Share

Arman Terkejut

Mas Arman langsung mendatangiku. Dia ingin memastikan yang kukatakan barusan.

"Coba jelaskan lagi?" katanya.

"I-itu, Mas. Aku ... aku hamil, Mas!" jawabku.

"Kenapa sekarang? Harusnya ditunda sampai kita sukses, Dek!"

"Allah yang berkehendak, Mas. Bukan aku atau kamu. Ingat itu," jawabku.

"Iya aku tau." Mas Arman duduk menyender di tembok.

"Mas, aku mohon pengertianmu. Kerjaan rumahku banyak. Jatah masakku tolong dinaikkan, agar aku bisa makan makanan bergizi. Alasannya itu, aku sedang hamil. Kalau kamu tak sanggup, aku menyerah saja jadi istrimu, Mas. Aku tak sanggup lagi," keluhku kali ini.

Kukeluarkan semua resah di hari agar ia tau kalau aku benar-benar susah tak tahan.

Mas Arman kali ini tak marah saat aku mengatakan ini. Apakah dia sadar? Dia hanya diam menyender di tembok.

Tak lama ponsel Mas Arman berbunyi. Aku masih menyembunyikan ponsel baruku, takut dia marah dan curiga.

Mas Arman kalau mengangkat telepon selalu menjauh dariku. Sesekali ia menengok ke belakang.

Kudengarkan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status