Meski memiliki masalah dengan Hakam karena rahasianya dengan Linggar terbongkar, Faryn tidak pernah berpikir kalau ia akan dilamar oleh adik selingkuhannya ini. Terlebih dilamar di depan umum. Meski sempat terkejut, tapi hal itu justru memberikan ide baru bagi Linggar dan Faryn. Mereka ingin memanfaatkan keadaan tersebut. Hakam terus saja berusaha mengendalikan Faryn agar biduk rumah tangga kakaknya, Lintang, tetap utuh tanpa sentuhan pelakor seperti Faryn. Sayangnya,yang tidak diketahui oleh Hakam adalah bahwa baik Faryn maupun Linggar memiliki rahasia masing-masing. Mereka memiliki tujuan berbeda yang membuat mereka memanfaatkan siapa saja di sekeliling mereka. Termasuk Hakam. *** “Ternyata perempuan kalau sudah menjadi perawan tua, lebih memilih menjadi pelakor ya?”
View MoreJauhi suami kakak saya."
Cangkir di tangan Faryn berhenti tepat di depan bibirnya. Teh hangatnya belum diseruput. Untuk sesaat dia tertegun dengan permintaan orang di depannya.Belum juga ada lima menit dia duduk. Sudah ditodong dengan pernyataan seperti itu.Faryn dengan tenang menyeruput pelan teh. Lalu meletakan cangkir tesebut dengan gerakan anggun. Salah satu kaki tersilang, punggung bersandar, dan bibir menyunggingkan senyuman."Sorry?"Tatapan pria di depan Faryn tidak berubah sama sekali sejak ia datang dan memulai percakapan. Ya, itu adalah kalimat pertama yang diucapkan oleh pria itu."Jauhi suami kakak saya," ulangnya sekali lagi. Nada datar, tatapan tajam, dan wajah serius.Faryn tertawa canggung. "Saya tidak mengerti maksud Anda.""Anda jelas sangat memahami apa yang saya maksud.""Oh ya?"Pria itu mengedipkan mata sekali tapi tidak mengubah tatapan tajamnya. Faryn pun melanjutkan, "Atas dasar apa Anda berkata bahwa saya memahami maksud Anda? Mengenal Anda saja tidak. Apalagi mengetahui maksud Anda?"Dengan gerakan tenang dan tanpa mengalihkan pandangan, pria tampan itu mengeluarkan selembar kertas dari balik saku jas mewahnya. Sebuah foto di mana Faryn tengah tertawa bersama Linggar yang tampak tersenyum."Wow," Faryn meraih foto yang di letakan di atas meja. Ia perhatikan objek yang ada tercetak di sana. “Ternyata saya cantik juga difoto dari samping. Kamera apa yang dipakai?""Kita tidak sedang membahas itu.""Tapi sepertinya memang bukan faktor kameranya. Ini mah sayanya yang memang cantik," sambung Faryn tidak mengindahkan ucapan orang di depannya.Pria tadi mengetatkan rahangnya. Wanita ini ... mulai menggerus kesabarannya."Kakak saya sedang hamil anak kedua mereka. Keluarga mereka sangat harmonis. Saya tidak ingin ada 'hama' seperti Anda di dalam rumah tangganya yang ditumbuhi bunga kebahagiaan."Begitu datarnya nada bicara pria itu hingga membuat Faryn sangat tersinggung. Seolah menjadi selingkuhan adalah memang keinginannya.Well, dia menginginkan hasil dari menjadi seorang selingkuhan lebih tepatnya."Hama?" Faryn tertawa sinis.Pria itu diam. Menunggu kalimat bodoh selanjutnya dari Faryn. Wanita itu meletakan kembali foto ke atas meja. Memberikan tatapan mencemooh padanya."Setiap dari kita adalah hama bagi yang lain. Anda saja sudah menjadi hama bagi saya sejak pertama kali saya duduk di sini. Menelpon dengan nada mengintimidasi, menyuruh saya datang, tidak mengenalkan diri, dan sekarang menyebut saya hama. Kita berdua," Faryn memajukan wajahnya, "sama-sama menganggu. Meski dengan level yang berbeda."Pria berjas mewah mengambil kopinya yang sudah dingin, menyeruputnya dengan gaya khas lelaki berkuasa. Faryn kira hal seperti itu hanya akan ada di film-film. Ternyata di kehidupan nyata pun ada."Anda memang pantas diganggu. Agar Anda tahu diri," katanya tajam.Faryn kembali menyandarkan punggung. Tangannya menyilang di depan dada. Pria itu kembali melanjutkan, "Sekali lagi. Jauhi suami kakak saya. Ini bukan sebuah permintaan. Tapi peringatan."Sebelah alis Faryn terangkat, "Jauhi suami kakak Anda dan dekati Anda sebagai gantinya?" Nada usil meluncur dari bibir mungil merah wanita itu."Saya tidak ingin didekati oleh wanita seperti Anda."Wanita dengan rambut lurus sebahu itu mendengus geli. "Saya juga tidak ingin menjauh dari kakak ipar Anda."Pria di depannya itu kini mulai terlihat terusik. Keras kepala sekali, pikirnya. Apa semua perempuan 'cadangan' memang bersifat seperti dia?"Terus bersama pria yang sudah beristri akan membuat harga diri Anda terlihat rendah di masyarakat," imbuhnya. Matanya menelisik lurus wajah manis Faryn.Ia akui, wanita di hadapannya kini adalah wanita cerdas, tahu apa yang diinginkan, dan tentu saja sangat keras kepala. Tapi bukan Mahakam Laksmana namanya jika tidak bisa membuat Faryn Titis Kemala menuruti kemauannya."Terus berbicara dengan saya akan membuang-buang waktu Anda. Karena saya tidak akan berubah pikiran," balas Faryn.Setelah sekian waktu berjalan, akhirnya Mahakam menunjukan ketidaksukaannya pada Faryn melalui ekspresi wajahnya. Dahi pria itu berkerut dalam. Otot di dahinya sedikit menonjol saat menanggapi ucapan Faryn."Anda tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain tentang diri Anda?"Faryn mengangkat bahunya tak acuh, "Sama seperti Anda," jawabnya enteng."Apa?" Nada bicara Hakam sedikit meninggi. Sialan. Berani betul wanita rendahan sepertinya berbicara seperti itu.Sudut bibir Faryn tertarik ke samping. "Anda tentunya juga tidak peduli apa yang dipikirkan oleh orang lain tentang diri Anda."Jari telunjuk Faryn mengusap pinggiran cangkir tehnya dengan gerakan pelan. Tatapannya terarah ke teh hijau. Lalu beralih menatap Hakam, adik dari teman lamanya."Anda tahu yang saya maksud,” sambung Faryn menyalin ucapan Hakam sebelumnya.Hakam mendengus keras dengan maksud menghina Faryn. "Anda meminta ganti uang?"Faryn menggeleng, "Uang bukan satu-satunya yang diberikan oleh Linggar.""Tidak mungkin Linggar memberikan Anda cinta.""Setidaknya dia bisa memberikan kebutuhan saya yang lain."Ekspresi Hakam berubah menjadi jijik. Sekali lagi ia mendengus menghina. "Ternyata Anda sangat murahan."Faryn mencebikan bibir, "Bukan murahan. Tapi manusiawi. Anda juga pasti membutuhkannya."Sial sial sial. Wanita ini pandai sekali bersilat lidah, batin Hakam. Ia bahkan tidak bisa mengintimidasi dirinya. Jalan pikirannya terlalu sulit untuk dibaca oleh pria sepertinya yang terbiasa mendominasi."Apa yang Anda inginkan?""Sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh Anda."Dengan tatapan yang menggoda sekaligus licik, ia melanjutkan, "Sesuatu yang hanya bisa diberikan oleh Linggar."Rahang Hakam mengeras. Ia berdiri dengan cepat dan segera menarik tangan Faryn. Wanita itu tersentak. Ia terpaksa mengikuti gerakan Hakam. Orang-orang di sekitar mereka pun langsung menoleh ke arah mereka berdua.Saat akan memasuki lift, Faryn menghentak tangannya dengan kasar hingga terlepas dari genggaman erat Hakam. “Apaan sih pakai tarik-tarik segala?” sungut Faryn.Pergelangan tangannya memerah. Sebelah tangannya memegangi pergelangan tangan. Hakam melirik sekilas, lalu tatapannya beralih pada wajah wanita berambut sebahu di hadapannya. Wajah wanita itu memerah padam, tanda ia tengah menahan amarah.“Itu tidak lebih sakit dibanding yang dirasakan kakak saya jika mengetahui perbuatan suaminya.”“Kalau Anda ingin membalaskan rasa sakit yang belum dirasakan oleh kakak Anda, lampiaskan saja ke Linggar.”Faryn berbalik, bersiap pergi meninggalkan pria tidak sopan itu. Enak saja dia dijadikan pelampiasan amarah orang lain yang tidak ia kenal. Sebelum sempat kakinya melangkah, sekali lagi, tangan wanita itu dicengkeram oleh Hakam. Tubuh Faryn pun otomatis berbalik kembali ke hadapan adik ipar Linggar.“Anda adalah sumber masalahnya,” desis Hakam tepat di depan wajah Faryn. Tanpa memberikan wanita selingkuhan itu kesempatan berbicara, ia langsung membawa Faryn masuk ke dalam lift dan menekan angka lantai yang dituju olehnya tanpa sekalipun melepaskan tangannya.Faryn menelan salivanya. Hawa mengintimidasi yang menguar dari Hakam lebih terasa saat mereka berada di dalam ruangan sempit seperti ini. Hal itu menciutkan nyalinya.Mereka berhenti di depan sebuah kamar. Pikiran Faryn bekerja maksimal untuk mengetahui apa maksud dari tindakan Hakam. Sesaat setelah mereka masuk, maniknya terpukau dengan interior kamar itu. Ia belum pernah menginap di hotel semewah itu.Kira-kira berapa ya harga sewanya semalam? batin Faryn. Untuk sesaat pikirannya teralihkan. Sampai-sampai,ia tidak tahu sejak kapan Hakam sudah melepaskan jas dan menggulung lengan kemejanya. Tampak begitu berkuasa.“Anda bilang hanya Linggar yang bisa memberikan apa yang Anda inginkan.” Suara bariton itu kembali memenuhi telinga Faryn , mengembalikan kesadarannya.“Iya.” Meski kesadarannya telah kembali, manik Faryn tidak bisa beralih sedikit pun. Dekorasi kamar ini terlalu menarik perhatiannya.“Saya harap Anda bisa menarik kata-kata Anda itu setelah ini.”Dengan gerakan yang begitu cepat, bahkan otak Faryn tidak bisa mencerna apa yang terjadi, ia bisa merasakan ada sentuhan hangat dan lembut di bibirnya dengan sedikit rasa kopi. Faryn mengedip pelan. Setelah sentuhan itu bergerak melumat bibinya, dirinya baru menyadari sesuatu.Hakam tengah mencium dirinya!Hakam terduduk kaku di lorong rumah sakit. Entah sudah berapa lama dia di sana. Otaknya masih mencoba mencerna apakah yang terjadi adalah sebuah kenyataan atau hanya mimpi buruk. Jika semua itu benar hanya mimpi buruk, tentu Hakam akan dengan senang hati segera mengakhirinya. Sayangnya, sebagian dari dirinya tahu dan mengatakan bahwa ini adalah kenyataan yang tidak akan mudah diakhiri begitu saja atau dilupakan. Semua terjadi begitu cepat, hingga Hakam rasanya ingin berteriak memaki dan memukul apa saja yang ada di hadapannya. Sepertinya baru semalam sang kakak berbicara padanya dan memohon untuk ditemani setelah melahirkan anak terakhirnya. Lalu, keesokan paginya, Lintang pergi untuk selama lamanya. Ia ingat betul, meski kakaknya terlihat masih pucat, dia tidak akan kehilangan akal sehatnya hingga nekat bunuh diri. Maksud Hakam, kakaknya bukanlah tipe orang yang mudah menyerah begitu saja sesulit apapun keadaannya. Walau ia tahu Lintang sudah mengetahui perselingkuhan Linggar deng
Benarkah itu yang terjadi? Benarkah itu yang selama ini direncanakan oleh pemilik asli dari nama 'Faryn Titis Kemala' ini? Bukankah semua yang dikatakan Bahari semuanya terdengar mengada-ada? Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. Lava hanya membutuhkan jawaban 'tidak' untuk menyangkal semua tanda tanya di benaknya. Tapi siapa yang melakukannya? Kepada siapa harus bertanya? Siapa yang yang memberikan jawaban itu? Di tengah berkecamuknya batin dan pikirannya, fisik Lava masih berusaha keras untuk melepaskan diri dari cengkraman Bahari yang kini sudah berhasil mengunci pergerakan tangannya. Tubuh besar pria itu berada tepat di atas tubuh mungilnya. Lava sangat ketakutan saat ini. Untuk beberapa saat, ia berhara Hakam akan mencarinya, lalu menemukannya di sini, dan menyelamatkannya. Tapi akal sehatnya dengan cepat menyangkal itu semua. Semuanya tidak akan mungkin terjadi. Hakam tidak akan pernah mencarinya. Karena pria itu tidak akan pernah kembali kepada dirinya. "Anak dan
Berulang kali Hakam mengembuskan napas. Berusaha melegakan sesak di dadanya. Ia tidak percaya seratus persen dengan apa yang disampaikan oleh kakak iparnya. Tidak. Lebih tepatnya ia enggan percaya. Mana mungkin Faryn berselingkuh dengan Bahari, ayah iparnya? Wanita itu baru mengenal kepala keluarga Jatayu itu saat mereka mulai bekerja. Tidak mungkin dalam waktu sesingkat itu mereka bisa langsung saling tertarik. Tunggu dulu. Kenapa itu tidak mungkin? Bukankah mereka sering bertemu di kantor? Tapi apa mungkin seorang karyawan staf biasa bisa sering berkunjung ke ruangan atasan? Tentu saja tidak. Hakam pernah berada di posisi sebagai atasan, dan ia tahu betul tidak semua karyawan biasa bisa mampir ke ruangan kerjanya. Kalau pun bertemu secara langsung, tentu bukan di ruangannya. Melainkan di ruang rapat. Lalu kapan tepatnya Faryn dan Bahari mulai bermain api di kantor mereka saat kemungkinan intensitas berpapasan begitu kecil? Sudah pasti apa yang disampaikan oleh Linggar me
Paras menatap iba sekaligus gamang pada Hakam. Bagaimana tidak? Ia adalah salah satu orang yang mengenal baik pria itu. Ia tidak ingin menyakitinya. Tapi hatinya tidak bisa berbohong bahwa Paras lebih mencintai Linggar."Jelaskan apa, Paras?" tuntut Hakam.Linggar menatap Paras tajam. Wanita ini, kenapa hanya menjelaskan saja membutuhkan banyak waktu? Akhirnya karena kesabarannya sudah makin terkuras, suami sah Lintang itu mendahului kekasihnya yang baru saja akan bersuara."Kami berpacaran dan sudah memutuskan akan menikah," jelas Linggar langsung ke inti.Hakam terkejut. Otot di tubuhnya terasa kaku. Rasanya jantung di balik tulang rusaknya berusaha melompat keluar. Dan tenggorokannya terasa tersekat bongkahan batu besar, hingga membuatnya sulit bernapa. Seolah seluruh oksigen di dunia sudah habis tak bersisa."A-apa?" tanyanya terbata. Informasi ini terlalu sulit diterima oleh otaknya. Bagaimana mungkin Linggar yang masih berstatus sebagai suami kakaknya, bisa mengatakan tengah me
"Selamat datang, Sayangku." Sapaan yang diucapkan dengan nada yang dibuat seolah menyambut bahagia, menyapa telinga Faryn tatkala ia memasuki sebuah ruangan. Di dalam ruangan itu, hanya ada Bahari yang duduk sendirian di kursi kebesarannya. Mata Faryn dengan cepat memindai isi ruangan. Tidak ada yang berubah. Semua masih sama seperti terakhir kali ia ingat. Namun, hal itu tidak mengurangi sikap waspada wanita itu. Siapa yang tahu kalau Bahari sudah memasang jebakan? "Kenapa wajah kamu cemberut begitu?" tanya Bahari sembari bangkit dari posisinya. Kakinya berjalan pelan menghampiri Faryn yang bergeming dengan tatapan tajam menelisik. Pikirannya dipenuhi dengan banyak kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya saat mantan atasannya itu mendekat. Yap, Faryn secara resmi sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya dua minggu yang lalu tanpa sepengetahuan Bahari. "Apa uang, properti, dan saham yang saya berikan untuk kamu masih kurang?" lanjut Bahari sarkas. Faryn masih tetap diam mem
Seharusnya Faryn bertemu dengan Bahari pagi ini. Namun, ia tidak bisa melakukannya. Saat dirinya terbangun beberapa waktu lalu, nyeri menghantam kepalanya begitu keras sampai membuatnya kesulitan untuk sekedar mengangkat kepalanya. Setelah menghirup napas dalam-dalam dan melepaskannya perlahan melalui mulut, dia dapat mengendalikan sedikit rasa sakit di kepala. Meski dengan langkah sempoyongan, Faryn berhasil mencapai meja makan dan meneguk setengah gelas air putih yang tersisa dari minumnya semalam. Ia kira, rasa sakitnya bisa berkurang lagi setelahnya, sayangnya tidak. Rasa mual malah muncul. Dia berusaha secepat yang ia bisa untuk melangkah ke kamar mandi sebelum isi perutnya mengotori lantai yang akan menambah pekerjaannya pagi ini. Sesampainya di kamar mandi, tidak ada satu pun sisa makanan yang dicernanya yang keluar. Meski begitu, rasa mualnya masih belum berkurang. Ia memutuskan untuk duduk sebentar di atas closet. Napas terengah, muka basah, dan bibirnya pucat. Ia kem
Hakam sama sekali tidak bisa dan tidak ingin memahami apa yang dijelaskan Faryn. Baginya semua itu tidak lebih dari sekedar alasan yang mengolok-olok dirinya.Dia melakukan banyak hal untuk Faryn, demi istrinya. Sebagai balasannya, wanitanya tetap berselingkuh dengan pria lain. Hakam rela melepas apa yang dia punya sebelumnya, untuk bisa bersama Faryn. Dan inilah hasilnya."Ha ... Hahaha. Sial," umpatnya pelan. Tawanya penuh dengan nada ironi yang terdengar menyesakan.Pukul tiga dini hari. Jika semuanya berjalan seperti biasanya, dia pasti sedang tertidur pulas untuk persiapan pulang beberapa jam lagi. Jika situasinya segawat barusan, saat sang kakak harus segera menjalankan operasi, tentu saja saat ini dia tengah menunggui kakaknya.Siapa sangka, sekarang dia malah berada di bar dengan keadaan setengah sadar akibat minuman keras yang ditenggaknya karena mengetahui istrinya selingkuh dengan kakak iparnya."Sial sial sial!" umpatnya kian geram. Ia kesal pada dirinya, pada Faryn, pada
Faryn mengabaikan panggilan yang masuk ke ponselnya. Dia tidak peduli pada siapa yang mencoba menghubunginya. Tidak terkecuali suaminya sendiri. Setelah kekacauan yang dia buat, tentu pihak-pihak yang mengenalnya akan berebut mencari tahu kebenaran hubungannya dengan Bahari. Dan cepat atau lambat, Hakam juga akan mengetahuinya meski saat itu dia sedang berada di luar kota. Yang dilakukan oleh Faryn, hanya duduk diam menatap kosong pada televisi yang tidak dinyalakan. Wajahnya terpantul dari layarnya yang hitam, menampilkan raut tak terbaca. Ia sendiri juga masih menelaah mengenai perbuatan impulsifnya. Dan dalam dirinya sendiri mulai mengembangkan sebuah pertanyaan. Apakah semua yang ia lakukan ini sebanding dengan apa yang terjadi di masa lalu? Hidupnya hancur, hidupnya menderita. Dan dengan semua yang telah ia lakukan, kenapa dia tidak merasakan kelegaan atau pun ketenangan seperti yang dipikirkannya? Kalau begitu, sebenarnya apa yang ia cari dari semua ini? Semakin jauh ia
Hakam terus menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan selama perjalanan menuju rumah sakit. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri setelah menerima telpon dari Lintang. Jika sesuai jadwal, dia seharusnya baru kembali besok pagi.Tapi, Hakam tidak memiliki pilihan lain. Begitu menyelesaikan acara terakhir dari rangkaian acara seminar yang diikutinya, dia segera bergegas menyusul Lintang.Wanita hamil itu mengatakan jika ia kini berada di rumah sakit dan meminta Hakam untuk menemani. Dia harus segera menjalankan operasi untuk mengeluarkan bayi dalam kandungan karena air ketubannya kurang.Setahu Hakam, perhitungan hari lahir keponakan keduanya itu masih 2 minggu lagi. Ia tidak menyangka jika ternyata sang bayi ingin keluar lebih cepat.Bukan, bukan karena itu dia panik dan gelisah seperti sekarang. Melainkan karena sang kakak mengatakan jika tidak ada seorang pun yang menemaninya saat ini di rumah sakit.Mama sedang tidak enak badan dan sedang akan beristirahat, jadi Lintang
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments