"Astaga sekarang jam berapa?"
"Jam setengah 7.""Ya ampun aku belum makan," seru Aluna panik.Bima mengernyitkan dahinya. Aluna si Perempuan gila kerja yang suka mengurung diri tanpa makan sekarang panik hanya karena lupa makan?"Hati-hati Al!" tegur Bima ketika sang Istri hampir terjatuh karena belum sepenuhnya sadar pasca tidur berjam-jam."Padahal aku setting alarm tahu.""Capek banget kayaknya kamu Al. Kerja dari tadi?""Enggak kerja sama sekali. Cuma duduk doang.""Ya udah jangan cemberut gitu, sekarang sholat dulu, kalau mau mandi pakai air hangat biar enggak masuk angin," kata Bima memberi saran lembut.Aluna mengangguk.Bima gemas sekali karena wajah Aluna yang berkeringat secara otomatis membuat kedua pipinya memerah alami.Sangat cantik.Terutama karena wajah habis bangun Aluna benar-benar menggemaskan dengan mata bengkak menyipit dan juga bibir menekuk.Rutenya selalu sama, apapun yang tidak diharapkan selalu Tuhan datangkan sebagai ujian. Seperti bakteri dan virus, yang lebih mahir membuat sistem imun belajar untuk kuat (Aluna)***Aluna pernah mendengar, jika kita sudah terlalu yakin akan suatu 'planning' maka akan ada saja sesuatu yang menggagalkannya. Aluna mengalaminya sekarang. Berniat mengabari keluarganya soal kehamilannya satu hari pasca USG, planningnya malah molor sampai 4 hari setelahnya. Ya, telat 3 hari. Dan itu semua tidak sengaja dia lewatkan. Aluna benar-benar lupa akan hal itu. Dia sibuk mengejar deadline pekerjaan setelah hari dimana Bima membawanya ke kampus lantas main ke bioskop.Disini, kadang Aluna sadar bahwa manusia jangan terlalu percaya diri. Aluna yang sudah memikirkan reaksi kedua orang tuanya ketika tahu dia hamil sejatinya sudah melampaui takdir. Dia melupakan Tuhan dalam proses memikirkan planning itu. Yeah, karena sekaran
Ketika Bima tiba-tiba mengajak pulang dengan nada dingin, Aluna buru-buru menghampiri Bima dan mengajaknya bicara di kamar. Namun, Bima sepertinya mengalami hari buruk. Lelaki itu memaksa Aluna segera pulang. Begitu mutlak, tegas dan tak terbantahkan. "Aku udah izin mau nginep sama Mamah dan Ayah, sorry tadi enggak ngabarin karena ponselku ketinggalan lagi," jelas Aluna tersenyum tipis. "Kamu ikut nginep aja ya Bim?""Kamu enggak paham maksudku Al? Aku bilang pulang, ya pulang!!" Aluna melebarkan pupil terkejut bukan main mendengar nada tajam Bima. Aluna menoleh tuk melihat reaksi orang tuanya, syukurlah suara televisi menjadi peredam suara sehingga mereka tidak mendengar ucapan Bima yang begitu tajam. Aluna kemudian mengalihkan tatapan ke depan. Menatap suaminya. Aluna bukan pembaca ekpsresi, tetapi tajamnya sorot pandang Bima, tentu adalah hal buruk.Menghela nafas, Aluna pun terpaksa mengangguki permintaan Bima u
"Kapan aku bilang begitu?" tanya Bima ketika Aluna menyindirnya soal suami tanpa perasaan. Nada suara Abimanyu Basudewa yang mendesis adalah pertanda, lelaki itu tidak sepenuhnya ingat soal kalimat lamarannya yang menyakitkan. "Waktu melamarku, kamu bilang bisa menghamiliku tanpa perasaan ..." jawab Aluna mengatakannya secara gamblang. Otak Bima tampaknya sedang mencerna, kening lelaki itu mengernyit. Lalu ketika hasilnya telah terproses, Abimanyu Basudewa termenung. "Al ...." lirihnya memanggil. Aluna menyeringai. "Semua kemarahan kamu di jalan tadi ... terlalu berlebihan Bim. Kamu keterlaluan karena hampir mencelakakan kita bertiga ...." maki Aluna.Bima mengerjap nanar mendengar kata 'bertiga'."Kamu harus malu marah-marah hanya karena telat dikasih tahu soal kehamilanku Bim, karena sebenarnya sejak awal, kamu udah ngomong ... hamilku itu bukan sesuatu yang bisa kita selebrasikan seperti pasutri pada umumnya!"
Wajah Aluna sudah macam korban sengatan lebah. Aluna mengompres matanya yang bengkak di dapur. Dia melakukannya sembari menunggu air di dalam teko yang dia panaskan di kompor lekas mendidih. Desing teko menguar keras. Aluna terjerat dalam lamunan. Perempuan yang memakai kaos semalam itu masih melamun dengan es batu mencair di tangannya. Ketika suara desing teko mendidih makin konstan, Aluna terlonjak dan lekas mematikannya. Betapa terkejutnya Aluna mendapati teko itu sudah kehilangan banyak air. Lamanya waktu yang dia biarkan membuat air di dalamnya menguap hilang. Mendesah, Aluna kembali mengulang. Mungkin perempuan itu tidak sepenuhnya sadar, bahwa alam bawah sadar telah membuatnya berulang kali melihat pintu. Bima tidak pulang sampai pagi. Kemana lelaki itu pergi? "Udahlah Al, mending kamu kerja biar cepet selesai," gumam Aluna menepis rasa khawatirnya. Dia membawa nampan berisi susu hamil rasa strawb
"Al, bangun! Ada A Bima jemput kamu pulang!" Aluna menggeliat karena diganggu tidurnya. Perempuan itu bergeming berpikir bisikan itu hanya potongan mimpinya. Namun, dengan tangan yang mengelus pipi, Aluna tahu suara itu nyata. Dibukanya mata, Aluna mendapati Lela menatapnya cemas. Tatapan perempuan berwajah manis ini terlihat pucat. Entah karena ini sudah tengah malam atau karena alasan lain."Ada A Bima di depan," bisik Lela mengulang informasi. "Bima?" tanya Aluna menekuk sikut sehingga dia bisa duduk. Aluna menatap kamar Lela yang serba pastel. Ternyata dia memang tidur di kamar Lela, pantas kasurnya terasa lain. Ditatapnya jam dinding yang menjadi dekorasi kamar, ternyata sudah pukul 10 malam."Kok aku bisa tidur disini La?" "Tadi teteh kan ketiduran di kamarnya A Kalis, terus sama Ibu diajak pindah kamar, enggak inget?"Aluna menggeleng. "Oke, oke, yang penting selamat. Yuk keluar?
"Al jangan lari!"Aluna tidak mengindahkan teriakan itu. Dia tetap berlari. Dia menggunakan seluruh energinya untuk cepat sampai tangga dan naik ke kamarnya. Aluna akan mengunci pintu sehingga Bima tidak perlu ada di satu ruangan dengannya. Untuk malam ini saja, Aluna ingin sedikit egois. Dia lelah bertengkar. Situasi tegang tak bagus untuk bayinya, apalagi sekarang adalah jam tidur. Aluna tidak boleh stress. "Aku minta maaf Al ..."Di belakang, Bima masih saja meracau. "Selama 3 hari kemarin aku mikirin soal kita, aku mikirin bayi kita juga."Aluna tidak menyukai panggilan 'bayi kita' kendati faktanya bayi ini memang memiliki setengah gen dirinya dan Bima. "Al ..." Teriakan Bima menjadi suara terakhir yang Aluna ingat ketika rasa pening karena terlalu banyak berpikir membuatnya limbung. Dia hampir jatuh terguling di atas tangga, tetapi urung karena Bima tiba-tiba sudah ada di belakang
""Menikahlah denganku, aku akan memenuhi segala kebutuhanmu, Al, hanya ada satu syarat, jangan pernah menuntut cinta dariku," ujar Abimanyu Basudewa Rahardian, seorang dosen sombong yang sialnya menjadi pasangan perjodohan Aluna yang dipilih ibunya. Aluna terkejut ketika menemukan Abimanyu di meja nomor 36, langsung disambut dengan lamaran angkuh. Meskipun Aluna menolak, mereka berdua memiliki latar belakang hubungan yang berakhir buruk dan Abimanyu menawarkan pernikahan tanpa melibatkan perasaan.Sekilas, tak ada yang salah dari Bima, kecuali mulutnya yang super arogan dan juga statusnya sebagai teman masa kecil Aluna-yang sering Aluna bully semasa kecil. Aluna sampai tak bisa berkata-kata ketika dia mencari meja nomor 36 dan mendapati Bima terduduk angkuh disana. Tanpa basa-basi lelaki ini langsung menyambutnya dengan lamaran yang sangat merendahkan. "Sebentar Bim, waktu kamu datang kesini, kamu tahu bakal ketemu sama aku?" tanya Aluna sedikit meminta intro. "Karena jujur, aku eng
"Jadi menikah?" tanya sang Ibu—Lizy, menyambut Aluna yang baru pulang dari pertemuannya dengan Bima.Aluna mendesah kesal. "Aku baru pulang, Mah.""Tapi, kalian udah ngobrol? Udah ada kabar bagus?" Lizy kemudian menengok ke arah depan rumah. "Tadi pulang diantar Bima? Kok dia enggak mampir?""Yeah dia sibuk."Aluna duduk di sofa single, dia memintal jemarinya saking gugupnya. Apa yang harus dia katakan sekarang? Berkata jujur bahwa pertemuannya dengan Bima berakhir buruk? Namun, kenapa rasanya dia tak tega menyaksikan senyum sang Ibu luruh karena kecewa? "Kami belum memutuskan, lagipula ini baru pertemuan pertama," jawab Aluna netral. Hanya itulah yang bisa dia katakan sekarang. "Berarti kalian janji bertemu lagi?" seru Lizy antusias. Tangannya menangkup paha Aluna. Begitu lembut jemari mungil yang sudah keriput itu bergerak mengelus. "Jangan lama-lama ya Al, ayah kamu udah tua. Katanya mau ngasih dia cucu?"Sang Ayah, yang duduk di sebelah Wira melayangkan protes. "Jangan jadik