Share

Bab 0007

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2024-06-20 22:40:38

“Aarash enggak setuju Dad ... belum tentu Caca mau, Daddy sendiri dulu waktu dijodohin sama Mommy nolak mentah-mentah,” ujar Aarash tidak setuju tatkala mendengar sang adik akan dijodohkan.

“Tapi Mommy sama Daddy lama-lama saling mencintai,” tukas Mommy, tangannya memijat lembut kepala Aarav di atas pangkuan.

“Tapi ‘kan belum tentu Caca seperti kisah Mommy sama Daddy, apa lagi Bang Kama tuh dingin banget sama cewek, Mom ...,” timpal Aarav.

“Daddy khawatir, beberapa hari kemarin Caca ngurung diri di kamarnya setelah pulang dari Singapura ... kalau tau Caca ke Singapura untuk ngelabrak Liam, enggak akan pernah Daddy ijinin dia pergi.”

Akbi tampak menyesal, seharusnya ia menentang habis-habisan hubungan Caca dengan Liam.

Di masa lampau ia dan klien bisnisnya pernah mengucap janji untuk menjodohkan anak-anak mereka.

Tapi seiring berjalannya waktu, tampaknya Rendra yang merupakan klien bisnisnya dan anak dari salah satu pengusaha terkaya di Indonesia sudah lupa dengan janji tersebut.

Maka dari itu Akbi akhirnya membiarkan hubungan Caca dan Liam juga menyetujui jika memang Liam serius dengan si bungsu.

Demi kebahagiaan Caca—Akbi rela merendahkan diri meminta maaf kepada Rendra bila suatu hari pria itu menagih janji untuk mewujudkan harapan mereka di masa lampau.

Dan ternyata beberapa hari lalu ketika mereka bertemu dalam sebuah meeting, Rendra sedikit membahas mengenai hal itu.

Beruntung Caca dan Liam sudah berpisah, itu juga alasan kenapa Akbi tidak menghajar habis-habisan pria yang telah menyakiti anaknya.

Rendra memang tidak membahas banyak hanya mengingatkan janji dua puluh lima tahun tahun lalu, dan Akbi menanggapi hal tersebut dengan santai.

Ia bilang akan membicarakannya terlebih dahulu dengan yang bersangkutan tapi kenyataannya malah mendiskusikan dengan kedua putra kembarnya.

“Aarash juga enggak tau kalau dia pergi ke Singapura untuk itu, bilangnya ada yang harus dia urus di kampus.”

“Kalau di pikir-pikir, dia udah lulus jadi mau ngurusin apa lagi ya? Kok kita enggak ada yang nyadar kalau dia bohong?” celetuk Aarav menoleh kepada sang Kakak.

Aarash mengendikan pundaknya, ia sendiri merasa bodoh bisa dengan mudah dibohongi sang adik.

“Caca pergi sama Rachel ... ya Mommy percaya kalau memang mau ke kampus,” kata Mommy yang juga menyesal telah mengijinkan Arsha pergi.

“Siapa tau nanti kalau Daddy jodohin, Caca bisa lupa sama Liam ... .” sang Daddy berharap demikian.

“Kalau kata Aarash ya, Dad ... mending mereka diketemuin dulu misalnya kaya makan malam bareng ... atau family gathering di mana gitu, biar saling mengenal ... selanjutnya ya terserah mereka.”

“Klan Gunadhya mana pernah libur? Kecuali generasi tertuanya,” celoteh Aarav kemudian menegakan tubuh.

“Makasih ya Mom, kepala Aarav udah enggak pusing lagi,” imbuhnya seraya memeluk kemudian mengecup pipi sang Mommy.

Mommy Bee tersenyum menanggapi, memejamkan mata kuat-kuat hingga menghasilkan kerutan di sudut mata ketika Aarav mengecup pipinya lama.

“Itulah, Rendra bilang kalau Kama sibuk banget ... jadi paling di saat tertentu ketika Kama pulang, Rendra akan meminta kita untuk makan malam di rumahnya.”

Tanpa keempatnya ketahui, di balik dinding—di ruang tamu sana Arsha mendengar semua percakapan mereka.

Hatinya semakin resah ketika mengetahui bila dirinya dijodohkan dengan anak orang paling berpengaruh di Negri ini.

Beban pikirannya bertambah sekarang, perpisahannya dengan Liam dan dirinya yang sudah kehilangan kesucian saja sudah mampu membuat kecerian menghilang dari wajahnya bahkan untuk berpura-pura bahagia pun ia sulit, kini ditambah lagi dengan perjodohan.

Jaman sekarang masih saja ada hal seperti itu, lalu Arsha harus jawab apa?

Ia tidak ingin di jodohkan, bukan karena sudah tidak perawan lagi tapi juga menikah itu membutuhkan rasa yang dinamakan cinta.

Benar kata Kakak pertamanya yang mengatakan bila ia dan calonnya harus bertemu terlebih dahulu tapi menikah dengan salah satu dari klan Gunadhya mungkin hal terakhir yang akan dilakukannya.

Pasalnya ia pernah mendengar bila para pria Gunadhya terkenal dingin, hanya Kai yang menuruni sifat Ibunya yang ramah.

Sementara yang lainnya, bahkan Arsha tidak tau orangnya yang mana.

Membuang nafas pelan, Arsha kemudian memutuskan keluar dari persembunyiannya.

“Selamat Malam semua!!” Arsha berseru, berusaha tampak bahagia.

Memeluk sang Daddy kemudian bersandar di dada beliau yang bidang.

Aarav sudah memeluk Mommy Bee, takut-takut Arsha mengklaimnya.

“Pulangnya kok malem banget anak perawan Mommy,” tegur sang Mommy dengan nada selembut sutra.

Mendengar kata perawan membuat hati Arsha tergerus ngilu.

“Nemenin Rachel sampe tutup toko, Mom ... toko kuenya Rame banget, tadi Caca bantuin.”

“Caca mau buka toko juga?” tawar sang Daddy, tangannya mengusap lembut rambut Caca di dadanya.

“Toko apa ya kira-kira?” Caca tampak berpikir.

Tidak ada yang bisa menjawab karena apapun yang Arsha lakukan selalu berakhir dengan bencana.

Keterdiaman mereka membuat Arsha yakin jika keluarganya memang tidak percaya dengan kemampuan yang ia miliki.

Ya sudahlah, mereka yang seumur hidup bersamanya jadi mereka pun sudah bisa menilai.

Arsha pasrah, ia akan mulai melukis kembali melanjutkan hobbynya yang sempat ia tinggalkan karena kesibukan kuliah.

Mestinya ia santai saja semasa kuliah dulu, dapat menyelesaikan jenjang S2 dengan mudah ketika umurnya menginjak dua puluh empat tahun di Universitas terbaik Singapura dengan nilai yang sangat memuaskan merupakan sebuah prestasi tapi setelah itu semua ia bingung akan bekerja di mana.

“Kok malah ngelamun?” sang Daddy menjauhkan sedikit kepala Arsha agar bisa melihat ekspresi sang anak.

“Daddy punya klien ganteng enggak? Jodohin aja deh Caca sama dia, Caca jadi Ibu rumah tangga aja ... kalau kerja kantoran atau bikin toko takutnya Caca mengacaukannya jadi kalau nikah, Caca ‘kan tinggal duduk manis kaya Ratu, cariin yang kaya ya Dad ... jadi di rumah nanti ada koki soalnya takut kebakaran juga dapurnya kalau Caca masak sendiri,” celoteh Caca sambil tertawa kering.

Entah apa yang ada di pikiran Arsha yang justru seakan menyetujui perjodohan yang belum sempat sang Daddy utarakan langsung padanya.

Arsha hanya sedang bingung, ia putus asa. Setidaknya banyak orang sering memujinya cantik jadi mungkin ia akan mengandalkan kecantikannya fisiknya untuk menjadi seorang istri pengusaha kaya.

Menjadi boneka pengusaha tersebut untuk dipamerkan pada setiap kesempatan, tugasnya hanya duduk manis dan berhubungan badan dengan suaminya.

Ah, bahkan untuk hanya menjadi seperti itupun Arsha tidak mungkin bisa lagi karena kesuciannya telah terenggut.

Ingatkan Arsha setelah masuk ke kamar nanti untuk mencari tau mengenai operasi selaput dara.

Kedua orang tua dan kedua Kakak kembarnya bukannya ikut tertawa malah prihatin juga sedih mendengar ucapan Arsha.

Arsha memang pintar dalam segi akademik namun ia memiliki sikap tengil, ceroboh dan sikap memalukan lainnya yang bisa jadi tidak di sukai oleh pria-pria executive muda yang mungkin menginginkan wanita manis, lembut, anggun juga elegan.

Jadi yang ada di benak mereka berempat saat ini adalah, apakah Kama juga mau menikahi Arsha?

“Nanti Daddy carikan ya, sayang ...,” janji Akbi kepada sang Anak kemudian memeluknya lagi dan melabuhkan banyak kecupan.

Akbi merasa saat ini sepertinya bukan waktu yang tepat untuk membicarakan perjodohan, ia khawatir jika Arsha akan menyetujuinya tanpa memikirkannya terlebih dahulu.

“Beeeuuuh, sekalinya Kakak share ya kalau Kakak lagi butuh adik ipar ... pasti temen-teman atau klien Kakak langsung mengajukan diri, adiknya Kakak ‘kan cantik banget bak Dewi Yunani,” celoteh Aarsha menghasilkan derai tawa di ruangan tersebut.

“Nanti Mas Aarav pasang iklan di billboard setiap jalan utama di Jakarta, kalau cucu tercantik Marthadidjaya sedang mencari calon suami yang ganteng, kaya, sabar, perhatian, sayang, trus apalagi Ca?”

“Yang mau menerima semua kekurangan Caca,” imbuh Caca membuat yang lain tersenyum penuh prihatin.

“Ayo kita serang Caca dengan pelukaaaan!” Mommy Bee berseru mengalihkan pembicaraan kemudian beranjak untuk memeluk Caca yang berada dalam pelukan Daddy Akbi.

Disusul Aarash dan Aarav, kelimanya saling memeluk kemudian tertawa bersama.

Arsha tidak membutuhkan orang lain, keluarganya saja sudah cukup karena hanya mereka yang menerima segala kekurangannya.

Biarpun Arsha tau sang Mommy sering menangis akibat perbuatannya akan tetapi Mommy selalu lembut setiap kali memberikan teguran.

Apalagi Daddynya yang tidak pernah marah, kedua Kakak kembarnya pun selalu pasang badan untuknya dan Rachel yang selalu menyayanginya meskipun sering kali ia mempermalukan gadis itu.

Bagi Caca semua itu sudah lebih dari cukup.

Related chapters

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0008

    “Pake baju ini, Ca ... potongannya bagus ... lo jadi keliatan tinggi trus punggung lo yang mulus juga jadi ke ekspose,” kata Rachel tangannya mengangkat sebuah gaun model mini dress atasan brukat dengan bagian rok mengembang karena terdapat tile yang banyak di bagian dalam rok. Rancangan sang Mommy

    Last Updated : 2024-06-20
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0009

    Menyesal adalah satu kata yang bercokol di dalam hati Kama beberapa bulan terakhir. Niat untuk melepaskan rindu dengan sang adik tercinta yang sedang menuntut ilmu di Jerman sekaligus bertemu dengan kedua orang tuanya yang ketika itu berkunjung ke sana malah membuat Kama berakhir dengan sebuah kata

    Last Updated : 2024-06-21
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0010

    Sang Mommy memutar sedikit tubuhnya demi bisa melihat wajah Caca, tidak mengatakan sepatah katapun hanya raut wajah dan matanya tampak khawatir. Khawatir Caca akan berbuat onar, sembilan bulan mengandung dan dua puluh lima tahun mengurus si bungsu, Bee sudah hapal gejala-gejala bila Arsha akan memb

    Last Updated : 2024-06-21
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0011

    Belum selesai Kama memikirkan gadis mungil galak yang telah ia renggut kesuciannya, seorang gadis mungil lainnya berjalan mendekat sambil berbincang dengan Kana-adiknya yang ketiga. Gadis yang belum jelas terlihat wajahnya itu karena minimnya pencahayaan di taman, tampak akrab dengan Kana seperti s

    Last Updated : 2024-06-21
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0012

    “Mau kemana?” Aarash bertanya saat Arsha beranjak berdiri. “Ambil minum Kak, Kakak mau juga?” “Boleh deh.” “Kakak juga mau ya, Ca!” kata Aarav menambahkan. “Bang Kana anter, yo ...,” cetus Kana yang sudah berdiri hendak mengantar Arsha. Bahkan Kana membantu Arsha yang kesulitan keluar dari so

    Last Updated : 2024-06-22
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0013

    “Caca yang salah Om,” ujar Caca melirih. “Enggak ... enggak ada yang salah, Mang Ayi yang salah tuh ... bukannya di matiin panggangannya ya Mang Ayi,” tuduh Aura kepada sang Koki untuk menghilangkan perasaan bersalah Arsha. “Iya Non, Mang Ayi yang salah ... maaf ya Non,” kata Mang Ayi setelah mend

    Last Updated : 2024-06-22
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0014

    Peralatan mandi di dalam kamar mandi tersebut sudah jelas diperuntukan bagi pria membuat Arsha semakin yakin bila ia telah salah memasuki kamar. Arsha mengesah, perlahan melepas pakaiannya kemudian memutar kran shower, air mulai mengguyur seluruh tubuhnya. Matanya menyisir sekeliling, hanya ada ha

    Last Updated : 2024-06-22
  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0015

    “Om udah tanya sama Mommy dan Daddy kamu, kalau mereka udah setuju ... gimana dengan kamu?” Pertanyaan pertama saja sulit Arsha jawab, kini Om ganteng yang kaya raya itu menambah pertanyaannya. Arsha mengerjap, wajahnya pias dengan susah payah ia menelan saliva. Tersenyum canggung, Arsha melirik

    Last Updated : 2024-06-22

Latest chapter

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0288

    “Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0287

    “Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0286

    “Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0285

    “Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0284

    “Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0283

    Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0282

    “Bang ... keringetan ih, bau ... Caca udah mandi ... turunin.” Arsha meronta berharap Kama menurunkannya. “Kan bisa mandi lagi,” balas Kama santai. Jika Arsha tidak salah liat, pria itu sedang menyeringai pertanda tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Bang turunin dulu ... Caca mau kasih Asi bua

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0281

    Setelah drama baby blues beberapa bulan lalu, kini Arsha bisa menikmati perannya sebagai Ibu dengan bantuan baby sitter. Tidak ada tangis maupun uring-uringan berganti dengan kebahagiaan yang membanjirinya setiap hari. Arsha memang harus dibimbing dan Kama adalah orang yang tepat untuk itu. Mungk

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 0280

    Mungkin saat ini pun Arsha menangis karena itu, perlahan Kama mendorong benda bercat putih dan menemukan istrinya sedang duduk di lantai memeluk kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Dari jauh Kama sudah bisa melihat jika ketiga anaknya sedang terlelap di box bayi masing-masing. “Sayang

DMCA.com Protection Status