Terima kasih aku ucapkan pada:
Editorku, Kak Dian dan Kak Lucy. Berkat kalian berdua, ‘Jebakan Cinta sang CEO’ dapat tayang di Goodnovel;
Para pembaca. Kalian memotivasiku untuk menyelesaikan cerita. ‘Jebakan Cinta sang CEO’ atau memiliki judul lain ‘Suami Magnetis’ merupakan naskah pertamaku di platform ini. Aku harap kalian menyukainya;
Terkhusus untuk Jin, lelaki paling tampan di dunia dan sejagat raya pada abad ini. Oppa, thank you for giving me inspiration in writing this manuscript. If Oppa hadn’t held fan meeting a few months ago as well as became the torch bearer for The Paris 2024 Olympics, ‘Jebakan Cinta sang CEO’ would have had a different storyline. Oppa, i have a dream that one day my scripts will be adapted into drama and you become the one who play the main role. I hope my dreams come true.
Saat ini aku sedang mengerjakan naskah lain berjudul Hidden Tea. Semoga cerita tersebut dapat tayang di platform ini juga. Sekian.
Namaku Alba Ayuningtyas, Sekretaris Direksi di PT Pelisia Citra Ayu tbk. Perusahaan terbuka yang biasa disebut dengan Pecitra. Sebagai sekretaris, aku bekerja serabutan dengan satu tujuan, memudahkan pekerjaan atasan.“Saya punya tugas penting untuk kamu,” kata Pak Malik.Aku perkenalkan dahulu, pria itu bernama Rasendriya Tristan Malik. Beliau adalah CEO di perusahaan ini sekaligus atasanku langsung.“Silakan katakan dengan nyaman, Pak.” Aku menaikkan kerah baju lelaki yang memiliki tinggi badan 185 cm itu guna memasang dasi.“Aturkan kencan buta untukku!”Jeng! Jeng!Tak ada angin maupun hujan badai, bagaimana mungkin manusia yang sudah berubah menjadi komputer perusahaan kini memutuskan untuk kencan buta?Sudahlah! Tak ada urusan juga bagiku mencampuri urusan pribadi beliau. Lebih baik lakukan saja tugas darinya dan bawa pulang bonus bulanan.“Baik Pak.” Aku mendongak. “Siapa yang menjadi pasangan kencan Bapak?”“Kok tanya saya, ya kamu yang cari…, AAAAKKKHHHH!”Tanganku secara impu
DASAR MESUM!Jika menuruti isi hati, aku ingin sekali memberontak serta berteriak keras, namun kepalaku masih menggunakan logikanya. Terlalu banyak gerak hanya akan membuang energi. Selain itu, kami harus menghemat oksigen, jangan sampai menghabiskannya untuk hal yang tak perlu.Demi menyelamatkan diri dari serangan lelaki yang tak punya akhlak, aku harus memukul leher belakang Pak Malik supaya dia jatuh pingsan. Menyerang dengan cara yang halus adalah kunci agar dia tidak mencurigai rencanaku yang luar biasa ini.Langkah pertama dimulai dengan meraba dadanya, lalu naik ke atas menelusuri batang leher….Tunggu sebentar! Sepertinya ada yang salah.Pak Bos berkeringat sangat banyak, napasnya sesak, dan tangannya bergetar hebat. Benar-benar gawat. Telah terjadi sesuatu yang buruk pada pria yang menjadi motor kebanggaan Pecitra.Aku segera mengambil telepon genggam, lalu menyalakan senter. Terlihat wajah Pak Malik pucat pasi. Tanpa membuang waktu, aku langsung melepas dasinya, lalu membuka
Aku meletakkan pisau dan garpu di tangan karena restoran mematikan sebagian besar lampu ruangan demi menciptakan suasana yang romantis untuk sang karakter utama, Pak Malik dan Nona Rosiana.Musik mengalun dengan indah ditemani balutan cahaya temaram mengiringi mereka berdua yang sedang berada di lantai dansa. Keduanya terlihat menawan.Rosiana yang memakai gaun putih berputar dengan indah. Dia bergerak selaras dengan dengan gerakan Pak Malik. Di bawah kendali pria itu, mereka berdansa secara harmonis hingga lantunan musik berakhir.Akhirnya, aku bisa melanjutkan makan malam setelah mereka selesai berdansa. Lelah yang mendera langsung sirna saat menikmati rib eye steik yang dimasak dengan tingkat kematangan medium rare. Andai saja kenikmatan ini bisa didapat setiap hari…“Permisi Bu, Pak Malik menyuruh kami untuk membawa makanan Ibu ke meja beliau,” ucap salah seorang pegawai restoran.Ada gila-gilanya juga nih si Bos. Lelaki di belahan bumi mana yang sedang kencan dengan seorang wanita
Aku mengantar kopi dan beberapa kudapan manis untuk Pak Malik. Saat memasuki ruangannya, beliau sedang membaca laporan keuangan tahunan 2022. Mukanya berbinar-binar karena pencapaian sales tahun kemarin mencapai angka seratus lima belas persen dari target yang ditentukan oleh perusahaan, di mana pertumbuhan sales 37,7% lebih tinggi dari tahun 2021. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya pengusaha yang mendirikan merek baru di bidang kosmetik dan perawatan kulit, dan mereka memercayakan produksinya di Pecitra.“Alba, duduk dulu!” ucap Pak CEO.“Baik, Pak.” Aku menempati sofa yang terletak tidak jauh dari pintu masuk.Pak Malik datang kemari membawa berkas yang berisi data para perempuan lajang yang aku berikan padanya beberapa hari yang lalu.“Kamu atur pertemuan dengan mereka. Satu orang saat makan siang, masing-masing satu orang di jam tujuh dan delapan malam, setiap hari. Selebihnya, atur jadwal untuk satu perempuan setiap tiga puluh menit mulai dari jam delapan pagi hingga tujuh malam s
Usai berbincang dengan Dian, aku mendapat sumur inspirasi. Jika Pak Malik setuju dengan gagasan ini, maka tugasku di masa depan akan semakin lancar tanpa hambatan yang berarti.“Pak, ada yang ingin saya sampaikan,” kataku, setelah mengantarkan kopi dan kudapan ke ruangan CEO.Pak Malik tidak memberi respons apa pun. Dia sibuk dengan dokumen di tangannya yang sudah ditandatangani. Apa sih yang sedang beliau pikirkan sampai tidak fokus?“PAK!!” Kali ini suaraku lebih keras dari sebelumnya.Si Bos mendesah lalu dia menutup dokumennya.“Al, saya ini bukan pembina upacara yang perlu kamu teriaki dengan lantang. Bicara saja sewajarnya,”-dia menunjuk daun telinga kirinya-“gendang telingaku ini masih bergetar dengan normal, tahu! Kamu mau bicara apa?”Sebelum menyajikan inti pembicaraan, aku mengambil kue kemudian menyuapi Pak Malik.“Enak tidak, Pak?”Tidak ada kata yang terucap.Aku bosan dengan reaksi Pak CEO yang tidak mengatakan apa pun, dia hanya mengangguk dengan ekspresi bingung. Seti
“Sejak kapan Pecitra mempekerjakan panda, Maduku?” Aulia tertawa renyah memenuhi ruangan pantri.Apa yang bisa aku perbuat untuk menyelamatkan lingkar hitam di mataku?“Mikirin apa sih sampai harus bergadang. Tuh, selain mirip panda, kamu juga mirip hantu yang suka makan bakso.” Dia memajang cermin kecil di depan mukaku. Terlihat sangat mengerikan.“Mikirin suamiku kapan pulang wajib militer.” Maafkan daku karena harus berbohong.Sebenarnya, aku tidak bisa tidur sepanjang malam memikirkan ucapan Pak Malik. Tawaran yang beliau berikan memang sangat menggiurkan sehingga sangat disayangkan jika dilewatkan begitu saja, akan tetapi konsekuensi yang harus aku tanggung juga tak seringan kapas yang beterbangan di cakrawala.“Maduku, aku mau cerita.” Lebih baik minta pendapat Aulia dahulu sebelum mengambil keputusan.“Tentang teman kamu ya?” Dia sungguh bersemangat.“BUKAN
Suara interkom di atas meja kerja menyadarkan diri ini yang tengah larut dalam pikiranku sendiri. Mengingat apa yang aku dan Aulia bicarakan di pantri kemarin, hatiku tidak henti bertanya-tanya, bagaimana jika yang dikatakan oleh maduku ternyata benar?“Bawakan kopi untuk saya!” perintah atasanku.Kopi terus. Lama-kelamaan aku bisa jadi barista kalau setiap hari kerjanya menyeduh kopi untuk si ‘bossy’.“Baik, Pak,” jawabku.Aku membawa diri menuju pantri setelah panggilan berakhir. Walau diri ini enggan untuk melakukannya, namun perintah atasan harus dijalankan, daripada dipecat. Tidak lucu kan kalau karyawan diberhentikan hanya karena tak mau membuat minuman untuk bosnya?Tidak butuh waktu lama menyajikan kopi buatanku untuk Pak Bos. Sama seperti yang biasa dilakukan, setiap membawa kopi ke ruangan beliau, aku selalu menyertakan kudapan untuknya seperti kue dan kukis.“Silakan nikmati kopinya, Pak.” Aku meletakkan minuman panas yang masih mengepulkan uap air itu di meja atasanku, lalu
Bibir lumpuh seketika manakala rasa malu menyelimuti setiap inci dari tubuh ini. Malu karena sudah bertindak sembrono pada atasanku, tidak tepat dalam memadupadankan pakaian, dan riasan yang berantakan.Aku langsung bertolak dari ruangan CEO menuju toilet, merapikan penampilanku yang awut-awutan tidak jelas. Pertama-tama perbaiki dulu riasan wajah. Setelah itu, aku balik badan, mengangkat rambutku yang terurai panjang. Untung saja pada saat itu hanya aku yang berada di toilet sehingga tidak ada orang lain yang mengetahui keadaanku yang sedang kacau.Sungguh memalukan.Pakaian dalam yang berwarna merah terpampang dengan jelas karena kemeja putih yang aku kenakan basah akibat tetesan air AC. Pantas saja Pak Malik menyuruhku pulang.***“Cara berpakaianmu sudah seperti artis yang sedang terkena skandal.”Keahlian Pak Bos dalam mencibir tidak perlu diragukan, tapi apa dia perlu melakukannya sekarang di saat kami sedang menikmati makan malam?