Share

Bab 0005

Penulis: Erna Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-31 22:48:44

“Dari mana lo?”

Suara Rachel mengejutkan Arsha yang mengendap-ngendap masuk ke dalam kamar.

Arsha tersenyum memamerkan giginya yang putih bersih, kemudian merentangkan ke dua tangan memeluk Rachel yang hanya berbalut anduk putih.

Meletakan dagu di pundak terbuka Rachel dan baru ia rasakan pengar luar biasa di kepalanya saat ini.

Rasa sakit di kepala tidak begitu ia hiraukan ketika bangun tidur tadi karena terlampau terkejut melihat pria tampan berada dalam selimut yang sama dengannya di atas ranjang.

“Lo kok bau sepupu gue?” tanya Rachel ketika menghirup aroma parfum Kama di tubuh sahabatnya.

Arsha berpikir bila bau yang menguar dari tubuhnya memang berasal dari Kama namun menganggap bila banyak pria memakai parfum sejenis, bukan hanya sepupu Rachel saja.

Tadi di dalam kamar mandi ia hanya melamun duduk di atas closet bukannya membersihkan tubuh dari sisa Kama, benaknya masih belum sempurna mencerna informasi yang ia dapatkan ketika bangun pagi ini.

“Jangan bilang lo tidur sama cowok yang enggak lo kenal tadi malam!” tebak Rachel dengan sorot mata tajam, ia memberi jarak antara dirinya dengan sang sahabat.

Cengiran di bibir Arsha menjawab pertanyaan Rachel.

“Ya Tuhan Cacaaaaaa!!!!” Rachel mendorong Arsha hingga sang sahabat jatuh di atas ranjang kemudian memukulnya berulang kali dengan bantal.

Rachel lalu mendudukan tubuhnya, ia menangis menangkup wajah dengan kedua tangan.

Bagi Rachel, Arsha sudah seperti saudara kembarnya. Pertama kali bertemu ketika mereka baru masuk kuliah di Universitas ternama di Singapura.

Umur Arsha memang lebih muda darinya tapi mereka masuk di tahun yang sama, itu karena Arsha masuk kelas akselerasi ketika SMA.

Sang sahabat pernah bercerita bila masa SMAnya sangat menyebalkan, sering kali di bully membuat Arsha berusaha keras lulus dengan cepat.

Selama kuliah hanya Arsha teman yang bisa diajak susah maupun senang meski terkadang perempuan itu memiliki sikap nyeleneh namun dengan kecantikannya yang merupakan perpaduan ketampanan sang Daddy dengan kecantikan Mommynya membuat semua orang termasuk dirinya memaklumi sikap tengil Arsha.

Selain itu juga Arsha merupakan sahabat terbaik yang pernah ia temukan di dunia ini.

“Rachel ... jangan nangis donk, gue minta maaf,” bujuk Arsha sambil melingkarkan tangan di pundak sang sahabat.

“Lo lupa Ca, kita pernah janji untuk menjaga kesucian kita sampai nikah ... lo lupa kita janji untuk menikah di tanggal yang sama dan hamil barengan ... trus kalau lo udah bolong gini gimana? Pake pengaman enggak lo?” cecar Rachel di sela isak tangisnya.

Arsha meringis, ia tidak tau apakah pria itu memakai pengaman atau tidak kemudian wajahnya berubah pucat pasi ketika membayangkan dirinya hamil.

“Baru sekarangkan lo mikir, kan?” omel Rachel yang kemudian beranjak untuk mengenakan pakaian.

“Tapi waktu itu gue mabuk, Rachel ... gue enggak inget apa-apa ... ,” tutur Arsha hati-hati, setengah berbohong.

Betul, saat itu ia mabuk akan tetapi ia masih sadar dengan apa yang dilakukannya maka dari itu Arsha ingat setiap perlakuan Kama padanya.

Rachel membalikan tubuh. “Harusnya gue enggak tinggalin lo tadi malem, gue kelimpungan waktu bangun tadi dan tau lo enggak ada ... gue baru mau nyari lo, ini!” Rachel masih kesal, kesal dengan Arsha dan dirinya sendiri.

“Gue tadi malem ngelabrak si Liam, gue siram pake minuman!” ungkap Arsha membuat Rachel memburunya lalu memukulkan kembali bantal ke pada Arsha.

“Gue bilang jangan samperin, lo malah keliatan belum move on, tau! Malu donk ngemis-ngemis sama cowok brengsek kaya gitu!”

Arsha menipiskan bibirnya, ia ingat ketika melontarkan kalimat yang menunjukan bila dirinya seolah mengemis cinta pada Liam.

“Lo ngomong apa aja sama dia?”

“Brengseklah dia pokoknya, masa dia bilang kalau Bokapnya si Lizzy itu lebih kaya dari Daddy makanya dia milih kawin sama si Lizzy biar perusahaan Bokapnya sama Bokap si Lizzy bersatu!”

Arsha menceritakannya dengan emosi yang meledak-ledak karena saat itu ia masih sadar dan belum terpengaruh alkohol.

“Ya ‘kan, emang brengsek, kan? Bersyukur lo putus dari dia.”

Arsha mengangguk namun matanya kosong menatap kakinya yang ia lipat menyila di atas tempat tidur.

“Leher lo merah, Ca ... gimana rasanya?” tanya Rachel dengan sorot mata datar dan nada suara penuh sindiran.

Arsha kemudian memiringkan tubuhnya mencari kaca besar di belakang punggung Rachel.

Ia mengusap lehernya yang terdapat maha karya Kama, menggosoknya kencang karena kesal.

“Udah-udah, nanti juga ilang!” Rachel menarik tangan Arsha.

“Trus gimana sekarang?” tanya Rachel kemudian.

“Kita pulang aja yuk, lo enggak akan hadir di pesta pernikahan mereka ‘kan?”

“Ogah!” Rachel memutar bola matanya. Meski ia mendapat undangan dari Lizzy tapi tidak mungkin menghadiri pernikahan mantan kekasih sahabatnya sendiri.

****

“Apa maksud dari memasukan obat ke dalam minumanku?” Kama berbisik setengah menggeram kepada Quan yang sedang meminum sampagne sendirian di sudut ballroom.

Quan tertawa hingga terpingkal. “Kau melampiaskannya dengan siapa?” tanyanya di sela tawa.

Selama Kama mengenakan pakaiannya sehabis mandi pagi ini, otaknya berpikir keras menganalisis siapa yang mungkin memasukan obat ke dalam minumannya hingga ia lupa diri seperti tadi malam.

Selain dirinya ada gadis lain yang dirugikan karena perbuatan terkutuk itu.

Tersisa satu nama dalam benaknya, musuh dalam selimut yang selama ini selalu berhasil ia kalahkan dari segi bisnis.

Dan mendengar pertanyaan Quan seperti itu membuat Kama semakin yakin bila Quan lah pelakunya.

“Pada seorang gadis tidak berdosa yang menjadi korban perbuatan menjijikan yang kau lakukan!” Kama berseru menjawab pertanyaan Quan, rahangnya mengetat dan kepalan tangannya sudah siap melayang ke wajah Quan bila saja sekarang dirinya bukan berada di pesta pernikahan Liam.

Quan malah tertawa meledek Kama. “Bukan aku yang melakukannya pada gadis itu tapi kau!”

Kama sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi, ia dorong Quan keluar dari ballroom menuju balkon, masih terus mendorongnya hingga pinggang Quan terdesak pagar balkon dan bagian atas tubuhnya melengkung ke belakang.

Quan menatap ngeri ke bawah, tubuhnya pasti hancur lebih bila ia jatuh dari atas sini.

Melihat sorot di mata Kama yang begitu menakutkan, sudah waktunya ia minta maaf.

“Aku—“ Kalimat Quan terjeda.

“Sekali lagi kau melakukan perbuatan menjijikan dan kampungan seperti ini lagi, akan aku hancurkan perusahaan Ayahmu!” ancam Kama sebelum pria itu meminta maaf.

Bagi Kama maaf hanyalah sebuah kata, dan ia tidak membutuhkannya bila sesuatu telah terjadi.

Quan mengangguk cepat, ia tau kehebatan Kama dalam bisnis dan bila dilihat dari ekspresi wajah juga nada suaranya, pria itu tampaknya tidak main-main.

Kama melepaskan cengkraman tangannya dari kemeja Quan kemudian mundur dua langkah.

“Bersainglah seperti pria sejati, atau kau mau aku membelikanmu tutu?” ledek Kama menampilkan senyum sinis.

Ia menarik ujung bagian jas untuk merapihkannya, membalikan tubuh lalu meninggalkan Quan yang jantungnya masih berdebar sangat kencang.

Quan hanya bersenang-senang pada awalnya, ingin menggoda Kama yang tampak tidak menikmati hidup.

Pria itu selalu bekerja tidak mengenal waktu, tidak pernah terdengar ada wanita yang sedang dekat dengannya, ataupun ada seorang pria menjadi kekasihnya karena dulu sekali pernah terdengar gosip bila Kama penyuka sesama jenis.

Namun berita itu terbantahkan ketika seorang pria yang merupakan pengusaha dari ‘kaum belok’ mengatakan bila Kama pria normal.

Kama menolak mentah-mentah ajakan pria tersebut untuk menjalin kasih dengannya dan lebih memilih membatalkan proyek besar senilai puluhan triliun dengan pria itu.

Padahal pengusaha itu adalah klien yang paling dibutuhkan oleh perusahaan Kama.

Quan tidak akan main-main lagi dengan Kama, pria berkewarganegaraan Indonesia itu sangat berbahaya.

Bab terkait

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0006

    Arsha duduk di balkon kamarnya, menatap ke arah rumah sang Oma. Meraih ponselnya, Arsha menekan nomor Ibu angkat sang Mommy. Bisa Arsha lihat Omanya sedang menonton televisi di lantai dua, wanita tua itu meraih ponsel dari atas meja. “Hallo ... .” Suara Oma terdengar dingin. “Oma udah minum

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0007

    “Aarash enggak setuju Dad ... belum tentu Caca mau, Daddy sendiri dulu waktu dijodohin sama Mommy nolak mentah-mentah,” ujar Aarash tidak setuju tatkala mendengar sang adik akan dijodohkan. “Tapi Mommy sama Daddy lama-lama saling mencintai,” tukas Mommy, tangannya memijat lembut kepala Aarav di ata

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0008

    “Pake baju ini, Ca ... potongannya bagus ... lo jadi keliatan tinggi trus punggung lo yang mulus juga jadi ke ekspose,” kata Rachel tangannya mengangkat sebuah gaun model mini dress atasan brukat dengan bagian rok mengembang karena terdapat tile yang banyak di bagian dalam rok. Rancangan sang Mommy

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0009

    Menyesal adalah satu kata yang bercokol di dalam hati Kama beberapa bulan terakhir. Niat untuk melepaskan rindu dengan sang adik tercinta yang sedang menuntut ilmu di Jerman sekaligus bertemu dengan kedua orang tuanya yang ketika itu berkunjung ke sana malah membuat Kama berakhir dengan sebuah kata

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0010

    Sang Mommy memutar sedikit tubuhnya demi bisa melihat wajah Caca, tidak mengatakan sepatah katapun hanya raut wajah dan matanya tampak khawatir. Khawatir Caca akan berbuat onar, sembilan bulan mengandung dan dua puluh lima tahun mengurus si bungsu, Bee sudah hapal gejala-gejala bila Arsha akan memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0011

    Belum selesai Kama memikirkan gadis mungil galak yang telah ia renggut kesuciannya, seorang gadis mungil lainnya berjalan mendekat sambil berbincang dengan Kana-adiknya yang ketiga. Gadis yang belum jelas terlihat wajahnya itu karena minimnya pencahayaan di taman, tampak akrab dengan Kana seperti s

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0012

    “Mau kemana?” Aarash bertanya saat Arsha beranjak berdiri. “Ambil minum Kak, Kakak mau juga?” “Boleh deh.” “Kakak juga mau ya, Ca!” kata Aarav menambahkan. “Bang Kana anter, yo ...,” cetus Kana yang sudah berdiri hendak mengantar Arsha. Bahkan Kana membantu Arsha yang kesulitan keluar dari so

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0013

    “Caca yang salah Om,” ujar Caca melirih. “Enggak ... enggak ada yang salah, Mang Ayi yang salah tuh ... bukannya di matiin panggangannya ya Mang Ayi,” tuduh Aura kepada sang Koki untuk menghilangkan perasaan bersalah Arsha. “Iya Non, Mang Ayi yang salah ... maaf ya Non,” kata Mang Ayi setelah mend

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22

Bab terbaru

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0288

    “Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0287

    “Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0286

    “Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0285

    “Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0284

    “Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0283

    Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0282

    “Bang ... keringetan ih, bau ... Caca udah mandi ... turunin.” Arsha meronta berharap Kama menurunkannya. “Kan bisa mandi lagi,” balas Kama santai. Jika Arsha tidak salah liat, pria itu sedang menyeringai pertanda tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Bang turunin dulu ... Caca mau kasih Asi bua

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0281

    Setelah drama baby blues beberapa bulan lalu, kini Arsha bisa menikmati perannya sebagai Ibu dengan bantuan baby sitter. Tidak ada tangis maupun uring-uringan berganti dengan kebahagiaan yang membanjirinya setiap hari. Arsha memang harus dibimbing dan Kama adalah orang yang tepat untuk itu. Mungk

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0280

    Mungkin saat ini pun Arsha menangis karena itu, perlahan Kama mendorong benda bercat putih dan menemukan istrinya sedang duduk di lantai memeluk kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Dari jauh Kama sudah bisa melihat jika ketiga anaknya sedang terlelap di box bayi masing-masing. “Sayang

DMCA.com Protection Status