Karina Elzabeth dijual oleh tantenya ke Bos Mafia yang terkenal kejam. Karina diusir pergi oleh tantenya yang tega hanya karena sejumlah uang yang ditawarkan. Karina terjebak dengan seorang pria posesif, obsesif dan kasar bernama Joshua Rionard Carrington . Ia harus menjalani hari-hari yang kelam bersama pria itu. Tidak bisa kabur dan harus mengabdi sampai sisa akhir hidupnya. Namun seiring berjalannya waktu, Karina menemukan sebuah fakta yang membuat perasaannya hancur, sehancur, hancurnya. Bagaimana Karina akan menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan Joshua? dan fakta apa yang akan Karina dapatkan? Dapatkah Karina menjalani semuanya, atau ia akan menyerah atas hidupnya?
Lihat lebih banyak“Tanda tangani sekarang!” Titah wanita berambut hitam disanggul, dan memakai riasan yang cukup mencolok.
Karina mengepal tinjunya ketika melihat tulisan di atas kertas putih yang sekarang ada di hadapannya. Bunyi gemerutuk dari gigi yang saling beradu, serta tatapan tajam dipenuhi linangan air mata di pipinya, Karina hampir pingsan karena terlalu emosi setelah membaca tulisan di atas kertas itu.
“Ini sudah keterlaluan, Tante, bagaimana bisa Tante menjualku?!”
Tangan Karina gemetar hebat. Ia mengalihkan tatapannya ke arah wanita bersanggul itu, Soraya, tantenya. Pena yang ia pegang hampir saja patah karena ia menggengamnya terlalu kuat, masih merasa tidak percaya kalau tantenya akan bertindak sejauh ini.
Soraya lantas memandang rendah Karina, telunjuknya menghardik Karina dengan kejam, tidak ada raut rasa bersalah ataupun kasihan pada wajah Soraya, ia melakukan apapun yang ia mau tanpa ada halangan dari siapapun. Ia berkuasa dan memiliki semua kendali atas hidup Karina.
“Kau itu hanya beban untuk keluargaku. Sekarang suamiku sudah mati. Jadi, aku bisa melakukan apa pun yang aku mau, termasuk menjualmu, gadis sialan!” Suara Soraya meninggi, urat-urat lehernya menyembul ke permukaan kulitnya, matanya menatap benci kepada Karina.
Tubuh Karina gemetar luar biasa menahan gejolak emosi di dalam dirinya yang sebentar lagi akan meledak. Ia tidak percaya dengan semua yang ia dengar. Walau pun Karina tau, ia memang beban di keluarga sang tante, ia juga sering diperlakukan tidak adil. Namun, Karina tidak menyangka akan sejauh ini tindakan tantenya.
“Tanda tangani ini! Sebentar lagi mereka akan datang untuk menjemputmu. Jangan membuat amarahku semakin tinggi, Karina Elizabeth!” Soraya membentak Karina, lagi dan lagi.
Soraya bahkan menarik tangan Karina, memaksa gadis itu untuk mendatangi surat yang tidak ia setujui sama sekali. Ia memberontak untuk membubuhkan tanda tangannya, namun Soraya terus memaksanya sehingga tanpa bisa berkata-kata lagi, Karina menanda tangani surat tersebut.
Soraya tersenyum puas, ia benar-benar merasa di atas Karina, ia bisa menginjak-injak gadis lemah itu sesuka hatinya. Masalah tanda tangan bukanlah hal yang rumit untuknya, buktinya ia bisa mendapatkannya dengan mudah, walau dengan sedikit paksaan.
“Sudah saatnya kau berbakti padaku, bodoh.” Soraya mencemooh Karina, jari telunjuknya itu terus-terusan ia tujukan ke wajah Karina yang sekarang sudah banjir dengan air mata.
“Nyona, ada tamu.”
Beberapa menit setelah Soraya berhasil mendapatkan tanda tangan Karina, tamu yang ia tunggu datang, ia segera menanda tangani surat itu di kolom yang ada di sebelah kolom nama Karina. Ia tersenyum puas lalu berlari riang menuju pintu utama, Soraya tidak sabar dengan tamunya kali ini.
Benar saja, tamu yang datang adalah tamu yang di tunggu-tunggu Soraya. Ia langsung mempersilakan tamu itu masuk, dua orang pria berjas itu masuk ke dalam rumahnya. Di sana, mereka melihat Karina yang mencoba untuk berdiri.
“Ini dia anaknya, dia juga sudah tanda tangan di sini.” Soraya memberikan kertas bertuliskan kontrak pembelian sudah ditanda tangani oleh dua orang, Soraya dan Karina, kepada salah satu pria dengan setelan serba hitam dan memakai kacamata.
Pria itu mengangguk, ia kemudian menatap ke arah Karina, mengamati gadis itu dari atas sampai bawah dengan teliti. Kemudian dia mengangguk lagi dan mengisyaratkan pria yang satunya lagi untuk mendekati Karina dan membawa gadis itu pergi.
“Untuk uangnya, ada di dalam koper, jumlahnya sesuai dengan yang dijanjikan. Saya harap Nyona akan memiliki kehidupan yang lebih baik lagi,” ucap pria berkacamata itu pada Soraya, entah apa maksudnya mengucapkan ‘kehidupan yang lebih layak lagi’ kepada Soraya.
“Bawa dia!” Titah pria berkacamata itu pada pria yang satunya.
Karina sontak langsung memberontak ketika tubuhnya diseret pergi oleh orang asing. Namun pria itu tidak peduli, ia terus menyeret Karina tanpa ada rasa kasihan sama sekali dengan tubuh ringkih itu.
“Tante, kumohon, jangan jual aku!” Karina berteriak, ia melihat ke arah Soraya dengan tatapan memohon.
Soraya tidak peduli, seolah tuli, ia memalingkan wajahnya agar tidak melihat wajah Karina lagi. Wanita tua itu tampak sombong dengan apa yang sudah ia lakukan kepada keponakannya. Ia tidak mau peduli dengan nasib buruk atau baik yang akan Karina terima setelah ini, yang ada di pikirannya hanyalah nominal angka yang ada di dalam koper hitam itu.
“Tante Soraya, tolong, Tante!” Karina terus berteriak pada Soraya, namun tetap saja tidak ada yang peduli dengan teriakannya.
“Tante!”
Teriakan itu semakin menjauh, Karina diseret paksa masuk ke dalam mobil sedan hitam yang terparkir di depan rumah. Linang air mata tidak terbendung membasahi pipinya. Ia tidak menyangka kalau dirinya akan benar-benar terusir dari rumahnya sendiri oleh tantenya yang kejam itu.
Karina terombang abing, bak boneka, ia dibawa kesana kemari, didandani dan juga diberikan pakaian mewah. Bingung? tentu saja. Karina teramat bingung dengan situasinya saat ini. Biasanya di film, seseorang yang sudah dibeli akan dibawa ke sebuah tempat mengerikan, lalu terjadi proses perjual belian manusia, tempat yang kejam dan penuh manusia yang hina.
Namun kali ini Karina merasa semuanya tidak seperti apa yang ia lihat di adegan film tersebut. Karina dibawa ke sebuah mansion bergaya modern, mewah dan indah.
Melihat pekarangan rumahnya saja sudah membuat kaki Karina sakit, tidak akan mungkin manusia normal sanggup jalan kaki dari gerbang utama sampai ke rumah utama dengan jaraknya sangat jauh dan itu pasti akan memakan waktu yang lama.
Tak berhenti disitu, kekaguman Karina berlanjut ke bangunan utama rumah yang terlihat sangat besar dan megah. Mulutnya menganga tanpa henti.
Saat masuk dari pintu utama ia sudah disambut oleh banyak maid dan kepala pelayan rumah. Ia merasa seperti berada di dalam serial tv dan memerankan peran putri dari pengusaha kaya raya. Karina jadi menghayal sejenak.
Karina dibuat terkesima dengan semua interior yang ada sepanjang kakinya menapak di dalam kediaman sang tuan pembeli. Sampai pada di akhir langkanya berpijak, mata Karina dibuat kagum dengan pintu yang menjulang tinggi terbuka menyambut kedatangannya.
“Silakan masuk.” Sang tuan tangan kanan mempersilahkan Karina untuk masuk.
Ia pun dipersilakan masuk ke dalam ruangan. Dari jauh Karina melihat sebuah punggung tegap seorang pria yang sedang membelakangi mereka, ia sedang sibuk bertelepon dengan seseorang di mejanya. Karina sedikit mencoba mengintip wajah pria itu, tetapi tidak bisa. Jika di lihat dari punggungnya, Pria itu pasti memiliki paras yang tampan.
“Baiklah, sampai nanti.”
Gagang telepon itu diletak kembali ke tempat semula. Tuan tangan kanan mulai meluruskan kedua kaki dan merapatkannya lalu membungkuk 45 derajat secara singkat sebelum membuka suara.
“Selamat siang tuan Carrington, saya membawa keponakan nyonya Soraya.” Ucap tuan tangan kanan itu.
Karina memainkan kukunya, ada perasaan takut di dalam dirinya. Ia takut akan terjadi hal-hal buruk kepada dirinya, lalu orang seperti apa yang yang membelinya itu. Apakah dia memiliki kepribadian yang baik atau tidak.
“Oh, Nona Elizabeth.” Pria itu berucap dengan nada suara yang rendah dan tegas, matanya yang tajam langsung mengidentifikasi penampilan Karina dari atas kepala sampai kaki.
Jantung Karina berpacu cepat, kepalanya terus memilikirkan hal-hal buruk. Tentu orang yang ada di hadapannya saat ini bukanlah pria baik-baik.
“Kau benar-benar harus patuhi semua perintahku, Nona.” ucap pria itu. “Permainan akan dimulai.”
Aula terlihat sangat mewah dan meriah. Aula didekorasi dengan bunga warna-warni dan lampu yang berkelap-kelip, menambah suasana ceria, suara musik yang diputar di latar belakang menambah kesal keceriaan yang tidak ada habisnya. Kedua mempelai berdiri di altar, dikelilingi oleh teman dan keluarga, menciptakan rasa romansa dan keakraban yang dirasakan oleh semua yang hadir. Mereka telah mengucapkan janji setia seumur hidup, menyematkan cincin di jari manis masing-masing. Beberapa orang tampak terharu, mereka sangat menikmati acara tersebut dengan penuh suka cita. Bella tidak ada hentinya menggenggam tangan DK, dia tidak ingin berpisah dari pengganti ayahnya itu. Dia selalu berada di sampingnya, ikut merayakan kegembiraan dalam pernikahan yang suci. Karina merasa sangat bangga, karena dia bisa menghantarkan saudaranya ke pernikahan sebelum waktunya di dunia habis. Ia sangat antusias dan gembira saat melihat para tamu yang hadir sangat ramai untuk mengucapkan selamat ke dua mempelai.
Pemandangan di atas bukit terlihat tenang dan indah. Bukit ini ditutupi dengan rumput yang lembut, dan udaranya kental dengan aroma bunga dan dedaunan. Suasananya sangat tenang dan damai, wanita itu berdiri dengan mata terpejam, berdoa untuk dua makam di depannya. Dia mengenakan gaun yang tergerai, dan kepala yang ditutup oleh topi kupluk berwarna senada dengan gaunnya. Perlahan dia membuka matanya dan memandang dua makam itu dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari wajahnya. Walau pun terlihat pucat, dia tetap menunjukkan ekspresi terbaiknya. “Ma, Pa, akhirnya setelah bertahun-tahun berlalu, aku bisa datang ke makam kalian lagi.” Karina tersenyum tipis. Ia sangat senang bisa berkunjung ke tempat ini setelah bertahun-tahun lamanya. Ia merindukan dua sosok yang paling dia cintai itu. Walau pun Karina sudah mengetahui kebenarannya, dia sama sekali tidak memiliki rasa benci, yang ada, dia semakin mencintai keda orang tuanya itu. “Karin sudah tau apa yang terjadi dulu. Kemarin
Satu tahun kemudian... Langit pagi yang cerah hampir terlalu terang untuk dilihat, karena matahari baru saja mulai mengintip di balik cakrawala. Langit berwarna biru cemerlang, nyaris tidak ada awan yang terlihat. Udara terasa sejuk dan segar, dan aroma embun pagi yang segar tercium di udara. Di kejauhan, sebuah pesawat terbang terlihat terbang melintasi langit pagi yang jernih. Pesawat terbang tampak nyaris berkilauan di bawah sinar matahari pagi, sayapnya nyaris tidak terlihat dengan latar belakang langit biru. Suara mesin pesawat terdengar di kejauhan, tampaknya pesawat terbang semakin tinggi, menghilang di langit pagi yang jernih. Suasananya sangat tenang dan jernih, saat matahari pagi menyinari segala sesuatu yang ada di bawahnya. Jelaslah bahwa ini akan menjadi hari yang indah dan jernih, tanpa ada awan yang menghalangi langit biru yang sempurna. “Bagaimana rasanya kembali setelah satu tahun?” Karina menoleh ke arah Vivian yang sedang menyetir di kursi kemudi setelah menerim
“Kembalikan putriku atau kau akan ku bunuh di sini!” Suara Karina meninggi, penuh emosi, dan kemarahan yang menyelimutinya. Ia bukan lagi terlihat seperti wanita lemah yang memiliki penyakit kronis yang memohon untuk mati. Dia adalah seorang ibu yang menuntut putrinya kembali. “Karina, dia juga putriku!” Joshua menatap Karina tajam, kedua orang itu saling menodongkan pistol satu sama lain. Tatapan yang dulu penuh cinta kini berubah menjadi tatapan penuh kebencian. Karina sungguh membenci Joshua sekarang dengan apa yang sudah dia lakukan terhadapnya dan putrinya. “Aku sudah katakan padamu, kau boleh menghabisi ku, tapi jangan sentuh Bella! Kenapa kau sangat keras kepala, sial?!” Karina berteriak. “Karena aku ingin melihatmu menderita,” ucap Joshua dengan senyum menyeringai yang terlukis di bibirnya. “Belum cukup membuatku menderita, huh? Selama bertahun-tahun kau sudah melakukannya, apa itu belum cukup?” “Belum, karena kau milikku, aku akan melakukan apapun untuk memuaskan hasrat
Anak kecil itu terus menangis di dalam mobil, suaranya sangat kecil dan lemah dibandingkan dengan suara mesin yang keras. Dia mengulurkan tangannya ke arah jendela, berusaha keras untuk melarikan diri dan bertemu kembali dengan ibunya.Walau kondisi Bella berbeda dari anak lain, dia tetap punya perasaan dan intuisi yang kuat terhadap sang ibu yang sudah merawatnya penuh kasih sayang dan cinta. Bella ingin kembali ke Ibunya, dia tidak ingin ikut dengan ayahnya yang di matanya sangat berbeda dari yang ia lihat dulu. Tangan kecilnya yang mungil tidak dapat melakukan apa pun selain menggedor-gedor jendela, saat dia menangis sambil memanggil-manggil ibunya membuat perasaan menjadi sangat sakit dan hancur. "Mama!" "Aku ingin Mama!" suara menyayat hati itu memenuhi mobil. Rasa sakit karena perpisahan terlihat jelas, dia terus menangis bahkan sampai tantrum. Dia berteriak kencang, membuat orang-orang yang ada di dalam mobil termasuk Joshua merasa cukup pusing. “Bella, ini papa, kamu sama
“Bella, pergi dengan paman dan Aunty, ya. Mama akan menyusul nanti.” Karina tersenyum, melangkah mendekati Bella lalu mengusap rambutnya sangat lembut. Tatapan mata Karina menyiratkan rasa menyesal yang begitu dalam. Ia tersenyum namun terasa sangat pedih.“Vivian...” Karina memberi isyarat pada Vivian untuk segera pergi.“Karina, aku tidak bisa,”“Cepat!” Dari luar terdengar suara gaduh dari mobil-mobil yang tiba untuk menyergap masuk ke lokasi mereka. Vivian langsung didorong keluar oleh Karina, dia menutup pintu sangat rapat, tidak memberi izin Vivian untuk masuk. “Karina, buka!” Karina menghiraukan suara teriakan Vivian dari luar. Ia menatap Joshua tajam, dia tidak melawan sama sekali. Mereka berdua saling bertukar pandang satu sama lain. “Kau menginginkanku, kan?” tanya Karena pada Joshua dengan suara yang berubah serak. Joshua melihat Karina tidak habis pikir. Dia tertawa, seolah-olah sedang mencemooh wanita yang ada di hadapannya saat ini. “Kau sungguh dermawan, Karina. Me
“Pegangan, ini mungkin sedikit berguncang.”Mobil tiba-tiba berbelok tajam, melaju dengan cepat di jalan raya, mengambil rute pulang yang berbeda. Klakson kendaraan lain bergema. Mobil yang mereka tumpangi terpisah dari mobil para pengawal lainnya.Suara klakson terus memekakkan telinga dan mesin yang berputar memenuhi udara, energi mereka yang kacau menambah ketegangan pemandangan. Mobil mereka memasuki jalanan kecil di tengah pepohonan pinus yang tinggi. Di belakang terlihat ramai yang mengikuti. Mereka terjebak, tidak ada mobil pengawal mereka yang terlihat. Bella menutup telinganya rapat-rapat. Ia takut dan panik, belum pernah dia mengalami hal semengerikan ini. Ia berteriak sambil memeluk ibunya erat. “Gangguan panik Bella kambuh, bagaimana ini?” Karina sungguh ketakutan, ia tidak ingin terjadi sesuatu pada putrinya. Mobil-mobil lain berkerumun di sekeliling mereka, melaju dengan kecepatan tinggi dan menambah suasana yang kacau. Jumlah mobil yang awalnya sedikit tiba-tiba ber
“Kau melihatnya?” Vivian menatap Karina sedikit terkejut. Ia lalu diam untuk berpikir sejenak. Anak buah Kalista tidak mungkin berada di sini tanpa maksud. Seperti yang DK katakan, mereka berdua sudah bekerja sama, mungkin untuk menghancurkan Karina.“Hmm... aku tidak sengaja melihatnya. Waktu itu dia juga melihat ke arah kita cukup lama. Karena aku merasa tidak nyaman, makanya aku mengalihkan perhatianku darinya,” jelas Karina, dia masih mencoba menjahit pecahan-pecahan ingatannya yang belum terlalu sempurna. “Sudah jelas ini perbuatan Joshua, dia sudah mengetahui semuanya. Lebih baik kita bersiap. Aku akan perintahkan para pengawal ku untuk memperketat penjagaan.” Vivian mulai khawatir, sungguh di luar ekspektasinya. “Aku akan kembali mengawas,” celetuk DK. “Tidak, kamu terlalu berbahaya berada di luar. Joshua pasti juga sedang mencari mu. Jangan lakukan apa-apa sampai keadaan membaik. Aku tidak ingin di antara kita ada yang terluka.”“Vivian, kamu terlalu kelelahan, bukannya le
“Kau tau di mana dia?” Dahi Joshua otomatis mengerut, masih tidak percaya kalau Kalista mengetahui di mana Karina berada dan bagaimana dia tau kalau Karina pergi meninggalkan Joshua?“Tunggu, bagaimana kau tau dia pergi?” Joshua menahan tangan Kalista agar dia berhenti mendekat.“Tentu aku tau. Itu karena aku bertemu dengannya di pesawat saat aku pergi ke Amerika minggu lalu. Awalnya aku berpikir, kenapa Karina berada di pesawat itu bersama dengan wanita yang tidak aku kenal, namun mereka terlihat sangat dekat. Ah, aku juga melihat putrimu, di sangat cantik, wajahnya sangat mirip dengan ibunya.”Kalista tersenyum menang, dia sungguh tau kalau Joshua sedang berada dalam posisi yang lemah, dia tidak bisa melakukan apapun sekarang dan sedang menunggu kehancuran selanjutnya mendatanginya. “Jika kau menuruti semua perintahku, aku akan memberikan semuanya untukmu. Aku bisa mempertemukan mu dengannya, lalu aku juga bisa membereskan kekacauan ini. Aku tau, black moon sangat berarti untukmu,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen