Beranda / Romansa / Jodoh Tenggat Waktu / Menikah Karena Kewajiban

Share

Jodoh Tenggat Waktu
Jodoh Tenggat Waktu
Penulis: Rianafni

Menikah Karena Kewajiban

""Menikahlah denganku, aku akan memenuhi segala kebutuhanmu, Al, hanya ada satu syarat, jangan pernah menuntut cinta dariku," ujar Abimanyu Basudewa Rahardian, seorang dosen sombong yang sialnya menjadi pasangan perjodohan Aluna yang dipilih ibunya. Aluna terkejut ketika menemukan Abimanyu di meja nomor 36, langsung disambut dengan lamaran angkuh. Meskipun Aluna menolak, mereka berdua memiliki latar belakang hubungan yang berakhir buruk dan Abimanyu menawarkan pernikahan tanpa melibatkan perasaan.

Sekilas, tak ada yang salah dari Bima, kecuali mulutnya yang super arogan dan juga statusnya sebagai teman masa kecil Aluna-yang sering Aluna bully semasa kecil.

Aluna sampai tak bisa berkata-kata ketika dia mencari meja nomor 36 dan mendapati Bima terduduk angkuh disana.

Tanpa basa-basi lelaki ini langsung menyambutnya dengan lamaran yang sangat merendahkan.

"Sebentar Bim, waktu kamu datang kesini, kamu tahu bakal ketemu sama aku?" tanya Aluna sedikit meminta intro. "Karena jujur, aku enggak tahu bakal ketemu kamu disini."

Ibu Aluna hanya berkata akan mempertemukan Aluna dengan lelaki pilihannya. Tanpa menyebut nama.

"Tahu," jawab Bima.

Singkat sekali.

"Kamu tahu pertemuan ini adalah perjodohan untuk masuk ke jenjang yang lebih serius?" ulang Aluna dengan nada suara lebih lantang.

"Tahu."

Jawaban yang sama dilontarkan dengan raut datar tanpa ekspresi.

"Makanya aku lamar kamu tadi. Jadi gimana, Aluna?"

"Gimana apanya?" seru Aluna dengan tatapan melotot. Jika yang dimaksud Bima adalah lamarannya yang super angkuh tadi, maka lelaki ini sudah gila.

Abimanyu Basudewa yang ada di hadapannya sangat berbeda dengan Abimanyu Basudewa yang pernah mengisi masa kecilnya. Lelaki ini jadi lebih angkuh.

"Lamaranku tadi."

Tanpa berpikir panjang, Aluna sudah mengetahui jawabannya. "Maaf Bim, tapi aku anti menikah dengan lelaki yang usianya di bawahku. Kamu bukan tipeku."

"Kamu juga bukan tipeku."

Oh sangat jujur sekali, gerutu Aluna. Namun seperti inilah perjodohan menyatukan dua manusia, bukan? Saling menerima adalah intinya. Aluna tidak bisa memilah-milah lelaki mana yang akan dia nikahi lewat meja perjodohan.

Kendati demikian, Aluna masih belum percaya, Bimalah yang menjadi partnernya di rencana perjodohan ini. Maksud Aluna, Bima terlalu sempurna tuk diatur-atur nasib percintaannya. Lelaki ini masih muda dan bisa mencari pasangan kemanapun dan siapapun.

Berbeda dengan Aluna yang tomboy dan baru saja diselingkuhi pacarnya yang dia kencani selama 11 tahun. Usianya yang 33 tahun membuat perempuan itu ketar-ketir dikejar-kejar deadline usia rahim.

Aluna berpikir dia akan bertemu dengan lelaki berkumis japlang, berkacamata tebal yang kesulitan mencari pasangan alih-alih Bima yang memenuhi ekspektasi lelaki sempurna pujaan para perempuan unggulan.

"Kalau aku bukan tipemu, kenapa kamu datang ke acara yang sudah disetting ibuku ini?" tanya Aluna mendengkus.

"Karena aku ingin menikah. Berhubung Tante Lizy sedang mencari pasangan buat kamu, ya sudah, aku menawarkan diri," jawab Bima terdengar logis tetapi juga kentara hopeless.

Sulit dipercaya! Bima mengatakan ingin menikah seolah pernikahan adalah acara yang dihadiri selama satu pekan dan bukan hubungan sakral yang melibatkan Tuhan di dalamnya.

"Waktu Mamah nawarin perjodohan, di bayanganku, yang datang adalah lelaki berkacamata kotak yang kesulitan mencari pasangan. Bukan kamu Bim."

"Memangnya kenapa dengan aku?"

Aluna bergeming membiarkan Bima mencari jawabannya sendiri. Sudah jelas, bukan? Abimanyu Basudewa berwajah rupawan, memiliki pekerjaan menjanjikan dan yang pasti finansialnya sudah stabil.

"Tunanganku meninggal karena kanker serviks tiga tahun yang lalu, setelah itu aku enggak tertarik lagi mencari perempuan lain." Bima menarik nafas, sepasang matanya yang teduh menatap Aluna dalam-dalam.

Aluna pernah mendengar cerita ini sebelumnya, tetapi dia tidak tahu kalau Bima sampai 'tidak tertarik' dengan perempuan lain lagi pasca tunagannya meninggal dunia.

"Kita sama-sama punya hubungan romansa yang berakhir buruk, aku denger kamu juga diselingkuhi pacarmu, kan? Karena kamu sudah dikejar usia dan aku juga tak tertarik dengan perempuan lain lagi setelah calon istriku meninggal, kenapa kita tidak menikah saja?" ajak Bima menatap Aluna dengan lekat.

"Kamu tidak tertarik lagi dengan perempuan lain setelah calon istri kamu meninggal tapi ingin menikah denganku? Ya ampun, kamu enggak berpikir itu lucu?" tanya Aluna mendelik. Awalnya dia iba mendengar cerita Bima tetapi ujungnya tak tahan tuk mendelik.

"Aku cuma berusaha membuat keluargaku berhenti khawatir. Mereka anggap aku gila karena tak berhubungan lagi semenjak calon istriku meninggal."

"Dan kamu pikir aku mau menerima kamu? Gila kamu Bim," maki Aluna mendengkus kencang. Dia melirik sepasang manula yang duduk di meja tak jauh dari mejanya. Mereka pasti terganggu dengan suara berisik Aluna.

"Aku mungkin bisa mencari jutaan perempuan lain di luar sana yang menginginkan pernikahan denganku, tapi tidak dengan kamu Aluna. Usiamu sudah berada di batas maksimal perempuan dianjurkan hamil."

Dengan kurang ajar Bima menyindir kekurangan Aluna. Dia pintar membuat lawan bicaranya tak berkutik.

Bima yang merupakan lulusan ilmu kedokteran pastinya paham bahwa umumnya perempuan tidak dianjurkan hamil di atas usia 35 tahun.

Pada beberapa perempuan, usia 35 tahun masa kesuburan mengalami penurunan sehingga sulit hamil. Sementara pada beberapa lainnya, usia tersebut masih bisa hamil tetapi dengan resiko persalinan yang bisa membahayakan bagi ibu maupun bayi.

Sebab Aluna sudah 33 tahun, tersisa 2 tahun tuk bisa hamil secara optimal, bukan? Waktu itu terbilang singkat tuk mencari lelaki yang cocok dan bagus dari segi bibit, bebet dan bobot.

"Ya, usiaku memang berada di tenggat maksimal perempuan dianjurkan hamil, lalu biar aku ingatkan sekali ya Bim-bim Spiderman, tadi kamu bilang sendiri enggak tertarik lagi dengan perempuan manapun selain calon istri kamu. Lalu, dengan cara bagiamana kamu bisa membantuku soal 'hamil'?" timpal Aluna membalas sindiran Bima dengan sindiran yang tak kalah pedas.

Enak saja ngomongin soal umur, dirinya sendiri ngaku enggak tertarik sama perempuan lain, gerutu Aluna.

Bima sangat arogan, seolah mengatakan bahwa di dunia ini tak ada yang bisa menggantikan calon istrinya yang meninggal. Ya, Aluna memang tak sesempurna itu sampai membuat lelaki seperti Bima mau menikahinya karena 'tertarik' bukan karena 'mencari pelarian agar keluarga tak khawatir'.

Namun cara Bima memintanya menikah sangat menyebalkan.

"Aku memang tidak tertarik dengan perempuan lain termasuk kamu Aluna, tapi aku masih laki-laki," jawab Bima dengan suara tenang. "Aku bisa menghamili kamu tanpa melibatkan perasaan."

Aluna melebarkan pupilnya. Dia mencengkram gelas dan menahan diri agar tidak menyiramkannya ke wajah Bima.

Bima mengusap wajahnya yang memucat karena dinginnya ice lemon. Lelaki itu menatap Aluna dan melanjutkan ucapannya. "Waktu optimal rahim kamu tinggal 2 tahun Al, kalau aku bersedia menghamilimu di dalam pernikahan yang membuat keluarga kita bahagia, kamu mau mencari lelaki yang seperti apa lagi Al?"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Endah Setyawati
aku teh lupa pacarnya bima namanya sapa, tp ya klo googling, cewek yg blm pernah melakukan kegiatan seksual hampir tidak pernah kena kanker servik, kecuali ada turunan atau dia jorok.. ko bima mau ya punya pacar jorok.. trus baru inget lagi part ini.. sombong banget ya si Bima.. mau²an si Aluna .
goodnovel comment avatar
MaMa INa
pas lihat di ig aq langsung meluncur kesini. ayah Bima kaya bayu ya, arogan pas ketemuan di awal. lanjutkan lagi ah..
goodnovel comment avatar
Silvi Anita
wahhh ternyata dr perjodohan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status