga. Meski telah menegakkan sholat witir dilanjutkan melafazkan dzikir tetap saja berbagai kejadian sepanjang awal malam hingga adzan subuh berseliweran di kepalanya. Tentang Anyelir yang dijodohkan Opa dengannya, namun ternyata telah dilamar oleh kekasihnya. Tentang Bundanya dan Om Arya yang ternyata telah menikah siri setahun yang lalu.'Terang saja semakin mesra kala bersama.'Dia butuh waktu dan ketenangan batin untuk mencerna semua itu.Anjas memilih untuk tidak langsung kembali ke kamarnya sepulang dari mengerjakan sholat subuh di masjid terdekat yang biasa ia tempuh dengan hanya berjalan kaki.Pemuda yang sudah cukup lama tak mengunjungi mansion Opanya itu kemudian menyambangi spot-spot favorit ketika dirinya masih tinggal di bangunan megah itu."Lha, Mas Anjas ada di sini tho! Lama gak ketemu manglingi banget!" seru Dito, salah satu pekerja yang awalnya ikut sang ayah bekerja di Mansion Lukman, kemudian lanjut bekerja menggantikan ayahnya yang pulang
Anye menyelinap masuk ke kamar Anjas setelah terlebih dahulu mengetuk pintu.Memang sudah kebiasaannya sejak dulu, akan langsung masuk setelah mengetuk pintu tanpa menunggu dipersilakan masuk terlebih dahulu oleh si pemilik kamar."Ups, maaf Mas!" Anye spontan menutup kedua matanya lalu memutar tubuh membelakangi. "Kebiasaan lama belum hilang juga rupanya," omel Anjas seraya menyambar bathrobenya.Pemuda itu tadi hanya mengenakan boxernya saja."Maaf, Mas ... aku tadinya mau mengajak Mas sarapan pagi bareng, tapi rupanya Mas Denis harus segera pulang setelah menerima telpon dari papanya.Mas belum sarapan kan?" "Aku tadi minta Dito membuatkan jus alpukat saja, mau nimbrung khawatir mengganggu kebersamaan kalian, jadinya ya ... ""Maafin aku ya, Mas. Beneran gak nyangka Mas Denis akan datang tadi setelah aku bilang gak bisa ikut jogging karena kesiangan bangun.""Its okay, jadi udah pada kelar sarapannya?" Anyelir menggelengkan kepalanya. "Aku gak selera makan nasi goreng seafoodny
Anye mengencangkan pelukannya seolah tak ingin berpisah lagi dengan sosok yang kini tengah membalas pelukannya. "Nye, sudah ... kita naik, Mas mau siap-siap pulang ke apartemen. ""Tapi nanti bakalan sering main ke sini lagi kan ya, Mas." Anye masih belum mau mengurai pelukannya. Ntah karena masih sangat rindu ataukah takut tenggelam. Allahua'lam."Mas gak janji, Nye ...Apalagi kalau kamu sudah resmi menerima lamaran Denis, haram bagi Mas menikung sesama saudara seiman. Mas tentunya akan semakin menjaga jarak dan menghormati keputusan kamu.Saran Mas, istikharahlah agar Allah menuntun kamu menentukan pilihan terbaik.""Iya, Mas.Oh ya, Mas ... Jadi aku boleh ikut kamu ke apartemen kan siang ini? Janji aku gak akan ganggu kamu menyiapkan bahan seminar, aku juga gak akan ngotot ngajak makan di warungnya Cak Somad, kita delivery order aja atau aku yang akan masak di sana biar Mas bisa fokus menyelesaikan pekerjaan.Boleh ya, Mas. Seharian ini aku akan jadi teman yang manis di apartem
Anye menggigit bibirnya sembari membuang tatapan menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca. "Kita bukan mahrom, Sayang. Jangan kelamaan duduk di pangkuan Mas, khawatirnya dia bangun dan Mas harus mengambil waktu untuk menidurkan dia agar bisa konsentrasi menyelesaikan materi seminar besok." Kembali Anjas berbisik dan sukses memerahkan wajah tuan putri kesayangannya. "Mas, kamu ..." Anye merasa gemas sekali hingga reflek mencubit roti sobek Anjas yang ternyata begitu keras."Udah ah, aku mau lanjut masak dulu! Ba'da dzuhur kita makan siang di sini saja, Mas. Insyaa Allah semua sudah akan siap untuk kita berdua.Oh ya nanti aku numpang sholat di kamar kamu ya, Mas!" serunya sambil bergerak cepat melipir kembali ke pantry sebelum Anjas kembali mengeluarkan kata-kata yang membuatnya salah tingkah. Tepat saat Adzan berkumandang Anye selesai melakukan plating. Dia juga menyiapkan salad buah untuk cuci mulut dan cemilan nantinya."Mas aku numpang mandi di kamarmu ya, gerah banget soa
"Selesaikan makannya, habis itu istirahat dulu di kamar Mas. Sorenya nanti Mas antar pulang, " titah Anjas. Anye patuh dan langsung masuk kamar selepas menyelesaikan makan siangnya. Anjas sendiri memilih mencuci semua perabot dan alat makan kotor yang berada di sink cuci piring sebelum akhirnya menyerah dan ikut merebahkan dirinya di sofa ruang tengah.Pekerjaannya sudah hampir rampung sementara matanya sangat sulit diajak bekerja sama. Hampir terjaga semalaman membuat Anjas agak kesulitan berkonsentrasi berujung ngantuk yang tak tertahankan selepas menikmati makan siangnya. Anye hampir saja terlelap saat panggilan video dari sang oma mendistraksinya."Apa kamu masih bersama Masmu, Sayang?" tanya Rosana"Anye baru selesai makan siang sama Mas Anjas, Oma.Anye disuruh istirahat dulu siang ini di kamarnya Mas Anjas, orangnya sendiri mungkin masih lanjut menyelesaikan pekerjaannya atau bisa jadi juga sedang rehat di ruangan lain.Oma mau bicara sama Mas Anjas?" tanya Anye yang saat
"Papa tidak akan pernah merestui kalian menikah. Ada banyak wanita di muka bumi ini mengapa harus dengan adik angkatmu sendiri, Arya?" Lukman menatap tajam ke arah putra sematawayangnya."Karena aku mencintainya sejak lama, Pa," jawab Arya dengan tenang."Hah! Cinta monyet saja kau pelihara! Kau tahu aku sangat kecewa ketika rumah tanggamu dengan Marisa kandas di masa pernikahan yang baru seumur jagung. Sama kecewanya aku dengan kandasnya pernikahan Mita dan Henry. Hubungan baikku dengan Tuan Hardy, Ayah Marisa merenggang setelahnya. Aku juga kehilangan asisten sebaik Henry yang kini malah merapat ke grup Hardy.Kalian berdua menghancurkan grand desain masa depan yang kususun dengan susah payah hanya karena keegoisan kalian!" hardik Lukman yang sama sekali tak menggetarkan Arya yang duduk tenang di hadapannya. Arya meminta Mita untuk tidak ikut dengannya menemui sang papa. Pria itu tidak ingin melihat wanitanya bersedih menyaksikan perseteruan yang memang bagai bom waktu, cepat ata
"Hm, jadi dia berencana akan menyelidiku?" Lukman bermonolog. Kembali ia memijat pelipisnya, kepalanya tiba-tiba terasa berat, dia sepertinya memang butuh istirahat."Agggghh!" Lukman mengepal jari jemarinya dengan kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Sementara di lorong yang menghubungkan ruang utama menuju ke kamar-kamar utama di lantai dua Arya tak kalah pusing didera rencana gila papanya yang kembali hendak menjodohkan Mita untuk memisahkan dirinya dan sang adik angkat. Sungguh Arya dibuat frustasi karenanya. Seperti di malam-malam sebelumnya setelah pria itu mengucapkan ijab kabul menghalalkan kekasihnya, Arya menyelinap masuk untuk menghangatkan ranjang istrinya. "Mas, kenapa wajahmu keruh begitu? Apa kamu sudah memberitahukan tentang status kita saat ini?""Justru mungkin tadi seharusnya kukatakan saja pada tua bangka itu agar dia berpikir ulang untuk menjodohkanmu dengan lelaki pilihannya."Mita membolakan matanya."What!?" pekiknya dengan suara tertahan."Papa akan men
Bab 14. Menemui Bunda SalmaRosana tak pernah lupa dari mana ia berasal. Ketika kakinya memasuki halaman dengan rumput hijau menghampar, belasan wajah-wajah manis nan lucu menghambur ke arahnya dan berebutan menciumi tangannya.Ia memang seterkenal itu di tempat ia mengawali kisah hidup hingga sepasang suami istri mengadopsinya.Sekurang-kurangnya sebulan sekali Rosana akan datang membawakan berbagai kebutuhan panti. Setiap kali ia menapakkan kaki di bangunan dua lantai yang dihuni tidak kurang dari tiga puluh anak perempuan dari yang masih berusia di bawah setahun hingga yang duduk di bangku kuliah, dirinya selalu disambut dengan hangat oleh semua penghuni rumah tersebut. "Selamat datang, Bunda .. waah, banyak sekali oleh-oleh yang Bunda bawakan, padahal baru saja pekan lalu Bunda membawakan kami banyak sekali cemilan dan baju-baju bagus berikut sepatu dan tas sekolah yang serba baru.Terima kasih, Bunda ... manisan buah keringnya enak sekali, buahnya juga dari jenis yang unik, kami