"Kamu sadar tidak sih, betapa menggodanya dirimu?"
Anyelir tergugu, ia tidak bermaksud menggoda siapa-siapa.Bahkan kepada Denis pun awalnya ia hanya menawarkan pertemanan. Tak ada sedikit pun keinginan menarik perhatian pria itu untuk ia jadikan kekasih.Namun Denis memang sebaik itu. Pria itu paket komplit yang pesonanya sangat sulit dinafikan oleh para wanita termasuk dirinya yang nyata membutuhkan 'seseorang'."Aku gak pernah bermaksud menggoda siapa pun, MasKamu tahu sejak dulu beginilah aku. Aku bahkan nyaris gak pernah pake parfum dan lebih suka memakai minyak telon. Kalau soal pakaian ya memang dari dulu aku seperti ini terkecuali jika keluar, aku selalu berpakaian sopan kok meski belum berhijab seperti gadis yang selalu membersamai kamu itu.Aku memang suka tidur dengan gaun begini, aku mencontoh bunda Mita yang di mataku anggun mengenakan dress sehari-hari.Bunda Mita yang pertama kali menghadiahiku gaun tidur yang nyaman dikenakan ini, selanjutnya aku memang jadi ketagihan mengenakan pakaian seperti ini saat berada di kamarku sendiri.Mas, coba ingat-ingat lagi ... kapan kamu pernah melihat aku berkeliaran dengan gaun setipis ini? Kalau pun kamu mendapatiku mengenakannya, itu pasti saat aku berada di dalam kamar. Aku cukup mengerti kok. Bunda pernah mengingatkanku karena di dalam rumah ini juga ada maid laki-laki, jadi aku harus bijak dalam berbusana di mana pun aku berada.Itu semua demi kebaikanku sendiri.Jadi kamu jangan berpikir yang tidak-tidak terhadapku yaAku tadi gak ngira ada kamu di ruang tengah, biasanya gak ada lagi yang masih terjaga di malam selarut ini.Jadi kumohon mengertilah ..."Anye memberanikan diri menatap lurus ke manik mata lelaki yang sangat ia rindukan ituSejak meninggalkan mansion, bisa dihitung dengan jari Anjas datang mengunjungi kediaman megah opanya. Kalau bukan karena undangan resmi dari opa biasanya Anjas lebih memilih bertemu sang bunda di luaran atau sekadar menelpon sang oma menanyakan kabarnya, tapi tidak untuk sekadar menyapa Anyelir.Anjas tak pernah terang-terangan menghubungi gadis itu meski mengaku selalu update terkait informasi gadis jelita yang telah menawan hatinya sejak mereka masih tinggal bersama dahulu."Katakan, sudah sejauh mana hubungan kalian?" Anjas membuang tatapannya."Maksud Mas? Kan Anye udah bilang kalo Mas Den sudah melamar Anye," jawab sang jelita sambil memanyunkan bibirnya hingga tampak menggemaskan."Sudah ngapain aja sama dia?""Mas, aku ... " Anye menatap nyalang Anjas yang kekeuh menanti jawaban dari gadis itu dengan melipat kedua tangannya di dada."Yang pasti kami tidak pernah berduaan di ruang tertutup.Kami selalu bertemu di ruang publik.Tidak ada kontak fisik yang berlebihan. Meski kuakui kami pernah bergandengan tangan dan seringnya dia mencium pipiku saat kami berjumpa dan atau akan berpisah.Mas sendiri sudah ngapain aja sama Mbak Yasmin? Katanya kalian sering dinas keluar kota bareng ya?Sweet banget!" Anye melempar bola panas ke arah lawan bicaranya."Kami tidak ada hubungan spesial, NyeKita hanya rekan kerja. Lagipula bukan aku yang mengatur personil yang ditugaskan untuk dinas ke luar kota.Ayah kekasihmu atau bahkan kekasihmu sepertinya lebih mengerti terkait penunjukan tim yang diutus melakukan perjalanan dinas.Aku masih menabung untuk menikahimu, tapi siapa sangka ternyata kamu sudah dilamar oleh orang lain.Mungkin ini yang dinamakan belum berjodoh." Anjas menatap sendu ke arah gadis yang kini berdiri sembari membuang tatapan ke sembarang arah."Whatever! Aku haus ... mau minum dulu di pantry." Anye memutar tubuhnya dan berlalu dari hadapan kakak sepupu angkatnya yang baru ia ketahui ternyata berniat untuk memperisitrinya.Jantungnya berdegup lebih kencang, ingin rasanya gadis itu menghilang saja dari muka bumi. Bagaimana mungkin ia berbahagia dan merasa bodoh di satu waktu?Sungguh ia bahagia Anjas menginginkannya di saat ia merasa begitu bodoh telah tergesa membuat keputusan penting dalam hidup.Dia sadar telah terprovokasi dengan sosok Yasmin yang digambarkan Denis sebagai teman dekat Anjasnya. Gadis berhijab rapi yang telah berhasil memantik rasa insecure di hati Anyelir Parameswari _putri sematawayang CEO sekaliber Arya Bagaskara.Anjas memutuskan untuk mengekori Anye menuju pantry. Ia sadar nyaris tak punya harapan lagi, tapi bukan berarti dia akan melepas begitu saja gadis yang selama ini dia damba dalam diam.Keinginan Opa Lukman menjodohkannya dengan sang cucu kandung sungguh suatu kehormatan baginya, terlebih karena gadis itu adalah cinta pertamanya. Namun ia pun paham sepenuhnya jika haram melamar di atas lamaran lelaki lain kecuali wanita itu diikhlaskan untuknya, tapi apa mungkin itu terjadi? Dia betul-betul pusing ditampar realita yang sungguh mengejutkannya malam ini."Mas Anjas mau minum apa?" tanya Anye sembari mengisi tumblernya dengan air hangat."Air putih hangat saja, NyeBiar aku ambil sendiri." Anjas meraih sebuah gelas dan mulai mencampur air biasa dengan air panas yang tersedia di dispenser pantry. Pemuda itu kemudian mengambil posisi duduk agak jauh dari Anye yang tengah meneguk air dari dalam tumblernya."Apa tanggal pernikahan kalian sudah ditetapkan?" Tiba-tiba saja Anjas kembali melemparkan pertanyaan.Anye menggelengkan kepalanya, "Sepertinya akan sedikit menemui kendala, Mas.Mas lihat sendirikan Opa terang-terangan menolak memberikan restunya.""Kamu sendiri bagaimana? Apa sudah mantap dengan keputusan yang kamu ambil?Apa sedalam itu kamu mencintai Denis, Nye?Apa memang dia yang kamu inginkan menjadi teman hidup hingga akhir hayatmu? "Anye memilih diam.Suasana hening seketika.Anjas menghela napasnya, dia menghargai Anye yang memilih bergeming menanggapi rentetan pertanyaan yang ia ajukan.Dari jarak yang cukup jauh Anjas masih belum dapat mengalihkan pandangannya dari gadis bergaun tidur satin yang membalut indah tubuh berlekuk menawan itu."Mas doain aja yang terbaik buat aku. Aku juga akan doakan yang terbaik untuk Mas." lirihnya sembari berlalu meninggalkan sosok yang pernah sangat ia rindukan.Anjas menghardik kakinya yang ingin mengejar sosok yang bergerak cepat menjauhinya.Pemuda itu mencengkram sandaran kursi, mematri kaki untuk bergeming sesaat melepas kepergian sang bidadari.Malam telah semakin menua. Anjas didera rasa lelah untuk kembali ke apartemennya di pusat kota. Akhirnya pemuda itu menyeret langkah menuju kamar masa remajanya. Sensor di depan kamar memindai sidik jarinya dan memberi akses untuk pemuda itu mengistirahatkan raganya di kamar penuh kenangan yang terpaksa ia tinggalkan demi kewarasan.Pemuda itu baru saja akan menutup pintu kamarnya ketika pendengarannya menangkap suara-suara ambigu dari lorong yang menghubungkan ruang tengah ke deretan kamar utama di lantai yang sama."Hmmm, aaaahh ... eghhhh ...."Suara siapa?Sedang apa?Tiba-tiba Anjas merasa ada yang tidak beres telah berlaku di mansion saat pemuda itu masih berada di sana.Pemuda itu memijat pelipisnya yang mendadak pening.Haruskah ia mengambil sikap apatis. Berlagak masa bodoh dan tak peduli pada apa yang tak semestinya terjadi.Pemuda itu menghela napasnya dengan kasar sebelum akhirnya memantapkan langkah mencari tahu apa yang sedang berlaku.TBCAnjas urung memasuki kamarnya. Ia memilih untuk menajamkan telinganya.Suara-suara ambigu itu kian terdengar jelas dan parahnya ia merasa familiar dengan suara-suara yang saling bersahutan itu."Udah ah, Mas ... Pegel tau!' Itu suara Paramita, Anjas tentu tak salah mengenali suara bundanya. "Lima menit lagi, Mit ... yang tadi rasanya nyaman sekali, jangan salahkan kalo aku jadi ketagihan," tawar pria yang menjadi lawan bicara sang bunda. Suara pria itu pun sangat Anjas kenali. Siapa lagi kalau bukan Arya Bagaskara, paman angkatnya.Anjas merasa tak perlu menunda untuk menegur keduanya. Sudah bukan rahasia lagi kalau bundanya menjalin hubungan dengan sang kakak angkat. Seluruh penghuni rumah bahkan karyawan kantor sudah mengendus cukup lama meski tak ada yang berani angkat bicara. Tentu saja alasannya karena tak ingin punya masalah dengan sang CEO dan berpikir masih sangat sayang dengan mata pencaharian mereka.Sungguh mereka belum siap untuk didepak karena meributkan hubungan sang
Semalaman mata Anjas terjaga. Meski telah menegakkan sholat witir dilanjutkan melafazkan dzikir tetap saja berbagai kejadian sepanjang awal malam hingga adzan subuh berseliweran di kepalanya. Tentang Anyelir yang dijodohkan Opa dengannya, namun ternyata telah dilamar oleh kekasihnya. Tentang Bundanya dan Om Arya yang ternyata telah menikah siri setahun yang lalu.'Terang saja semakin mesra kala bersama.'Dia butuh waktu dan ketenangan batin untuk mencerna semua itu.Anjas memilih untuk tidak langsung kembali ke kamarnya sepulang dari mengerjakan sholat subuh di masjid terdekat yang biasa ia tempuh dengan hanya berjalan kaki.Pemuda yang sudah cukup lama tak mengunjungi mansion Opanya itu kemudian menyambangi spot-spot favorit ketika dirinya masih tinggal di bangunan megah itu."Lha, Mas Anjas ada di sini tho! Lama gak ketemu manglingi banget!" seru Dito, salah satu pekerja yang awalnya ikut sang ayah bekerja di Mansion Lukman, kemudian lanjut bekerja menggantikan ayahnya yang pulang
Anye menyelinap masuk ke kamar Anjas setelah terlebih dahulu mengetuk pintu.Memang sudah kebiasaannya sejak dulu, akan langsung masuk setelah mengetuk pintu tanpa menunggu dipersilakan masuk terlebih dahulu oleh si pemilik kamar."Ups, maaf Mas!" Anye spontan menutup kedua matanya lalu memutar tubuh membelakangi. "Kebiasaan lama belum hilang juga rupanya," omel Anjas seraya menyambar bathrobenya.Pemuda itu tadi hanya mengenakan boxernya saja."Maaf, Mas ... aku tadinya mau mengajak Mas sarapan pagi bareng, tapi rupanya Mas Denis harus segera pulang setelah menerima telpon dari papanya.Mas belum sarapan kan?" "Aku tadi minta Dito membuatkan jus alpukat saja, mau nimbrung khawatir mengganggu kebersamaan kalian, jadinya ya ... ""Maafin aku ya, Mas. Beneran gak nyangka Mas Denis akan datang tadi setelah aku bilang gak bisa ikut jogging karena kesiangan bangun.""Its okay, jadi udah pada kelar sarapannya?" Anyelir menggelengkan kepalanya. "Aku gak selera makan nasi goreng seafoodny
Anye mengencangkan pelukannya seolah tak ingin berpisah lagi dengan sosok yang kini tengah membalas pelukannya. "Nye, sudah ... kita naik, Mas mau siap-siap pulang ke apartemen. ""Tapi nanti bakalan sering main ke sini lagi kan ya, Mas." Anye masih belum mau mengurai pelukannya. Ntah karena masih sangat rindu ataukah takut tenggelam. Allahua'lam."Mas gak janji, Nye ...Apalagi kalau kamu sudah resmi menerima lamaran Denis, haram bagi Mas menikung sesama saudara seiman. Mas tentunya akan semakin menjaga jarak dan menghormati keputusan kamu.Saran Mas, istikharahlah agar Allah menuntun kamu menentukan pilihan terbaik.""Iya, Mas.Oh ya, Mas ... Jadi aku boleh ikut kamu ke apartemen kan siang ini? Janji aku gak akan ganggu kamu menyiapkan bahan seminar, aku juga gak akan ngotot ngajak makan di warungnya Cak Somad, kita delivery order aja atau aku yang akan masak di sana biar Mas bisa fokus menyelesaikan pekerjaan.Boleh ya, Mas. Seharian ini aku akan jadi teman yang manis di apartem
Anye menggigit bibirnya sembari membuang tatapan menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca. "Kita bukan mahrom, Sayang. Jangan kelamaan duduk di pangkuan Mas, khawatirnya dia bangun dan Mas harus mengambil waktu untuk menidurkan dia agar bisa konsentrasi menyelesaikan materi seminar besok." Kembali Anjas berbisik dan sukses memerahkan wajah tuan putri kesayangannya. "Mas, kamu ..." Anye merasa gemas sekali hingga reflek mencubit roti sobek Anjas yang ternyata begitu keras."Udah ah, aku mau lanjut masak dulu! Ba'da dzuhur kita makan siang di sini saja, Mas. Insyaa Allah semua sudah akan siap untuk kita berdua.Oh ya nanti aku numpang sholat di kamar kamu ya, Mas!" serunya sambil bergerak cepat melipir kembali ke pantry sebelum Anjas kembali mengeluarkan kata-kata yang membuatnya salah tingkah. Tepat saat Adzan berkumandang Anye selesai melakukan plating. Dia juga menyiapkan salad buah untuk cuci mulut dan cemilan nantinya."Mas aku numpang mandi di kamarmu ya, gerah banget soa
"Selesaikan makannya, habis itu istirahat dulu di kamar Mas. Sorenya nanti Mas antar pulang, " titah Anjas. Anye patuh dan langsung masuk kamar selepas menyelesaikan makan siangnya. Anjas sendiri memilih mencuci semua perabot dan alat makan kotor yang berada di sink cuci piring sebelum akhirnya menyerah dan ikut merebahkan dirinya di sofa ruang tengah.Pekerjaannya sudah hampir rampung sementara matanya sangat sulit diajak bekerja sama. Hampir terjaga semalaman membuat Anjas agak kesulitan berkonsentrasi berujung ngantuk yang tak tertahankan selepas menikmati makan siangnya. Anye hampir saja terlelap saat panggilan video dari sang oma mendistraksinya."Apa kamu masih bersama Masmu, Sayang?" tanya Rosana"Anye baru selesai makan siang sama Mas Anjas, Oma.Anye disuruh istirahat dulu siang ini di kamarnya Mas Anjas, orangnya sendiri mungkin masih lanjut menyelesaikan pekerjaannya atau bisa jadi juga sedang rehat di ruangan lain.Oma mau bicara sama Mas Anjas?" tanya Anye yang saat
"Papa tidak akan pernah merestui kalian menikah. Ada banyak wanita di muka bumi ini mengapa harus dengan adik angkatmu sendiri, Arya?" Lukman menatap tajam ke arah putra sematawayangnya."Karena aku mencintainya sejak lama, Pa," jawab Arya dengan tenang."Hah! Cinta monyet saja kau pelihara! Kau tahu aku sangat kecewa ketika rumah tanggamu dengan Marisa kandas di masa pernikahan yang baru seumur jagung. Sama kecewanya aku dengan kandasnya pernikahan Mita dan Henry. Hubungan baikku dengan Tuan Hardy, Ayah Marisa merenggang setelahnya. Aku juga kehilangan asisten sebaik Henry yang kini malah merapat ke grup Hardy.Kalian berdua menghancurkan grand desain masa depan yang kususun dengan susah payah hanya karena keegoisan kalian!" hardik Lukman yang sama sekali tak menggetarkan Arya yang duduk tenang di hadapannya. Arya meminta Mita untuk tidak ikut dengannya menemui sang papa. Pria itu tidak ingin melihat wanitanya bersedih menyaksikan perseteruan yang memang bagai bom waktu, cepat ata
"Hm, jadi dia berencana akan menyelidiku?" Lukman bermonolog. Kembali ia memijat pelipisnya, kepalanya tiba-tiba terasa berat, dia sepertinya memang butuh istirahat."Agggghh!" Lukman mengepal jari jemarinya dengan kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Sementara di lorong yang menghubungkan ruang utama menuju ke kamar-kamar utama di lantai dua Arya tak kalah pusing didera rencana gila papanya yang kembali hendak menjodohkan Mita untuk memisahkan dirinya dan sang adik angkat. Sungguh Arya dibuat frustasi karenanya. Seperti di malam-malam sebelumnya setelah pria itu mengucapkan ijab kabul menghalalkan kekasihnya, Arya menyelinap masuk untuk menghangatkan ranjang istrinya. "Mas, kenapa wajahmu keruh begitu? Apa kamu sudah memberitahukan tentang status kita saat ini?""Justru mungkin tadi seharusnya kukatakan saja pada tua bangka itu agar dia berpikir ulang untuk menjodohkanmu dengan lelaki pilihannya."Mita membolakan matanya."What!?" pekiknya dengan suara tertahan."Papa akan men