Anye menyelinap masuk ke kamar Anjas setelah terlebih dahulu mengetuk pintu.
Memang sudah kebiasaannya sejak dulu, akan langsung masuk setelah mengetuk pintu tanpa menunggu dipersilakan masuk terlebih dahulu oleh si pemilik kamar."Ups, maaf Mas!" Anye spontan menutup kedua matanya lalu memutar tubuh membelakangi."Kebiasaan lama belum hilang juga rupanya," omel Anjas seraya menyambar bathrobenya.Pemuda itu tadi hanya mengenakan boxernya saja."Maaf, Mas ... aku tadinya mau mengajak Mas sarapan pagi bareng, tapi rupanya Mas Denis harus segera pulang setelah menerima telpon dari papanya.Mas belum sarapan kan?""Aku tadi minta Dito membuatkan jus alpukat saja, mau nimbrung khawatir mengganggu kebersamaan kalian, jadinya ya ... ""Maafin aku ya, Mas. Beneran gak nyangka Mas Denis akan datang tadi setelah aku bilang gak bisa ikut jogging karena kesiangan bangun.""Its okay, jadi udah pada kelar sarapannya?"Anyelir menggelengkan kepalanya."Aku gak selera makan nasi goreng seafoodnya, Mas ... tadinya aku mau buat pecel, semua sayur tinggal disteam aja, saus kacangnya juga sudah ready tinggal ditambahin air hangat , tapi Mas Denis bilang biasa sarapan nasi goreng seafood.Jadinya aku kasi ke Dito aja nasi gorengku begitu Mas Den pulang tadi.Maas, aku lapeer ... kangen pecel racikan kamu," rengek Anyelir sembari melingkarkan kedua tangannya ke leher sang kakak sepupu.Anjas menelan air liurnya dengan susah payah. Perlahan tubuh Anye kembali merapat ke tubuhnya ketika gadis itu menyandarkan kepala ke dada sang kakak sepupu tanpa melepas posisi kedua tangannya pada leher sang pemuda." Oke, kita buat pecel dulu. Setelah itu Mas mau renang sebelum pulang ke apartemen siang nanti."Anye yang semula excited spontan manyun lagi."Mas mau pulang siang nanti? Cepet banget, Mas. Aku masih kangen!" Anye mengencangkan rengkuhan kedua lengannya sembari menatap Anjas dengan puppy eyesnya."Mas mau nyiapin bahan untuk mengisi seminar di Dies Natalis kampusmu, senin besok. Prof. Hadinata mendadak berhalangan hadir.""What! That's awesome ... itu keren banget, Mas."Keduanya saling menipiskan jarak sembari fokus pada bibir lawan bicara yang begitu menggoda.Anjas begitu hanyut pada keharuman rambut dan tubuh Anyelir yang memanjakan penciumannya."Nye, kita gak boleh seperti ini," lirih Anjas berbisik. Ia raih tangan Anye, melepaskan rengkuhan tangan itu pada lehernya dan menurunkan keduanya pada kedua sisi tubuh sang jelita yang baru saja memejamkan kedua matanya.Wajah Anye merona karena malu. Lekas ia berbalik dan berlari meninggalkan Anjas yang hanya bisa bergeming menyesali kelemahannya.Sepeninggalan Anye, Anjas bergerak menuju dapur dan segera meracik pecel favorit mereka. Begitu selesai segera ia mendial nomor kontak Anye dari ponselnya."Kamu mau nemeni Mas sarapan di sini atau Mas anterin pecelnya ke kamarmu, Nye?" tanya Anjas to the point."Aku ke sana aja, Mas!" jawab Anye cepat.Gadis yang turut mengenakan bathrobe itu kini duduk menikmati pecelnya di sisi sang kakak sepupu yang juga lahap menyantap aneka daun berselimutkan saus kacang kesukaan mereka."Suka?""Banget, Mas! Sudah lama banget gak nikmati pecel racikan istimewa kamu.Ntar siang menu kita gado-gado ya, Mas plus sate kambing Cak Somad.Aku pengen makan di warungnya seperti dulu. Temani aku ya, Mas! Pulangnya aku mau mampir ke apartemen kamu, boleh kan ya, Mas?"Anjas hanya mengangguk sembari menuntaskan sarapan paginya yang sudah agak kesiangan."Mas, yuk ajarin aku berenang!""Loh, bukannya dulu sudah hampir bisa, Nye?""Nope, aku cuma mau berenang ditemani kamu, Mas.Aku gak berani kalo gak sama kamu."Keduanya lantas menuju kolam renang selepas menanggalkan bathrobe dan melemparkannya di kursi santai.Lagi-lagi Anjas hanya bisa menelan air liur dengan susah payah sembari menghela napasnya.Semestinya ia menundukkan pandangan. Sungguh berenang bukanlah ide yang bagus ketika mendapati Anye hanya mengenakan bikini merah muda yang cuma menutupi aset-aset kewanitaannya yang terlihat begitu menggoda iman.Tubuh mungil gadis itu nyatanya telah berkembang dengan sempurna dan sangat indah. Lekukannya membuat Anjas harus berjuang setengah mati agar tidak kehilangan fokus."Mas, aku masih takut!" Anye bergeming kala Anjas memintanya untuk bergabung dengannya di kolam.Akhirnya Anjas naik kembali dan menuntun gadis itu memasuki kolam dengan bergelayut di leher sang pemuda.Anjas meraih pinggul gadisnya, tak menafikan rasa sesak pada bagian selatan tubuhnya yang mendesak minta dibebaskan.Keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Sepuluh menit berlalu Anjas dan Anye hanya berada dalam posisi berpelukan di tepian kolam."Nye, its never gonna work. Mungkin lebih baik suami kamu nanti saja yang mengajarimu berenang.Maafin Mas ya, Sayang."Anye bergeming.Menulikan telinganya.Ia bahkan memejamkan kedua matanya.Mengabaikan kemungkinan ada yang melihat keduanya dalam pose intim yang ambigu."Ssst, tolong Mas! Sekali ini saja ... izinkan Anye dalam posisi ini dua menit lagi saja,, Anye sungguh Kangen sama Mas Anjas!""Menikah sama Mas ya, Nye." bujuk sang pria."Biar Mas yang bicara sama Denis.""Tapi Mas ...""Tapi apa lagi, Nye?Kamu masih cinta banget ya sama dia?"Anye mengencangkan pelukannya seolah tak ingin berpisah lagi dengan sosok yang kini tengah membalas pelukannya. "Nye, sudah ... kita naik, Mas mau siap-siap pulang ke apartemen. ""Tapi nanti bakalan sering main ke sini lagi kan ya, Mas." Anye masih belum mau mengurai pelukannya. Ntah karena masih sangat rindu ataukah takut tenggelam. Allahua'lam."Mas gak janji, Nye ...Apalagi kalau kamu sudah resmi menerima lamaran Denis, haram bagi Mas menikung sesama saudara seiman. Mas tentunya akan semakin menjaga jarak dan menghormati keputusan kamu.Saran Mas, istikharahlah agar Allah menuntun kamu menentukan pilihan terbaik.""Iya, Mas.Oh ya, Mas ... Jadi aku boleh ikut kamu ke apartemen kan siang ini? Janji aku gak akan ganggu kamu menyiapkan bahan seminar, aku juga gak akan ngotot ngajak makan di warungnya Cak Somad, kita delivery order aja atau aku yang akan masak di sana biar Mas bisa fokus menyelesaikan pekerjaan.Boleh ya, Mas. Seharian ini aku akan jadi teman yang manis di apartem
Anye menggigit bibirnya sembari membuang tatapan menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca. "Kita bukan mahrom, Sayang. Jangan kelamaan duduk di pangkuan Mas, khawatirnya dia bangun dan Mas harus mengambil waktu untuk menidurkan dia agar bisa konsentrasi menyelesaikan materi seminar besok." Kembali Anjas berbisik dan sukses memerahkan wajah tuan putri kesayangannya. "Mas, kamu ..." Anye merasa gemas sekali hingga reflek mencubit roti sobek Anjas yang ternyata begitu keras."Udah ah, aku mau lanjut masak dulu! Ba'da dzuhur kita makan siang di sini saja, Mas. Insyaa Allah semua sudah akan siap untuk kita berdua.Oh ya nanti aku numpang sholat di kamar kamu ya, Mas!" serunya sambil bergerak cepat melipir kembali ke pantry sebelum Anjas kembali mengeluarkan kata-kata yang membuatnya salah tingkah. Tepat saat Adzan berkumandang Anye selesai melakukan plating. Dia juga menyiapkan salad buah untuk cuci mulut dan cemilan nantinya."Mas aku numpang mandi di kamarmu ya, gerah banget soa
"Selesaikan makannya, habis itu istirahat dulu di kamar Mas. Sorenya nanti Mas antar pulang, " titah Anjas. Anye patuh dan langsung masuk kamar selepas menyelesaikan makan siangnya. Anjas sendiri memilih mencuci semua perabot dan alat makan kotor yang berada di sink cuci piring sebelum akhirnya menyerah dan ikut merebahkan dirinya di sofa ruang tengah.Pekerjaannya sudah hampir rampung sementara matanya sangat sulit diajak bekerja sama. Hampir terjaga semalaman membuat Anjas agak kesulitan berkonsentrasi berujung ngantuk yang tak tertahankan selepas menikmati makan siangnya. Anye hampir saja terlelap saat panggilan video dari sang oma mendistraksinya."Apa kamu masih bersama Masmu, Sayang?" tanya Rosana"Anye baru selesai makan siang sama Mas Anjas, Oma.Anye disuruh istirahat dulu siang ini di kamarnya Mas Anjas, orangnya sendiri mungkin masih lanjut menyelesaikan pekerjaannya atau bisa jadi juga sedang rehat di ruangan lain.Oma mau bicara sama Mas Anjas?" tanya Anye yang saat
"Papa tidak akan pernah merestui kalian menikah. Ada banyak wanita di muka bumi ini mengapa harus dengan adik angkatmu sendiri, Arya?" Lukman menatap tajam ke arah putra sematawayangnya."Karena aku mencintainya sejak lama, Pa," jawab Arya dengan tenang."Hah! Cinta monyet saja kau pelihara! Kau tahu aku sangat kecewa ketika rumah tanggamu dengan Marisa kandas di masa pernikahan yang baru seumur jagung. Sama kecewanya aku dengan kandasnya pernikahan Mita dan Henry. Hubungan baikku dengan Tuan Hardy, Ayah Marisa merenggang setelahnya. Aku juga kehilangan asisten sebaik Henry yang kini malah merapat ke grup Hardy.Kalian berdua menghancurkan grand desain masa depan yang kususun dengan susah payah hanya karena keegoisan kalian!" hardik Lukman yang sama sekali tak menggetarkan Arya yang duduk tenang di hadapannya. Arya meminta Mita untuk tidak ikut dengannya menemui sang papa. Pria itu tidak ingin melihat wanitanya bersedih menyaksikan perseteruan yang memang bagai bom waktu, cepat ata
"Hm, jadi dia berencana akan menyelidiku?" Lukman bermonolog. Kembali ia memijat pelipisnya, kepalanya tiba-tiba terasa berat, dia sepertinya memang butuh istirahat."Agggghh!" Lukman mengepal jari jemarinya dengan kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Sementara di lorong yang menghubungkan ruang utama menuju ke kamar-kamar utama di lantai dua Arya tak kalah pusing didera rencana gila papanya yang kembali hendak menjodohkan Mita untuk memisahkan dirinya dan sang adik angkat. Sungguh Arya dibuat frustasi karenanya. Seperti di malam-malam sebelumnya setelah pria itu mengucapkan ijab kabul menghalalkan kekasihnya, Arya menyelinap masuk untuk menghangatkan ranjang istrinya. "Mas, kenapa wajahmu keruh begitu? Apa kamu sudah memberitahukan tentang status kita saat ini?""Justru mungkin tadi seharusnya kukatakan saja pada tua bangka itu agar dia berpikir ulang untuk menjodohkanmu dengan lelaki pilihannya."Mita membolakan matanya."What!?" pekiknya dengan suara tertahan."Papa akan men
Bab 14. Menemui Bunda SalmaRosana tak pernah lupa dari mana ia berasal. Ketika kakinya memasuki halaman dengan rumput hijau menghampar, belasan wajah-wajah manis nan lucu menghambur ke arahnya dan berebutan menciumi tangannya.Ia memang seterkenal itu di tempat ia mengawali kisah hidup hingga sepasang suami istri mengadopsinya.Sekurang-kurangnya sebulan sekali Rosana akan datang membawakan berbagai kebutuhan panti. Setiap kali ia menapakkan kaki di bangunan dua lantai yang dihuni tidak kurang dari tiga puluh anak perempuan dari yang masih berusia di bawah setahun hingga yang duduk di bangku kuliah, dirinya selalu disambut dengan hangat oleh semua penghuni rumah tersebut. "Selamat datang, Bunda .. waah, banyak sekali oleh-oleh yang Bunda bawakan, padahal baru saja pekan lalu Bunda membawakan kami banyak sekali cemilan dan baju-baju bagus berikut sepatu dan tas sekolah yang serba baru.Terima kasih, Bunda ... manisan buah keringnya enak sekali, buahnya juga dari jenis yang unik, kami
Anye telah siap lebih awal dari biasanya pagi ini. Gadis itu tak sabar ingin segera tiba di kampus dan mengambil tempat paling strategis agar dapat menyimak dan menyaksikan penampilan Anjas .Pemuda itu akan hadir menggantikan Prof. Hadinata yang berhalangan mengisi seminar di Dies Natalis hari ini di kampusnya.Segelas susu dan dua buah sandwich tandas sudah. Anye kini siap meluncur di antar Kang Dudung menuju TKP. "Buruan Kang, aku bawain sarapan untuk Mas Anjas soalnya ni!" seru sang putri juragan melecut Kang Sopir mengendarai mobil majikannya dengan kecepatan yang lebih dari biasanya meski masih dalam batas normal untuk perjalanan dalam kota."Wah bakal ketemuan sama Mas Anjas lagi ya, Non? Kang Dudung ikut senang mendengarnya. Soalnya sudah cukup lama Non Anye sama Mas Anjas seperti hidup di dalam dunia masing-masing.Beda dunia," ujar Kang Dudung sambil terkekeh."Bener Kang, akunya kelamaan sibuk main-main di dufan, dunia fantasi!" sahut Anye sambil ikut terkekeh.Setibanya
Anye terhenyak mendengar penuturan Anjas yang mengatakan ia telah memiliki rencana masa depan. Anye ingin bertanya, 'adakah dirinya di dalam rencana masa depan Anjas?' namun lidahnya kelu seketika. "Kita ke venue sekarang saja yuk, sepertinya sebentar lagi acara akan segera dimulai. Sekali lagi trims untuk sarapan paginya ya, Nye. Mas bahagia masih diizinkan menikmati menu istimewa buatanmu.Tak ada yang tahu kapan Nona Anyelir Parameswari Bagaskara akan menjelma menjadi Nyonya Anyelir Sukma, yekan? Apalagi sebentar lagi gelar sarjana akan segera kamu sandang. Selamat ya, Nye!Mas bahagia dan bangga untuk semua pencapaian kamu." Anye menulikan telinganya. Ia benci kalimat-kalimat yang terdengar sarkas menyerang sudut hatinya yang rapuh.Padahal sehari sebelumnya ntah berapa kali Anjas memintanya untuk mau menikah dengan pemuda itu, menjadi istri lelaki yang ntahlah ... Anye masih sangat bingung dengan hatinya."Banyak mahasiswi dan dosen muda yang cantik di sana. Nye yakin, Mas