Bryan Frank hanya seorang kuli konstruksi tapi ia harus membesarkan putrinya sendirian setelah kekasihnya meninggalkannya bersama pria kaya. Bayi perempuannya sakit karena kekurangan asupan gizi, tapi yang dibutuhkan si kecil hanyalah ASI. Satu hari tanpa sengaja ia menolong Jane Hyde, seorang wanita kaya cantik yang ternyata adalah seorang penjual ASI di kalangan atas. “Aku tidak suka berhutang budi. Pertolonganmu akan kubayar lewat bayimu saja.” ucap Jane menawarkan balas budinya. *** Hai, kalian juga bisa membaca buku saya yang lainnya dengan judul: 1. Mantanku Gagal Move On 2. Istri Kecilku Bos Mafia
View More“Bryan, ini gajimu untuk minggu ini. Terima kasih karena kau selalu royal dan tidak perhitungan dengan tenaga.” ucap mandor proyek saat menyodorkan sebuah amplop berisi upah yang berhak Bryan terima.T
"Terima kasih, Ibu Bos. Tidak perlu seperti itu, aku menyukai pekerjaanku di sini.” Bryan menjawab. Di depan atasan wanitanya, pria bertubuh tegap yang wajah tampannya itu masih belum bersih dari debu proyek itu membuka isi amplopnya, “Wah, ini banyak sekali. Apa tidak salah?”
“Gajimu tetap seperti minggu-minggu sebelumnya. Aku hanya menambahkan sedikit, itu untuk putrimu bukan untukmu.” jawab wanita berkacamata itu padanya sambil tersenyum.
“Terima kasih, Bu Bos. Semoga keluargamu selalu sehat. Salam untuk suamimu juga.” Bryan menjawab dengan wajah terharu.
Atasannya berdiri dan mendekat pada Bryan, “Sudah, sudah Pergilah sekarang atau kau akan terlambat. Kau masih harus ke kedai ayam goreng, kan? Hati-hatilah di jalan dan tetap semangat, Papanya Lizzie!” atasannya itu menanggapi sambil mendorong Bryan keluar dari ruang kerjanya.
Bryan Frank, pria berusia 35 tahun itu memang seorang kuli bangunan di proyek pembuatan rumah sakit daerah Ostal Town, tapi ia juga pekerja di sebuah toko ayam goreng cepat saji pada malam harinya. Bryan disukai para rekan kerjanya karena ia tidak pernah perhitungan tenaga dan kinerjanya selalu memuaskan.
Semua itu Bryan lakukan untuk memenuhi kebutuhannya dan juga putri semata wayangnya yang masih berusia 4 bulan. Ya, Brian adalah seorang ayah tunggal bagi Lizzie setelah kekasihnya—Shelly Brown pergi meninggalkan Bryan dan bayi mereka karena satu alasan klise, uang.
Dua minggu lalu, Shelly meninggalkan Lizzie di tempat penitipan anak dan setelah itu mengabarkan pada Bryan lewat pesan singkat kalau ia akan menikah dengan pria tua kaya di luar kota. Hubungan tanpa pernikahan dengan Bryan membuat wanita tamak harta itu tidak berpikir dua kali untuk tetap bersama Bryan membesarkan bayi mereka.
Alhasil, Bryan harus menerima nasibnya mengurus sang bayi sendirian. Akan tetapi, pria berhati tulus itu tidak merasa terbebani dengan hadirnya Lizzie karena ia begitu menyayangi putri cantiknya itu.
“Hai, Super Dad. Ini orderan terakhir. Kau bisa pulang setelah mengantarkan pesanan ini ke alamatnya. Hati-hati di jalan, Bro!” Stu, rekan kerja di toko ayam goreng itu segera berlalu setelah berucap pada Bryan.
“Hmm, kau juga. Tutup tokonya dengan benar atau gelandangan nakal akan mencuri ayammu di frezzer, haha!” Bryan bergurau dan setelah itu mengambil pesanan yang harus ia antarkan di atas meja.
“Aster Motel? Untuk apa memesan ayam goreng? Apa di tempat itu tidak menyediakan menu ayam goreng tepung? Ada-ada saja.” Bryan bergumam, “Ah, sudahlah. Aku hanya harus mengantarkan ayam ini ke pelanggan dan menjemput Lizzie-ku yang manis.” sambungnya mengabaikan sedikit keanehan tentang pelanggan motel yang notabene menyediakan makanan, malah memesan ayam goreng tepung mereka.
Jalanan padat dan cenderung macet. Di sela waktu menunggu lampu merah berganti, Bryan melihat waktu pada layar ponselnya. Bukannya fokus melihat jam, ia malah teralihkan pada wajah si kecil menggemaskan yang menjadi wallpaper layar ponselnya. Itu mengingatkannya kembali pada percakapannya pada Shelly.
Ditinggal kabur kekasih dengan seorang bayi yang masih sangat membutuhkan kasih sayang ibu, tentu membuat Bryan kecewa. Akan tetapi, mengingat perangai Shelly yang tidak sabar dengan ekonomi mereka dan cenderung saat mengurus Lizzie, membuat mantan preman itu merelakan keadaannya.
Suara klakson mobil di belakangnya membuat Bryan tersadar dari lamunan dan melajukan kembal motornya. Tepat pukul delapan malam dan tidak lebih dari setengah jam perjalanan dengan motornya, Bryan tiba di depan Aster Motel. Ia segera masuk ke dalam setelah security di tempat penginapan itu mengizinkannya masuk.
Bryan mengetuk pintu kamar bernomor 314 di depannya, “Permisi... aku mengantar pesanan dari CK Shop.”
Setelah beberapa kali mengetuk pintu dan dua kali memanggil, akhirnya sahutan dari dalam kamar terdengar. Seorang pria berkepala botak dengan perut besarnya yang menyembul dari handuk kimono yang dikenakannya, muncul di depan pintu. Wajahnya terlihat tidak senang menatap Bryan.
“Kau sangat lambat! Aku akan mengajukan komplain pada toko kalian!” ketusnya pada Bryan.
Bryan segera menanggapi dengan sedikit menunduk, “Aku minta maaf karena sedikit terlambat. Ada galian parit di jalan menuju ke sini dan itu membuat jalur padat. Aku tidak akan mengulangi kesalahanku, Tuan.”
Tuan botak gendut itu mendengkus kesal, tapi wajah Bryan yang terlihat olehnya semakin menambah kemarahannya, “Kau Bryan, kan? Kau salah satu kuli anggotanya Nancy yang sering dipujinya itu, kan?”
Mendengar nama atasan wanitanya disebut, Bryan juga dengan cepat menanggapi siapa orang yang memarahinya itu. Ia menyadari kalau pria di depannya adalah manager proyek, atasan Nancy, “B-benar. Aku Bryan Frank, anggota Ibu—,”
“T-tolong...” suara merintih seorang wanita terdengar dari dalam sana, “Siapa pun, tolong aku...”
Bryan langsung melirik ke bosnya itu, tapi ekspresinya kini berubah. Pria botak itu terlihat kikuk di depannya.
“Bukan apa-apa. Pergilah.” Si Bos mengusir Bryan dan langsung mundur lalu menutup pintu. Tapi suara meminta tolong itu terus terdengar di telinga Bryan hingga ia pun menahan pintu sebelum tertutup sempurna.
“Tunggu, Bos. Ada yang meminta tolong di dalam sana. Kau juga mendengarnya, kan?” Bryan bertanya curiga.
“Sudah kubilang kau pergi saja. Ini bukan urusanmu, brengsek!” si bos marah dan mendorong Bryan, tapi karena perbedaan tenaga dan postur tubuh mereka, Bryan yang bertahan bukannya membuatnya mundur, tapi malah membuat pintu semakin terbuka lebar.
“Tolong...”
Suara merintih wanita terdengar lagi, dan itu semakin membuat bos Bryan itu panik dan kembali mendorong, mengusir Brian dari hadapannya, “Aku peringatkan padamu, ini bukan urusanmu. Pergilah!”
‘Prank!’ suara benda berbahan kaca terdengar jatuh dan sesosok wanita dengan pakaian berantakan terlihat oleh Bryan tengah berjalan terhuyung memegangi kepalanya, “Tolong... aku...”
Tanpa mengindahkan bos botaknya itu, Bryan mendorong pintu dan segera masuk saat melihat wanita yang meminta tolong itu nyaris terjatuh ke lantai, “Nona. Kau baik-baik saja?”
Menyadari ada yang menolongnya, wanita cantik yang wajahnya berkeringat dingin dan pucat itu kembali meminta tolong, “Bawa aku ke rumah sakit. Dia pria jahat. Tolong aku...”
“Jangan dengarkan dia. Tinggalkan dia bersamaku di sini. Dia istriku dan ini urusan rumah tangga kami. Kau akan menyesal kalau tidak mendengar perintahku.” Bos Botak memberi peringatan lagi.
“Tapi nona ini memerlukan tindakan medis. Dia sakit, Bos. Kita harus membawanya ke rumah sakit!” Bryan menolak mendengar perintah.
“Tinggalkan kami atau kau kupecat, Brengsek!” bos botak memaki lagi. Ia sangat murka.
Berdiri di antara pilihan ingin menolong tapi ia juga tidak ingin dipecat membuat Bryan bimbang. Akan tetapi, remasan tangan wanita itu di pakaian Bryan membuatnya kaget.
“Jangan percaya, bawa aku ke rumah sakit. Aku bukan istrinya, dia menjebakku. Aku juga tidak tahu kenapa ada di tempat ini...” dalam rintihan kesakitannya, wanita itu menjelaskan cerita singkat keadaannya sampai tidak berdaya seperti itu.
“Omong kosong. Cepat, tinggalkan kami atau kau kupecat!” ancam si bos lagi, tapi kali ini Bryan sudah memutuskan. Ia berdiri sambil mengangkat tubuh lemah wanita itu.
“Pecat saja kalau kau mau. Aku tidak sudi bekerja dalam diam padahal aku tahu sebajingan apa atasanku. Dan kau juga harus tahu kalau sudah tiga kali aku bertemu dan membantu istrimu. Lain kali aku akan bertanya tentang ibu bosku yang lebih dari satu.” dengan kalimat yang tenang, Bryan berjalan melewati si bos yang bahkan tidak berani melawan tatapan membunuh dari Bryan.
“K-kau? Beraninya kau! Kau dipecat, brengsek! Dasar miskin! Tidak berguna! Kau akan jadi gembel di jalanan lagi!”
“Ya, ya, ya... terserah kau, Botak mesum.” sambil berjalan, Bryan menjawab miris umpatan pria yang baru saja menjadi mantan bosnya.
Di sebuah tempat bernama Taman Eden, Bryan sedang merekam keceriaan sambil mengawasi Sunny dan Shine yang sedang berlarian mengejar kupu-kupu yang beterbangan di padang rumput indah di sana. Para pria kecil tampan itu kini genap berusia dua tahun.Sunny dengan rambut hitam sedikit ikal khas ayahnya, berlari mengejar kupu-kupu yang sempat hinggap di ujung rambut coklat adiknya–Shine. Mereka kembar identik dengan semua kemiripan yang nyaris sama. Hanya warna rambut mereka yang membedakan keduanya. Sunny berwarna rambut si ayah, sedangkan Shine memiliki tipe dan warna rambut ibu mereka.Lalu, di mana Jane saat ini?Jane masih di kawasan yang sama. Ia ditemani Lizzie yang saat ini berdandan cantik seperti sang mama. Si cantik Lizzie menaruh seikat bunga mawar putih di atas sebuah pusara yang terdapat foto wanita yang kecantikannya mirip Jane.“Ibu, aku datang. Maaf karena lama sekali aku tidak mengunjungi Ibu.” ucap Jane sambil memandangi foto ibunya lalu ke arah Lizzie, “Tapi kali ini ak
“Hi, welcome back to my channel! Super Dad kembali menyapa kalian, haha! Bagaimana kabar kalian semua, huh?” Dengan headphone menutupi telinga, Bryan duduk di depan layar komputernya, menyapa para penonton dunia maya yang saat ini sedang berinteraksi dengannya. Ya, setelah dua bulan lamanya hiatus, Bryan baru kembali membuka live-nya lagi. Itu juga karena bujukan Jane setelah Mia merengek padanya agar Bryan mau melakukan Live lagi. Mia dan Miquel kelimpungan menanggapi para klien yang produknya harus segera direview secara live oleh Bryan.Alasan Bryan menolak tidak melakukan live karena ia sedang menikmati masa indahnya mengurus si kembar. Ia tidak ingin diganggu saat memerankan tokoh ayah hebat bagi Lizzie, Sunny, dan Shine.‘Akh, Papa Lizzie! I miss U so much!’‘Woah, papa superku akhirnya kembali!’‘Bryan sayang, kenapa kau baru muncul?’‘Seratus penonton pertama hadir!’‘Bla… bla… bla…’Bryan tersenyum membaca satu-persatu komentar di kolom chat yang membanjiri live-nya saat in
Berkat usaha Bryan yang terus menghujani Jane dengan cintanya sepanjang malam saat itu, Jane akhirnya mengandung bahkan dua sekaligus. Hari ini si kembar pun telah dilahirkan dengan sehat dan selamat, berikut sang ibu yang sudah merasa lebih baik.Ternyata, perpisahan itu tidak selamanya menjadi duka. Buktinya, kepergian Bryan saat itu masih meninggalkan kebahagiaan di rahim Jane sehingga membuatnya masih bisa bertahan dalam kesepian.Harry juga meninggal, menambah duka besar untuk Jane. Tapi itu adalah takdir yang memang harus berjalan.Umur Harry sudah ditakdirkan berakhir, dan bersamaan dengan itu datang kebahagiaan baru bagi Jane. Bryan kembali dan bayi kembar mereka lahir ke dunia, menggantikan sakit, duka, dan hancurnya hati Jane selama berbulan-bulan.Ya, kini hari berjalan seperti semula. Bahagia, ceria, dan penuh cinta. Terlebih dengan hadirnya dua bayi tampan di keluarga mereka. Kebahagiaan mereka terasa lengkap dan sempurna.*** Pagi-pagi sekali ruangan di mana Jane dirawa
Bryan terkulai lemas dan menjatuhkan kasar tubuhnya ke sandaran bangku taman. Tanpa suara untuk menanggapi, tanpa suara isakan tangis, Bryan memejamkan matanya hingga air mata itu tumpah mengalir dengan derasnya."Sekarang kau sudah tahu fakta yang sebenarnya, kan? Temani Jane yang pasti membutuhkanmu di sampingnya, Bryan." ucap Tuan Steven sembari menepuk lutut Bryan sebelum pergi meninggalkan menantunya itu.Baru saja orang tua itu ingin beranjak dari sana, suara kegaduhan terdengar dari arah rumah duka. Nampak di sana banyak orang yang sibuk dan panik. Tidak lama, terlihat beberapa pria membopong seseorang yang sepertinya pingsan.Mata Tuan Steven segera melebar kala menyadari orang yang dibopong keluar dari rumah duka adalah putrinya sendiri.“Bryan, cepat ke sini!” panggilnya pada Bryan yang segera terkesiap saat menyadari keadaan. Ia berlari sekuat mungkin untuk menghampiri kerumunan orang yang membopong istrinya.“Jane, kau kenapa, Sayang? Buka matamu dan lihat aku, Jane!” pang
‘Bryan, Harry sudah tidur dengan tenang…’Ucapan Paman Tim lewat panggilan tersebut membuat Bryan menghentikan niat awalnya yang ingin langsung mengakhiri sambungan telepon mereka. Ia masih insecure pada dirinya sendiri untuk berhadapan dengan Jane lagi."Jangan bercanda, Paman. Ini tidak lucu sama sekali. Tidak baik bercanda seperti ini, Paman,” ucap Bryan menyangkal tidak percaya saking terkejutnya.Bryan terus diam sembari mendengarkan ucapan demi ucapan yang Paman Tim ceritakan padanya. Demi apapun, saat ini tubuh Bryan bak tidak bertulang. Bagaimana mungkin Harry benar-benar meninggalkan. Jane seperti itu, sementara dirinya sudah merelakan Jane padanya? Setidaknya Harry harus sehat kembali dan hidup baik dengan Jane. Bryan sungguh tidak dapat menerima kabar sedih itu.Setelah mendengar hal itu, Bryan memutuskan untuk datang kembali ke London dan melihat langsung keadaan suasana duka di sana. Bersama Mia dan Miguel yang membawa Lizzie.Seperti apa hancurnya hati Bryan saat ini han
“Tuan Bryan, aku sudah membuat reservasi. Aku seorang penggemarmu. Ayo, duduk bersama di mejaku saja!”“Tuan Bryan. Kumohon berfoto denganku. Aku fans-mu, Papa Lizzie!”“Ya Tuhan, kau lebih gagah dari yang kulihat di Youyube!”“Lizzie, Sayang. Aku ingin menjadi ibumu! Akh!!!”Banyak sorakan dari banyak penggemar yang kesemuanya nyaris wanita. Semuanya berteriak memanggil sosok pria tampan nan gagah yang saat ini menggendong bayi satu tahun setengah di pelukannya.Ya, pria itu tentu saja Bryan dan Lizzie. Kini mereka menjadi pusat perhatian dari para penggemarnya saat baru saja memasuki area wawancara yang diadakan di sebuah mall terkenal di kota kelahiran Lizzie.Setelah berpisah dari Jane dan pergi dari kehidupan mewah, Bryan membawa Lizzie kembali ke negara asal Bryan. Di sana ia memulai kembali hidupnya bersama putri kecilnya.Mulai lagi dari titik nol seperti dulu, tapi pria itu tidak menjadi buruh konstruksi seperti dulu, melainkan membuka usaha sendiri dengan uang tabungan yang
Sebenarnya hidup mereka sempurna jika tidak diselingi konflik batin Harry hingga menyebabkan perpisahan. Seharusnya mereka akan baik-baik saja dan melewatkan moment-moment berharga yang bahagia.Waktu terus berjalan… Seperti halnya hidup orang lain… Jane dan Harry melewati masa naik dan turun.Tapi setelah mengalami masa-masa sulit itu, mereka menyadari satu hal.Terkadang kehidupan harus membiarkan manusia mengacaukan semuanya. Karena dengan begitu, manusia baru bisa melihat setiap kegagalan, kesedihan, dan patah hati itu seperti apa rasanya dalam hidup ini.Jika tidak seperti itu, manusia tidak akan dapat menghargai setiap tawa, cinta, dan kebersamaan dengan orang-orang tersayang mereka. Agar setelahnya, manusia bisa hidup lebih baik dan bahagia…Hari terus berganti tapi kondisi Harry semakin tidak memungkinkan. Dari menghilangnya daya penglihatan dan menurunnya daya ingat, Harry seperti bayi yang lahir dengan kelainan mental. Tidak merespon apapun, tidak bicara apapun, dan hanya te
Harry sudah didaftarkan sebagai salah satu pasien di salah satu rumah sakit penanganan Kanker di salah satu negara maju Eropa.Saat ini pengobatan Kanker Kelamin dapat dilakukan melalui berbagai cara di antaranya adalah melalui operasi, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi ketiganya. Salah satu pengobatan Kanker Kelamin adalah dengan obat antikanker atau biasa disebut kemoterapi.Dan saat ini Harry tengah tertidur di samping Jane yang terus menungguinya di sebelah ranjang pasien. Dilihat oleh Jane dengan seksama, wajah Harry yang semakin hari makin pucat dan kecil.Belakangan ini nafsu makan Harry terus berkurang. Harry hanya ingin sedikit makan dan lebih memilih banyak minum. Dan itu mungkin saja efek dari kemoterapi yang Harry ia jalankan.Sangat panjang sang dokter menjelaskan tentang kondisi Harry pada Jane selaku wali pasien, ditemani Dokter Sam yang menangani Harry, yang memang sudah menjadi temannya dan juga sebagai seorang yang terus memantau kesehatan Harry beberapa bulan
Beberapa hari sudah Harry dirawat intensif dan akhirnya ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa. Pihak keluarganya, terutama Nyonya Betty dan suaminya sudah berkunjung menjenguk putra mereka. Sekalipun mereka mendidik Harry dengan keras, api anak tetaplah anak. Keduanya turut bersedih dengan keadaan Harry saat ini.Jane bersama mereka, menceritakan semua yang ia tahu dan hadapi tentang Harry, berikut tentang kemandulan yang selama ini disalah sangka oleh keluarga Harry. Nyonya Betty dan suaminya tertunduk malu pada Jane dan juga Tuan Steven yang sudah beberapa hari di sana untuk menemani putrinya menjaga Harry. Kedua pasangan itu merasa bersalah dan menerima konsekuensi dari semua perbuatan buruk mereka pada Jane.Namun, Jane dan ayahnya yang pemaaf, tidak mempermasalahkan masa lalu. Hingga akhirnya semuanya sepakat untuk fokus pada penyembuhan Harry.Harry sendiri sudah sangat bahagia karena bisa merasakan rasanya dirawat dengan kelembutan oleh Jane lagi. Akan tetapi, saa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments