Share

2 : Patuh

Author: Galery Gia
last update Last Updated: 2023-06-24 15:07:55

“Kau bisa pergi Elliot,” ucap Joshua pada tangan kanannya itu.

“Baik, Tuan.”

Dengan patuh tuan tangan kanan itu membungkuk lagi lalu pergi dari ruangan meninggalkan Karina bersama dengan Joshua, hanya berdua.

Joshua Rionard Carrington, orang-orang sering memanggilnya tuan Carrington. Dia adalah pemimpin dari organisasi black moon, salah satu organisasi yang paling ditakuti di seluruh negeri. Berkuasa di semua bidang yang ada, menjadi yang terkuat dari semua organisasi.

Joshua memiliki segalanya, semua hal yang ia inginkan bisa ia dapatkan dengan sangat mudah. Layaknya thanos yang hanya perlu menjentikkan jari tangan, ia bisa mendapatkan apa yang ia mau. Apa lagi kalau hanya sebatas seorang wanita, ia bisa mendapatkan lebih-lebih dari ini.

“Habislah aku.”

Perasaan Karina mulai acak-acakan, ia tidak bisa mengendalikan degup jantung yang hampir membunuhnya itu.

“Kemarilah, Nona!” Titah Joshua

Karina dengan perasaan takutnya perlahan mendekati Joshua, berdiri di hadapan pria itu dengan kepala yang masih menunduk.

Joshua melihat raut wajah ketakutan Karina. Ia mengulurkan tangan, menyentuh tangan kanan Karina lalu mengusapnya pelan.

“Kau cantik, tapi make-up mu terlalu tebal. Saya tidak terlalu suka.” Joshua mengamati wajah Karina dengan teliti.

Tubuh Karina tersentak kaget, ia mundur beberapa langkah dari hadapan Joshua. Ia sungguh takut sekarang, walau yang ia hadapi bukanlah kakek-kakek tua seperti yang ia bayangkan.

“Ck, jual mahal, hmm?” Joshua berbisik.

Rahang Joshua sedikit mengeras, ia tidak terlalu suka dengan wanita penakut dan polos seperti Karina. Ia mendesah pelan lalu menarik lengan Karina cukup kasar.

“Dengar nona, kau sudah menjadi milik saya. Kau harus patuh dengan semua perintah saya, saya tidak akan menerima sikap sok polos yang kau miliki ini, mengerti?!” Nada suara Joshua terdengar sangat dingin dan menusuk, tatapan dingin itu seolah seperti ingin membunuh Karina.

“M-M-Maafkan saya tuan.” Karina mengigil ketakutan, ia bahkan nyaris menangis.

“Saya bukan tipe orang yang gampang untuk memaafkan.” Joshua berdiri dari kursinya, tangannya mencengkram bahu Karina dengan kedua tangannya.

 Matanya yang tajam terus menatap mata Karina. Pria itu kemudian mendorong tubuh Karina sampai gadis itu terduduk di sofa single yang ada di sudut ruangannya.

“Permainan ini akan sangat seru, bukan begitu, Nona Elizabeth?” Lalu tangannya yang kekar itu menjambak rambut Karina sampai wajah Karina terangkat ke atas dan melihat betapa bengisnya tuannya ini.

“Argh, sakit.” Karina meringis.

“Lihatlah wajah polos itu. Kau membuat saya geram, Nona.”

Joshua tersenyum puas melihat betapa ketakutannya Karina saat ini, ia senang melihat Karina merasa menderita di bawah kuasanya.

“Jangan pernah membantah perintah saya,” ucap Joshua.

Tangannya yang satu mencengkram dagu Karina, menekannya kuat sampai Karina merasa dagunya akan lepas.

“Argh, sakit, Tuan.” Karina meringis kesakitan.

“Jika kau tidak ingin terluka, patuhi semua perintahku, Nona. Kalau tidak, aku akan menghukummu sangat berat. Kau mengerti?” Joshua mengancam Karina, nada suara yang teramat dingin di telinga, Karina sungguh merinding di buatnya.

“B-B-Baik, Tuan.” Karina yang takut langsung mengangguk, air matanya menetes begitu saja.

“Baik,” ucapnya lagi, tangannya bergetar, matanya terus menatap betapa bengisnya manusia yang ada di hadapannya saat ini.

“Good kitten.” Joshua mengusap kepala Karina lembut.

“Aku bisa sangat baik padamu kalau kau menurut.” Joshua menyeringai, sentuhan yang Karina rasa sangat lembut namun memiliki kesan mengintimidasi di dalamnya.

Usapan tangan yang lembut itu kemudian berlabuh kembali ke dagu Karina. Joshua kembali mencengkram dagu Karina kuat, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Karina dan berkata, “Then, you can do your job, now.”

Joshua melepas cengkramannya dan mulai membuka sabuk dengan mata logam miliknya. Ia masih terus menatap Karina dengan tatapan menindas, tidak ada sedetik pun Joshua memalingkan wajah, sementara tangannya masih sibuk menurunkan celana berbahan kain berwana hitam miliknya.

“Mungkin ini akan sakit. Tapi, aku tidak akan memberi kelonggaran sama sekali, Nona.” Joshua menyeringai lebar, merasa sangat puas dengan ekspresi ketakutan yang Karina miliki.

“Ampuni aku, Tuan.” Karina mengusap kedua telapak tangannya di hadapan Joshua.

Joshua berdecak sebal, “Tidak ada yang namanya pengampunan, lakukan tugasmu atau aku akan menghukummu.”

Karina tidak ada pilihan lain. Ia melakukan apa yang tuannya perintahkan. Ia memuaskan tuannya itu dengan penuh tekanan di dalam dirinya.

“Kau akan berterima kasih padaku nanti, karena sudah menyelamatkanmu.” Joshua mengigit bibir bawahnya, merasakan kenikmatan dari sentuhan Karina.

Mata Joshua menggelap seketika. Ia dikuasai oleh hawa nafsu yang benar-benar tinggi.

“Argh, terlalu lama.”

Joshua mengerang, ia tidak sabaran. Ia langsung menarik Karina dan mendorongnya ke sofa. Baju Karina dilucuti begitu saja. Ia ingin melakukannya dengan cepat karena sudah tidak sabar menunggu pergerakan Karina yang lambat.

“Indah sekali, aku sangat suka.” Mata Joshua berbinar ketika melihat betapa indahnya tubuh wanita yang ada di hadapannya saat ini.

“Baiklah, Nona, apa kau siap?”

Joshua menyeringai, ia kembali menyiksa tubuh Karina, ia mencekik leher Karina dan terus menggempurnya tampa ada kata ampun. Karena ia adalah orang yang kejam dan tidak mengenal rasa kasihan.

“Sakit sekali.”

Karina menangis, ia tidak kuat menahan sakit di bagian intimnya. Ia menutup mata, mengigit bibir bawahnya, dan mencengkram sisi kanan kiri sofa.

“Arrghh.” Joshua berhasil mendapatkan puncak fantasi yang ia inginkan.

Tubuh Karina di lempar begitu saja ketika Joshua sudah sampai pada titik nikmatnya. Ia menyeburkan cairannya di atas perut Karina. Ia tersenyum puas melihat hasil mahakaryanya yang terkulai lemah tidak berdaya di bawahnya.

“Baru segitu saja sudah lemas.” Joshua menatap penuh merendahkan dan mencemooh Karina dengan seringaian di bibir.

Joshua berjalan menuju lemari yang ada di sudut ruangan, ia mengambil sebuah kemeja berwarna putih lalu melemparkannya kasar ke wajah Karina.

“Pakai ini dan keluar dari ruangan saya.” Joshua berucap dingin, ia membersihkan miliknya yang penuh cairan sperma dengan tisu lalu kembali memakai pakaiannya dengan rapi.

Sementara Karina mengambil kemeja itu dan memakainya. Ia merapikan dirinya yanga acak-acakan itu kemudian berdiri dengan susah payah. Bagian bawahnya masih terasa sangat sakit tetapi ia berusaha untuk tetap berjalan dengan baik.

“Kita akan membicarakan hal lain setelah saya selesai. Kau tunggu saja di kamarmu, minta tunjukan maid di mana kamarmu berada.”

“Baik, Tuan,” ucap Karina sambil mengangguk lalu ia keluar dari ruangan Joshua.

Benar saja, sudah ada dua orang maid yang menunggunya di luar. Karina merasa sangat canggung dengan para maid itu.

“Mari, kami antar.” Salah satu dari maid itu membungkuk sopan pada Karina.

 Dan kedua maid itu menuntun Karina untuk pergi menuju kamanya yang berada di gedung lain. Ternyata kamarnya berada di bangunan belakang, ia melewati dua bangunan lainnya sebelum sampai ke tempat yang dimaksud.

Sesampainya di sana, ia langsung disambut oleh beberapa maid yang siap untuk melayaninya. Mereka memberikan Karina handuk untuk mandi. Wanita itu dituntun ke dalam sebuah ruangan oleh salah satu maid.

“Silahkan beristirahat, Nona, rilekskan tubuh anda.”

Karina di buat terkejut dengan isi ruangan yang teramat mewah. Ada kolam air panas berukuran sedang di sana yang sudah diisi air hangat dan ada taburan bunga mawar merah di atasnya.

“Indah sekali.”

Lilin-lilin aroma terapi juga terdapat menghiasi meja yang ada di sisi-sisi ruangan. Pemandangan yang Karina lihat langsung mengarah ke kolam renang berukuran besar yang ada di belakang mansion.

“Kami undur diri dulu, Nona, jika membutuhkan seuatu bisa panggil kami.”

Maid itu membungkuk lalu berjalan mundur, keluar dari ruangan itu.

“T-T-Terima,” ucapan terima kasih yang menggantung karena para maid itu sudah pergi meninggalkannya.

Karina di tinggal sendirian oleh sang maid. Ia pun membuka kemeja Joshua dan mulai merendam dirinya di  dalam kolam air hangat yang nyaman.

“Nyaman.”

Karina memejamkan mata perlahan, mencoba untuk membuat tubuhnya merasa nyaman dan tenang dengan berendam di air hangat. Menghirup aroma ruangan yang sangat khas, Karina menyukainya. Walau tidak di pungkiri seluruh tubuhnya sakit semua karena perlakuan Joshua.

“Aku harus melupakan kejadian tadi, aku harus melupakan—argh, tidak bisa!” Karina memukul dahinya, merasa kotor karena apa yang barusan ia lakukan.

“Bagaimana ini?” Ia bertanya pada dirinya sendiri.

Mengingat kejadian tadi membuat Karina merasa sedih, ia menangis. Tangisannya terdengar pelan, ia merasa tubuhnya sudah tidak suci lagi. Ia juga kembali mengingat fakta pahit yaitu ia sudah di jual oleh tantennya untuk menjadi budak seks pria itu.

“Mama, Karina rindu mama. Karina nggak kuat kalau harus begini Ma. Tante Soraya jahat banget sama Karina.”

Ia terus menangis sampai tidak sadar kalau seseorang sudah berada di belakangnya. Joshua membuka bathrobnya dan berjalan masuk ke dalam kolam air hangat, ia bergabung dengan Karina.

“Tidak ada yang perlu kau sesali, semua sudah terjadi!”

Tubuh Karina terlonjak kaget, ia segera menoleh ke arah kanannya. Ia mendapati Joshua sedang menatap dingin ke arahnya. Bola mata hitam itu menggelap dan bibirnya menyeringai sempurna.

“T-T-T-Tuan.” Karina terkejut.

“Tidak Ada yang perlu kau tangisi, semua sudah terjadi dan kau sudah menjadi milik saya.” Joshua kembali menyeringai.

“Maaf, Tuan.” Karina menunduk takut.

Tatapan mendominasi milik Joshua terus menekan rasa percaya diri di dalamnya hancur berantakan. Ia juga tidak tau bagaimana cara untuk melarikan diri dari tempat ini. Pun Karina tidak memiliki sifat pemberontak, jadi ini akan menjadi semakin rumit.

“Tenanglah, kau akan aman bersama dengan saya, tidak ada yang perlu di takutkan, hnm.” Joshua berkata dengan suara lembut dan kembali mendekati Karina.

 Jemarinya menyentuh pipi Karina. Ia belum sempat mengamati wajah Karina karena terlalu disibukkan dengan gairah dan emosi di dalam tubuhnya.

“Cantik sekali.”

Ibu jarinya mulai bergerak ke bibir Karina, ia mengusap lipstik merah yang menempel pada permukaan bibir Karina, ia mengacak-acak lipstik itu sampai terlihat sangat berantakan.

“Kau milikku, Karina Elizabeth.”

Ibu jari itu Joshua masukkan ke dalam mulut Karina, mata wanita itu langsung terpejam. Joshua suka dengan kepatuhan yang wanita itu berikan. Ia juga suka melihat tubuh telanjang Karina yang tidak tertutup sehelai benangpun.

“Bagaimana kalau kita lanjut berkenalannya, Nona.” Joshua menyeringai, wajah licik itu akan Karina ingat sepanjang hidupnya.

“Tuan.” Suara Karina terdengar seperti rintihan menyedihkan di telinga Joshua.

“Rintihan yang sangat indah, lakukan itu terus, Nona.”

Tanpa basa basi lagi, Joshua langsung mencium bibir Karina. Ia juga tidak sempat mencicipi bibir wanita itu tadi. Ia menciumnya penuh dengan gairah.

 Karina yang mendapat serangan ciuman mendadak tiba-tiba membeku. Ia bisa merasakan liarnya bibir Joshua bergerak, ia juga bisa rasakan tangan Joshua yang meraba tubuhnya.

Mungkin ini akan menjadi ronde dua yang tak Karina inginkan.

Related chapters

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   3 : Cuma Mimpi

    Suasana malam yang mencekam. Seharian hujan terus turun membasahi kota. Jalanan licin, tidak banyak orang yang berlalu-lalang. Jalanan sangat lengang, tidak ada aktifitas yang berarti di sana.“Ma, nanti kalau udah sampai di rumah, Karin mau langsung bobo aja deh, nggak jadi nemenin papah nonton bola.” Celotehan anak berusia 15 tahun itu didengarkan dengan sangat baik oleh kedua orangtua yang duduk di bangku depan.“Ah, Karin ingkar janji, tadi pagi katanya kau nemenin papah nonton bola, kok sekarang nggak jadi?” sang ayah menimpali dengan nada bercanda.“Benar kata ayah, kamu ingkar janji. Tadi pagi kamu semangat banget mau nonton bolanya.” Sang ibu tertawa melihat ekspresi menggemaskan dari putrinya itu.“Ih, mama,” keluh sang putri, ia memasang wajah cemberut.Tawa kecil menghiasi keluarga kecil ini. Sepasang suami-istri itu terus menggoda putri mereka dengan berbagai candaan dan sang putri menanggapinya dengan raut wajah cemberut walau sebenarnya ia merasa bahagia.Sampai pada sua

    Last Updated : 2023-06-24
  • Obsesi Bos Mafia Kejam   4 : Pembohong

    Derap langkah terdengar jelas di lorong sepi bagunan yang dindingnya menjulang tinggi. Kaki jenjang berbalut sepatu berwarna hitam mengkilap itu melangkah dengan irama pelan. Kaki itu berhenti ketika ia sampai di depan pintu besar berbahan besi yang terbuka dengan sendirinya.“Anda sudah tiba, Tuan?” Seorang pria bertubuh kekar dengan tato di lengan sebelah kanannya membungkuk singkat.“Bagaimana kabarnya?” Pria itu menyeringai saat bertanya.“Tidak terlalu baik, Tuan.”Pria itu mengangguk pelan sebagai jawaban. Laku ia kembali melangkah masuk dan langsung disambut oleh seorang wanita dalam keadaan berlutut di lantai dengan rantai yang membelenggu kaki dan tangannya.“Tuan, Carrington.” Wanita itu langsung merangkak menghampiri pria yang baru saja tiba di hadapannya.“Oh, anda masih terlihat sangat baik, Nyonya Soraya.” Sebuah seringaian terukir di bibir sang pria, ia menatap seperti ia sedang mengutuk wanita yang ada di hadapannya ini.“Tuan, saya mohon lepaskan saya. Saya berjanji t

    Last Updated : 2023-06-24
  • Obsesi Bos Mafia Kejam   5 : Bunga yang Sangat Indah

    Mata Karina terbuka, ia melihat sekitar yang sepi. Ia sendirian berada di dalam kamarnya. Ia kemudian mencoba mengingat-ingat bagaimana cara ia kembali ke kamar semalam.“Kemarin aku ada di kolam dan— dan, ah, apa aku ketiduran saat berciuman dengan tuan?”Karina mencoba menerka-nerka apa yang telah terjadi kemarin malam. Karena jujur saja Karina tidak mengingatnya. Ia mempunyai ingatan yang buruk.“Ah, terserahlah.” Karina akhirnya menyerah.Karina bangkit dari kasurnya, berjalan pelan menuju jendela kamar yang masih tertutup gorden. Ia membuka kain penutup jendela itu. Cahaya matahari pun langsung menyapanya dengan ramah.“Indah sekali.” Karina tersenyum tipis, merasa sangat senang masih bisa melihat indahnya pagi.Setelah puas memandangi indahnya pagi dari balik jendela ia pun berjalan keluar dari kamar. Ia tiba-tiba saja ingin keluar dan berjalan-jalan di taman. Taman itu sudah lama ia perhatikan, namun belum ada kesempatan untuk menginjakkan kaki di sana.“Woah, bunganya banyak s

    Last Updated : 2023-06-26
  • Obsesi Bos Mafia Kejam   6 : Kekacauan

    “Di mana Boss kalian? Kembalikan semua uangku, kembalikan!” Seorang pria paruh baya tengah mengamuk di tengah-tengah keramaian, ia mengancam dengan pisau dan juga jerigen 30 liter berisi bensin yang ia pegang di tangan kirinya. Ia berteriak tanpa henti seperti orang yang terkena gangguan jiwa. “Carrington, tunjukkan mukamu! Bajingan sialan, kembalikan semua uangku! Kau penipu, Carrington.” Orang-orang mencoba melerainya tetapi satu pun tidak ada yang berhasil. Pria paruh baya itu terus berteriak marah sambil mengayunkan pisaunya dan jerigen bensin berukuran 30 liter yang ia pegang. Beberapa orang dari divisi keamaan juga mencoba melerai, namun selalu saja gagal karena pria tua itu menyiram mereka dengan bensin dan mengancam akan membakar mereka jika berani mendekat. “Waah, kau membuat keributan di sini dan membuat karyawan-karyawanku tidak bisa bekerja, tuan Hong.” Sebuah suara terdengar dari lantai dua. Dari balik batas teralis besi itu Joshua menampilkan dirinya. Matanya mengge

    Last Updated : 2023-07-06
  • Obsesi Bos Mafia Kejam   7 : Tangisan Yang Percuma

    “Seret dia ke ruang mainku, sekarang!” Titah Joshua“Baik, Tuan.”Elliot membungkuk lalu segera pergi dari hadapan Joshua. Niat hati ingin beristirahat punah sudah, ada hal yang lebih menyenangkan untuk Joshua lakukan malam ini. Hidangan penutup untuk makan malamnnya.Sepertinya akan seru, Joshua berjalan keluar dari bangunan tempat Karina tinggal. Berjalan cukup jauh ke ujung jalan setapak, sebuah bangunan berukuran sedang yang sekilas terlihat seperti banguna rumah biasa, namun isi dalam rumah itu sangat menengangkan. Siapapun tidak akan bisa membayangkan, sudah barapa nyawa yang minta di ampuni di dalam ruangan itu.Bibir Joshua bersiul santai, kakinya menapak di ruangan. Pintu yang menjulang tinggi itu tertutup rapat setelah Joshua masuk ke dalam, pintu itu di jaga oleh dua orang algojo bertubuh besar. Tidak sembarang orang boleh datang. Tempat ini sama seperti penjara yang Joshua buat untuk menghabisi para tawanannya.Tempat ini hanya di peruntukkan para penghiatan di dalam mansi

    Last Updated : 2023-07-06
  • Obsesi Bos Mafia Kejam   8 : Gangguan Jiwa

    Air hangat sudah tidak lagi menjadi obat untuk menenangkan diri. Semakin air itu mengenai permukaan kulit yang penuh guratan luka, sakit yang luar biasa langsung menyerbu ke sejujur tubuh. Tubuh ringkih itu bergetar, penuh amarah dan denam di dalamnya. “Segitu hinanya kah aku, sampai-sampai harus diperlakukan seperti ini?” Karina menatap langit-langit kamar mandi. Kepalanya ia sandarkan pada ujung bathtub dan tubuhnya sengaja ia tenggelam di dalam air hangat. “Akhh.” Kadang luka-luka itu terasa sangat perih ketika terkena sapuan gelombang kecil yang diakibatkan oleh pergerakannya. Di tangan kanannya ia menggenggam sebuah tusuk konde berwarna emas yang memiliki ujung yang tajam. Sudah berulang kali ia memikirkan hal ini, berulang kali juga ia meyakinkan diri. Jika bukan jalan ini, jalan seperti apa yang harus ia tempuh untuk mendapastkan keadilan. “Ma, Pah, tunggu Karin, ya.” *** Di lorong panjang menuju kamar Karina sangat ricuh. Para maid berbondong-bondong berlari menuju kama

    Last Updated : 2023-07-07
  • Obsesi Bos Mafia Kejam   9 : Ada Apa Dengan Karina?

    Karina terbangun dari tidurnya. Wajahnya sangat pucat dan penuh dengan peluh. Kali ini mimpinya menjadi lebih buruk dari hari-hari sebelumnya. Bukan hanya tentang kecelakaan di masa lalu, ia juga melihat sosok yang tak asing di dalam mimpinya.“Lelah sekali.”Gia mengusap dahinya dengan punggung tangan. Ia melihat ke sekitar yang masih sepi. Langit juga belum terlalu terang. Ia melihat lengannya yang masih terpasang jaum infus. Dengan kasar ia mencabutnya dan membiarkan darah di tangannya menetes.Perlahan ia turun dari kasur, kakinya melangkah perlahan keluar dari dalam kamar. Kakinya menyusuri lorong panjang yang masih sangat sepi dari aktifitas orang-orang.“Nona?”Langkah Karina terhenti ketika mendengar suara tuan tangan kanan. Ia menoleh ke sumber suara. Elliot sedang duduk di sofa ruang tengah, ia sepertinya berjaga semalaman.Laki-laki itu berdiri, melangkah ringan ke arah Karina, raut wajahnya menggambarkan kekhawatiran yang besar. Elliot memperhatikan wajah Karina, tatapan w

    Last Updated : 2023-07-08
  • Obsesi Bos Mafia Kejam   10 : Ide Murahan

    Mari kita tarik undur dulu sebentar ke kejadian beberapa hari lalu saat Karina ditinggal begitu saja oleh Joshua setelah menghancurkannya untuk yang kesekian kalinya. Karina sungguh putus asa dengan hidupnya. Sekeras apapun ia mencoba untuk melawan, pada akhirnya ia akan dijatuhkan lagi oleh Joshua.Tidak mudah untuk mengumpulkan keberanian untuk melakukan hal itu. Melawan, bukanlah hal yang bisa Karina lakukan. Ia selalu hidup dalam tekanan dan selalu di tuntut untuk selalu menuruti perintah.Namun, kemalangan itu bukanlah akhir dari segalanya. Disaat Karina hampir putus asa dengan perjalanan hidunya. Secercah cahaya muncul dari kegelapan. Sebuah tangan mengulur kearahnya untuk memberikan pertolongan. Sebuah suara familiar menusuk indera pendengarannya dan membuat kepalanya mendongak ke atas.“Izinkan saya untuk patuh kepada Nona, saya berjanji akan menolong Nona dari segala macam penderitaan. Tolong izinan saya untuk patuh pada anda, Nona.”Apa yang sedang manusia gila ini bicaraka

    Last Updated : 2023-07-09

Latest chapter

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   81 : Akhir

    Aula terlihat sangat mewah dan meriah. Aula didekorasi dengan bunga warna-warni dan lampu yang berkelap-kelip, menambah suasana ceria, suara musik yang diputar di latar belakang menambah kesal keceriaan yang tidak ada habisnya. Kedua mempelai berdiri di altar, dikelilingi oleh teman dan keluarga, menciptakan rasa romansa dan keakraban yang dirasakan oleh semua yang hadir. Mereka telah mengucapkan janji setia seumur hidup, menyematkan cincin di jari manis masing-masing. Beberapa orang tampak terharu, mereka sangat menikmati acara tersebut dengan penuh suka cita. Bella tidak ada hentinya menggenggam tangan DK, dia tidak ingin berpisah dari pengganti ayahnya itu. Dia selalu berada di sampingnya, ikut merayakan kegembiraan dalam pernikahan yang suci. Karina merasa sangat bangga, karena dia bisa menghantarkan saudaranya ke pernikahan sebelum waktunya di dunia habis. Ia sangat antusias dan gembira saat melihat para tamu yang hadir sangat ramai untuk mengucapkan selamat ke dua mempelai.

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   80 : Berkunjung

    Pemandangan di atas bukit terlihat tenang dan indah. Bukit ini ditutupi dengan rumput yang lembut, dan udaranya kental dengan aroma bunga dan dedaunan. Suasananya sangat tenang dan damai, wanita itu berdiri dengan mata terpejam, berdoa untuk dua makam di depannya. Dia mengenakan gaun yang tergerai, dan kepala yang ditutup oleh topi kupluk berwarna senada dengan gaunnya. Perlahan dia membuka matanya dan memandang dua makam itu dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari wajahnya. Walau pun terlihat pucat, dia tetap menunjukkan ekspresi terbaiknya. “Ma, Pa, akhirnya setelah bertahun-tahun berlalu, aku bisa datang ke makam kalian lagi.” Karina tersenyum tipis. Ia sangat senang bisa berkunjung ke tempat ini setelah bertahun-tahun lamanya. Ia merindukan dua sosok yang paling dia cintai itu. Walau pun Karina sudah mengetahui kebenarannya, dia sama sekali tidak memiliki rasa benci, yang ada, dia semakin mencintai keda orang tuanya itu. “Karin sudah tau apa yang terjadi dulu. Kemarin

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   79 : Perpisahan Yang Memilukan

    Satu tahun kemudian... Langit pagi yang cerah hampir terlalu terang untuk dilihat, karena matahari baru saja mulai mengintip di balik cakrawala. Langit berwarna biru cemerlang, nyaris tidak ada awan yang terlihat. Udara terasa sejuk dan segar, dan aroma embun pagi yang segar tercium di udara. Di kejauhan, sebuah pesawat terbang terlihat terbang melintasi langit pagi yang jernih. Pesawat terbang tampak nyaris berkilauan di bawah sinar matahari pagi, sayapnya nyaris tidak terlihat dengan latar belakang langit biru. Suara mesin pesawat terdengar di kejauhan, tampaknya pesawat terbang semakin tinggi, menghilang di langit pagi yang jernih. Suasananya sangat tenang dan jernih, saat matahari pagi menyinari segala sesuatu yang ada di bawahnya. Jelaslah bahwa ini akan menjadi hari yang indah dan jernih, tanpa ada awan yang menghalangi langit biru yang sempurna. “Bagaimana rasanya kembali setelah satu tahun?” Karina menoleh ke arah Vivian yang sedang menyetir di kursi kemudi setelah menerim

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   78 : Final Battle

    “Kembalikan putriku atau kau akan ku bunuh di sini!” Suara Karina meninggi, penuh emosi, dan kemarahan yang menyelimutinya. Ia bukan lagi terlihat seperti wanita lemah yang memiliki penyakit kronis yang memohon untuk mati. Dia adalah seorang ibu yang menuntut putrinya kembali. “Karina, dia juga putriku!” Joshua menatap Karina tajam, kedua orang itu saling menodongkan pistol satu sama lain. Tatapan yang dulu penuh cinta kini berubah menjadi tatapan penuh kebencian. Karina sungguh membenci Joshua sekarang dengan apa yang sudah dia lakukan terhadapnya dan putrinya. “Aku sudah katakan padamu, kau boleh menghabisi ku, tapi jangan sentuh Bella! Kenapa kau sangat keras kepala, sial?!” Karina berteriak. “Karena aku ingin melihatmu menderita,” ucap Joshua dengan senyum menyeringai yang terlukis di bibirnya. “Belum cukup membuatku menderita, huh? Selama bertahun-tahun kau sudah melakukannya, apa itu belum cukup?” “Belum, karena kau milikku, aku akan melakukan apapun untuk memuaskan hasrat

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   77 : Fierce Battle

    Anak kecil itu terus menangis di dalam mobil, suaranya sangat kecil dan lemah dibandingkan dengan suara mesin yang keras. Dia mengulurkan tangannya ke arah jendela, berusaha keras untuk melarikan diri dan bertemu kembali dengan ibunya.Walau kondisi Bella berbeda dari anak lain, dia tetap punya perasaan dan intuisi yang kuat terhadap sang ibu yang sudah merawatnya penuh kasih sayang dan cinta. Bella ingin kembali ke Ibunya, dia tidak ingin ikut dengan ayahnya yang di matanya sangat berbeda dari yang ia lihat dulu. Tangan kecilnya yang mungil tidak dapat melakukan apa pun selain menggedor-gedor jendela, saat dia menangis sambil memanggil-manggil ibunya membuat perasaan menjadi sangat sakit dan hancur. "Mama!" "Aku ingin Mama!" suara menyayat hati itu memenuhi mobil. Rasa sakit karena perpisahan terlihat jelas, dia terus menangis bahkan sampai tantrum. Dia berteriak kencang, membuat orang-orang yang ada di dalam mobil termasuk Joshua merasa cukup pusing. “Bella, ini papa, kamu sama

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   76 : Kembali Anakku

    “Bella, pergi dengan paman dan Aunty, ya. Mama akan menyusul nanti.” Karina tersenyum, melangkah mendekati Bella lalu mengusap rambutnya sangat lembut. Tatapan mata Karina menyiratkan rasa menyesal yang begitu dalam. Ia tersenyum namun terasa sangat pedih.“Vivian...” Karina memberi isyarat pada Vivian untuk segera pergi.“Karina, aku tidak bisa,”“Cepat!” Dari luar terdengar suara gaduh dari mobil-mobil yang tiba untuk menyergap masuk ke lokasi mereka. Vivian langsung didorong keluar oleh Karina, dia menutup pintu sangat rapat, tidak memberi izin Vivian untuk masuk. “Karina, buka!” Karina menghiraukan suara teriakan Vivian dari luar. Ia menatap Joshua tajam, dia tidak melawan sama sekali. Mereka berdua saling bertukar pandang satu sama lain. “Kau menginginkanku, kan?” tanya Karena pada Joshua dengan suara yang berubah serak. Joshua melihat Karina tidak habis pikir. Dia tertawa, seolah-olah sedang mencemooh wanita yang ada di hadapannya saat ini. “Kau sungguh dermawan, Karina. Me

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   75 : Bertemu Lagi

    “Pegangan, ini mungkin sedikit berguncang.”Mobil tiba-tiba berbelok tajam, melaju dengan cepat di jalan raya, mengambil rute pulang yang berbeda. Klakson kendaraan lain bergema. Mobil yang mereka tumpangi terpisah dari mobil para pengawal lainnya.Suara klakson terus memekakkan telinga dan mesin yang berputar memenuhi udara, energi mereka yang kacau menambah ketegangan pemandangan. Mobil mereka memasuki jalanan kecil di tengah pepohonan pinus yang tinggi. Di belakang terlihat ramai yang mengikuti. Mereka terjebak, tidak ada mobil pengawal mereka yang terlihat. Bella menutup telinganya rapat-rapat. Ia takut dan panik, belum pernah dia mengalami hal semengerikan ini. Ia berteriak sambil memeluk ibunya erat. “Gangguan panik Bella kambuh, bagaimana ini?” Karina sungguh ketakutan, ia tidak ingin terjadi sesuatu pada putrinya. Mobil-mobil lain berkerumun di sekeliling mereka, melaju dengan kecepatan tinggi dan menambah suasana yang kacau. Jumlah mobil yang awalnya sedikit tiba-tiba ber

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   74 : Hampir Tertangkap.

    “Kau melihatnya?” Vivian menatap Karina sedikit terkejut. Ia lalu diam untuk berpikir sejenak. Anak buah Kalista tidak mungkin berada di sini tanpa maksud. Seperti yang DK katakan, mereka berdua sudah bekerja sama, mungkin untuk menghancurkan Karina.“Hmm... aku tidak sengaja melihatnya. Waktu itu dia juga melihat ke arah kita cukup lama. Karena aku merasa tidak nyaman, makanya aku mengalihkan perhatianku darinya,” jelas Karina, dia masih mencoba menjahit pecahan-pecahan ingatannya yang belum terlalu sempurna. “Sudah jelas ini perbuatan Joshua, dia sudah mengetahui semuanya. Lebih baik kita bersiap. Aku akan perintahkan para pengawal ku untuk memperketat penjagaan.” Vivian mulai khawatir, sungguh di luar ekspektasinya. “Aku akan kembali mengawas,” celetuk DK. “Tidak, kamu terlalu berbahaya berada di luar. Joshua pasti juga sedang mencari mu. Jangan lakukan apa-apa sampai keadaan membaik. Aku tidak ingin di antara kita ada yang terluka.”“Vivian, kamu terlalu kelelahan, bukannya le

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   73 : Jadi Miliknya

    “Kau tau di mana dia?” Dahi Joshua otomatis mengerut, masih tidak percaya kalau Kalista mengetahui di mana Karina berada dan bagaimana dia tau kalau Karina pergi meninggalkan Joshua?“Tunggu, bagaimana kau tau dia pergi?” Joshua menahan tangan Kalista agar dia berhenti mendekat.“Tentu aku tau. Itu karena aku bertemu dengannya di pesawat saat aku pergi ke Amerika minggu lalu. Awalnya aku berpikir, kenapa Karina berada di pesawat itu bersama dengan wanita yang tidak aku kenal, namun mereka terlihat sangat dekat. Ah, aku juga melihat putrimu, di sangat cantik, wajahnya sangat mirip dengan ibunya.”Kalista tersenyum menang, dia sungguh tau kalau Joshua sedang berada dalam posisi yang lemah, dia tidak bisa melakukan apapun sekarang dan sedang menunggu kehancuran selanjutnya mendatanginya. “Jika kau menuruti semua perintahku, aku akan memberikan semuanya untukmu. Aku bisa mempertemukan mu dengannya, lalu aku juga bisa membereskan kekacauan ini. Aku tau, black moon sangat berarti untukmu,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status