Share

Jodoh Di Tangan Papa
Jodoh Di Tangan Papa
Penulis: Erna Azura

Bab 0001

Penulis: Erna Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-31 22:39:43

Seorang gadis menenggak minuman beralkohol pada gelas ke lima.

Minuman tersebut terasa panas mengalir melalui tenggorokannya sepanas hatinya saat ini.

Dentuman musik yang dimainkan DJ terdengar kencang hingga memekakan telinga juga menggetarkan dadanya yang sedang bergejolak oleh amarah.

Matanya dengan sering melirik ke arah meja VIP yang sengaja dibooking oleh pria bernama Liam-si anak pengusaha terkaya di Singapura.

Malam ini Liam sedang mengadakan sebuah pesta lajang.

Tiga tahun sudah Liam menjalin kasih dengan Arsha namun seminggu yang lalu bagai mendengar petir di siang bolong, Liam memutuskan Arsha secara sepihak.

Pria itu mengatakan bila ia telah dijodohkan oleh sang Ayah dengan seorang anak pengusaha terkenal asal Surabaya yang juga merupakan sahabat Arsha ketika berkuliah di Singapura.

Oke, Crazy Rich Singapura menikah dengan Crazy Rich Surabaya.

Pesta pernikahan esok hari yang di gadang-gadang akan menjadi pesta pernikahan termegah tahun ini diselenggarakan di ballroom hotel paling ikonis di Singapura.

Hati Arsha meradang ketika melihat Liam tampak bahagia dikelilingi teman-teman sesama pengusaha muda lainnya.

Bisa-bisanya pria itu tidak merasakan sedih sedikitpun setelah kandasnya hubungan mereka begitu saja.

Liam dan pria lainnya tertawa sambil minum-minum, menggoda wanita yang di sewa Liam untuk melupakan penatnya dunia tempat mereka berlomba mengais rezeki.

Entah apa yang merasuki Arsha hingga memaksa untuk datang ke Singapura, menyiksa diri sendiri melihat kebahagiaan yang akan disongsong Liam.

“Brengsek!” umpat Arsha, mencengkram gelas yang masih berisi minuman memabukan.

“Ca, kita pulang aja yuk!” bujuk Rachelia Audryna, sahabat terbaik Arsha yang selalu setia meski seabsurd apapun tingkah gadis itu.

“Sakit hati gue ... sakit banget, Rachel ...,” Arsha meracau, raut wajahnya tampak nelangsa.

“Udahlah, Ca ... mungkin dia memang brengsek, Tuhan lagi ngejauhin dia dari lo dan pasti udah menyiapkan yang terbaik buat lo ... .”

Rachel berusaha menenangkan, sejujurnya ia pun merasakan sakit seperti yang sedang dirasakan Arsha saat ini.

Sebagai sahabat Rachel tau percis bagaimana hubungan Arsha dengan Liam selama tiga tahun terakhir.

“Kita balik ke kamar, yuk!” ajak Rachel namun Arsha menggelengkan kepala, menolak.

“Lo duluan aja, gue di sini sebentar lagi.”

“Tapi udah ya minumnya, jangan minum lagi nanti lo mabuk ... gue juga udah pening nih kepala mau langsung tidur.”

Arsha mengangguk membalas ucapan Rachel, di usapnya kepala Arsha penuh prihatin kemudian turun dari kursi bar.

Nightclub dan hotel tempat mereka menginap berada dalam satu gedung yang sama sehingga Rachel tidak khawatir akan terjadi sesuatu dengan Arsha.

Hanya tinggal masuk ke dalam lift kemudian menekan tombol, maka Arsha akan langsung berada di lantai di mana kamar mereka berada.

Sejujurnya Rachel ragu sewaktu Arsha membooking kamar di hotel tempat berlangsungnya pernikahan Liam dengan Lizzy.

Terbayang dibenak Rachel bila Arsha akan memporak-porandakan pesta tersebut merubah pesta impian setiap gadis menjadi pesta terburuk yang pernah ada.

Akan tetapi kini Arsha telah dewasa, umurnya sudah menginjak dua puluh lima tahun jadi sepertinya tidak mungkin Arsha masih berani berbuat nekat.

Rachel melangkah gontai menuju lift yang merupakan pintu keluar nightclub tersebut, pandangannya sedikit kabur akibat terlalu banyak minum.

Beginilah bila lahir dari keluarga yang mengharamkan minuman beralkohol, ketika hanya sedikit saja menikmati tequilla yang manis itu, tubuh Rachel menolaknya.

Ia masih sadar ketika pintu lift terbuka, menampilkan sosok pria yang sangat dikenalinya.

“Rachel!” panggil sang pria tampan bertubuh atletis yang tinggi menjulang membuat Rachel mendongak.

“Bang Kama!!” Rachel memekik sambil membulatkan matanya.

“Ngapain di sini?” tanya Kama, ekspresi wajahnya tampak tidak bersahabat.

Bagaimana tidak, ia melihat sepupunya berada di nightclub terlebih nightclub tersebut berada di Negara lain bukan di Negaranya sendiri.

“Bang Kama ngapain di sini?” tanya Rachel takut-takut.

Sepupunya itu berdomisili di Vietnam, memegang salah satu perusahan sang Ayah di sana. Rachel tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Kama di Nightclub Singapura.

“Ada undangan Bachelor Party dari klien Abang, kamu belum jawab pertanyaan Abang,” tuntut pria yang memakai kemeja hitam dengan tangan dilinting hingga sikut.

“Anter temen yang patah hati, Bang ... mantannya lagi Bachelor Party di dalem ... tapi sekarang Rachel mau balik ke kamar kok, Bang ... jangan bilang Mama sama Papa ya, please!”

Rachel menyatukan kedua tangannya di depan wajah, memohon agar Kama tidak mengadukannya kepada Mama Rahma terutama Papa Kenzi yang merupakan Kakak dari Ibu sang sepupu.

Bila Papanya tau, ijin liburan keluar Negri tidak akan pernah ia dapatkan lagi.

Kama mendecakan lidah, ekspresinya tampak kesal namun tak ayal ia pun mengangguk mengiyakan.

Dalam Nightclub tersebut hanya satu orang yang mengadakan pesta bujang, tidak salah lagi bila mantan kekasih sahabatnya pasti adalah klien dari sepupunya.

Abaikan saja lah, saat ini kepala Rachel sangat pening, ia harus segera masuk ke dalam kamar kemudian tidur hingga besok siang bila perlu.

“Rachel ke kamar ya, Bang!” pamit Rachel sebelum Kama memarahinya.

Bergegas Rachel masuk ke dalam lift kemudian menekan panel tombol di dinding lift.

Sementara si putra pertama Rendra Gunadhya yang merupakan salah satu pengusaha terkaya di Indonesia, melangkah santai menuju meja yang ternyata sudah ada beberapa sahabatnya juga di sana.

Tampaknya para pengusaha muda tengah berkumpul pada pesta bujang Liam saat ini.

Kama menyapa beberapa yang ia kenal termasuk Liam lalu duduk di samping Boon-Mae—sahabatnya yang merupakan pengusaha muda dari Thailand.

“Sepertinya di sini hanya kamu yang belum menikah,” ujar Juan-si pengusaha muda asal Philipina kepada Kama.

Yang bersangkutan hanya tersenyum sebagai tanggapan, bagi Kama dengan kesibukannya yang tidak mengenal waktu tampaknya tidak mungkin untuk dirinya terlibat dalam mahligai pernikahan.

Perusahaan di Vietnam sedang maju pesat dipimpin olehnya dan sang adik kembar bernama Kalila, sungguh bukan pilihan yang tepat bila ia harus berkeluarga di saat ambisi dan kesuksesannya sedang berjalan beriringan.

Mengingat sang Bunda yang selalu kesepian ketika Ayahnya bekerja membuat Kama trauma untuk berumah tangga.

Ia tidak mau membuat wanita yang dicintainya kesepian seperti yang Bundanya alami namun hal tersebut menjadikan Kama dingin pada setiap wanita dan enggan memiliki hubungan serius dengan wanita manapun.

“Minum?” tawar Quan yang merupakan saingan bisnis Kama di Vietnam.

Meski Quan adalah warga negara asli Vietnam dan perusahaan Ayahnya sudah lebih dulu berjaya di sana, akan tetapi Kama mampu menyaingi dengan sangat mudah karena didampingi kembarannya Kalila-si pelobi ulung.

Seringai terbit di bibir Quan ketika Kama meraih gelas tersebut kemudian meminumnya hingga habis tidak bersisa.

Bab terkait

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0002

    Boon-Mae kemudian memberikan satu gelas lagi disusul Liam yang kemudian memberikan gelas bordeaux. “Untuk pernikahanku,” ujar Liam kemudian mereka semua yang berada di meja itupun bersulang.Splash!!!Satu gelas Cabernet menyiram wajah Liam. “Kamu brengsek, Liam! Sia-sia semua waktuku selama tiga ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0003

    Kama terkejut ketika ia membuka mata dan langsung di suguhkan oleh pemandangan wajah cantik seorang gadis. Ingatannya ditarik mundur ke belakang secara paksa, mencari jawaban apa yang dilakukan gadis itu di atas ranjangnya.Kama baru ingat jika tadi malam ia mencurigai ada sesuatu dalam minuman yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0004

    Melihat Arsha menangis, Kama meraup wajahnya kasar, hembusan nafas terdengar berkali-kali keluar dari mulutnya.Noda darah yang mewarnai seprei putih membuatnya semakin yakin bila ia telah merenggut kesucian perempuan itu.Menyesal pun tidak ada guna, tapi jelas ia harus bertanggung jawab.Menikahi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0005

    “Dari mana lo?” Suara Rachel mengejutkan Arsha yang mengendap-ngendap masuk ke dalam kamar.Arsha tersenyum memamerkan giginya yang putih bersih, kemudian merentangkan ke dua tangan memeluk Rachel yang hanya berbalut anduk putih.Meletakan dagu di pundak terbuka Rachel dan baru ia rasakan pengar lu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0006

    Arsha duduk di balkon kamarnya, menatap ke arah rumah sang Oma. Meraih ponselnya, Arsha menekan nomor Ibu angkat sang Mommy. Bisa Arsha lihat Omanya sedang menonton televisi di lantai dua, wanita tua itu meraih ponsel dari atas meja. “Hallo ... .” Suara Oma terdengar dingin. “Oma udah minum

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0007

    “Aarash enggak setuju Dad ... belum tentu Caca mau, Daddy sendiri dulu waktu dijodohin sama Mommy nolak mentah-mentah,” ujar Aarash tidak setuju tatkala mendengar sang adik akan dijodohkan. “Tapi Mommy sama Daddy lama-lama saling mencintai,” tukas Mommy, tangannya memijat lembut kepala Aarav di ata

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0008

    “Pake baju ini, Ca ... potongannya bagus ... lo jadi keliatan tinggi trus punggung lo yang mulus juga jadi ke ekspose,” kata Rachel tangannya mengangkat sebuah gaun model mini dress atasan brukat dengan bagian rok mengembang karena terdapat tile yang banyak di bagian dalam rok. Rancangan sang Mommy

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0009

    Menyesal adalah satu kata yang bercokol di dalam hati Kama beberapa bulan terakhir. Niat untuk melepaskan rindu dengan sang adik tercinta yang sedang menuntut ilmu di Jerman sekaligus bertemu dengan kedua orang tuanya yang ketika itu berkunjung ke sana malah membuat Kama berakhir dengan sebuah kata

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21

Bab terbaru

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0288

    “Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0287

    “Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0286

    “Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0285

    “Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0284

    “Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0283

    Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0282

    “Bang ... keringetan ih, bau ... Caca udah mandi ... turunin.” Arsha meronta berharap Kama menurunkannya. “Kan bisa mandi lagi,” balas Kama santai. Jika Arsha tidak salah liat, pria itu sedang menyeringai pertanda tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Bang turunin dulu ... Caca mau kasih Asi bua

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0281

    Setelah drama baby blues beberapa bulan lalu, kini Arsha bisa menikmati perannya sebagai Ibu dengan bantuan baby sitter. Tidak ada tangis maupun uring-uringan berganti dengan kebahagiaan yang membanjirinya setiap hari. Arsha memang harus dibimbing dan Kama adalah orang yang tepat untuk itu. Mungk

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0280

    Mungkin saat ini pun Arsha menangis karena itu, perlahan Kama mendorong benda bercat putih dan menemukan istrinya sedang duduk di lantai memeluk kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Dari jauh Kama sudah bisa melihat jika ketiga anaknya sedang terlelap di box bayi masing-masing. “Sayang

DMCA.com Protection Status