‘Dia memang seorang pria baik. Temannya tidak berbohong padaku. Ekspresi pria ini saat mengurusi bayinya juga tidak seperti sedang berakting.’ Jane membatin sambil memperhatikan Bryan yang tengah mengurusi Lizzie yang rewel karena popok basahnya diganti.
Dari tempatnya duduk, Jane bisa melihat Bryan dan Lizzie dari kamar yang pintunya terbuka. Ia juga terus mengamati ruangan yang cukup kecil untuk ukuran rumah dan di setiap mata memandang selalu ada barang-barang keperluan bayi.
Melihat itu, senyum Jane yang sempat mengembang kembali layu membayangkan bagaimana jika di rumahnya ada bayi. Itu pasti akan sangat ramai dan hubungannya bersama Harry tidak akan seburuk sekarang.
Lamunan Jane buyar setelah tangisan Lizzie yang dibawa keluar kamar oleh Bryan mendominasi ruangan. Jane segera menghapus air mata yang terasa menggenang di pelupuk matanya.
“Maafkan aku, Nona. Sepertinya aku belum bisa bicara dengan tenang denganmu. Bayiku baru selesai sakit, jadi dia sedikit rewel.” Bryan berucap sungkan dan kembali menenangkan Lizzie, “Cup cup, Sayang... Hai, Lizzie yang cantik, kenapa terus menangis, Nak. Minumlah susumu dulu...”
Dengan sayang dan tanpa dibuat-buat, Bryan tanpa sengaja menunjukkan peran ayah penyayang di depan Jane.
Jane kembali tersenyum, “Tidak apa-apa. Aku akan menunggu. Tapi, Tuan, bisakah aku membantumu menggendong bayimu? Sepertinya dia juga tidak nyaman karena bajumu basah saat menggendongnya.” Jane menawarkan bantuan.
“Tidak, tidak. Jangan repot, Nona. Bayiku masih sering muntah, dia akan mengotori pakaianmu. Biar aku saja. Sebentar lagi dia pasti akan tenang.” Bryan meyakinkan Jane, tapi apa yang terjadi setelah itu?
Jane seolah tidak mendengarkan ucapan Bryan saat jiwa keibuannya terpanggil. Ia bangkit dari duduknya dan mendekat pada Bryan untuk meminta Lizzie, “Tolong, biarkan aku menggendongnya.”
Seperti tersihir tatapan lembut Jane pada bayinya, Bryan tidak dapat menolak lagi, “Apa kau yakin?” tanyanya lagi dan Jane mengangguk, “Baiklah, maaf merepotkanmu, Nona.”
Bryan melepaskan Lizzie pada Jane. Meskipun pada awalnya si kecil masih merengek, tapi perlahan pelukan Jane yang dibuat terayun membuat Lizzie nyaman dan diam. Setelah itu, Jane menoleh pada Bryan lagi, “Aku bisa, kan? Sekarang, berikan botol susunya.”
Bryan seketika mengangguk dan langsung memberikan botol susu Lizzie pada Jane. Ia tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, “Dasar anak nakal. Kenapa harus serewel ini dan merepotkan tamu, Lizzie?”
“Shhh... jangan bicara terlalu nyaring saat menyusui bayi. Dia akan tersedak karena kaget.” Jane seketika memperingatkan dan itu langsung membuat Bryan refleks mengatupkan bibirnya, “kau bisa mengganti pakaianmu dulu, Tuan.” sambung Jane lagi.
Bryan mengangguk dan dengan segera menghindar dari sana. Ia mengganti pakaiannya dan sedikit merapikan barang-barang Lizzie yang akan dibawa. Setelah itu ia langsung kembali ke hadapan Jane. Tapi yang terlihat olehnya pemandangan Lizzie yang sudah tertidur pulas dengan bibir setengah terbuka dengan sisa susu di sudutnya.
“Dia sudah tidur? Cepat sekali?” Bryan berkomentar dengan suara pelan.
Jane mengangguk, “Ya, dia sangat cepat mengosongkan botolnya dan langsung tertidur setelah bersendawa. Anak yang pintar ini namanya Lizzie, kan? Itu nama yang bagus untuk anak cantik sepertinya.”
“Ya, dia memang pintar dan cantik. Terima kasih, Nona. Sekarang berikan dia padaku, aku akan menggendongnya.” Bryan menjawab sambil meminta bayinya kembali, tapi Jane malah sedikit menghindar.
“Tidurnya belum terlalu nyenyak. Biar aku menggendongnya sebentar lagi. Dan ya, apa sudah bisa kita bicara?” Jane bertanya.
“Hmm, baiklah. Mari kita bicara. Mari kita bahas tentang balas budimu yang memaksa ini. Katakan, aku harus mengatakan apa lagi agar kau percaya kalau aku tidak akan menerima uangmu?” Bryan kini berucap serius, meski suaranya pelan karena tidak ingin mengganggu tidur bayinya.
“Sebelumnya maafkan aku. Aku sudah bertanya dan mendengar tentangmu dari temanmu, Tuan. Dan dari cerita yang kudengar, kau memang dipecat dari pekerjaanmu sebagai kuli bangunan karena aku. Sekali lagi, aku menyesal dan maafkan aku.” Jane menundukkan kepalanya sebagai permintaan maaf.
“Aku juga sudah mengatakan padamu kalau itu bukan masalah dan aku akan baik-baik saja. Jadi kumohon hentikan maksudmu itu.” Bryan menanggapi dengan tegas.
“Tapi nyatanya kau membutuhkan uang, Tuan Bryan. Bayimu juga memerlukan kebutuhan khusus berupa ASI yang harganya berkali lipat dari harga susu formula biasa. Tolonglah, biarkan aku membantumu agar aku merasa lebih baik. Kau kesulitan seperti ini karena aku.” Jane juga menegaskan keinginannya.
Bryan menghela napas berat. Ia diam dan belum bisa mengatakan apapun karena ia memang memerlukan biaya.
“Aku mengerti kalau kau tidak akan menerima bantuan dana dariku, tapi bagaimana jika seperti ini? Suamiku membutuhkan sopir pribadi karena sopir sebelumnya mengalami kecelakaan. Jika kau bisa menyetir dan memiliki lisensi mengemudi, kau bisa bekerja untuk suamiku sebagai sopirnya. Kau akan dibayar sesuai pekerjaanmu. Bagaimana, Tuan?” Jane memberi penawaran.
Berbeda dengan pemberian uang dari Jane sebelumnya, penawaran pekerjaan yang disebutkan Jane saat ini malah seperti angin segar yang menghempaskan kacaunya pikiran Bryan.
“Benarkah yang kau katakan ini, Nona?” Bryan memperjelas ucapan Jane dan wanita itu mengangguk.
“Ya, itu benar. Kalau kau setuju, kau bisa datang dan menemui asisten suamiku di AoS Fashion. Katakan saja kalau kau tahu lowongan kerja ini dariku. Meski begitu, mereka akan tetap menyeleksimu sampai mereka benar yakin kalau kau bisa bekerja dengan baik. Ini kartu namaku.” Jane menjelaskan lalu menyodorkan selembar kartu nama pada Bryan.
“AoS Fashion? B-bukankah ini brand pakaian ternama di kota ini? Dan kau... kau manager di sana, Nona?” Bryan sampai berucap terbata setelah membaca kartu nama Jane.
Jane tersenyum, “Ya, aku bekerja di sana dan suamiku CEO di sana. Kau bisa mempercayaiku tentang pekerjaan ini, tapi untuk penerimaan, kau sendirilah yang harus berusaha sebaik mungkin, Tuan Bryan.”
“Tapi setelah melihatmu yang tekun dalam pekerjaan dan tanggung jawabmu yang besar pada putri kecilmu, aku yakin kau bisa bekerja dengan baik. Itu pun juga kalau kau menerima tawaranku.” Jane berucap lagi.
“Akan kucoba, Nona—. Ah, maksudku Nyonya. Aku menerima tawaran ini.” Bryan berucap mantap. Meskipun ada sedikit rasa segan karena harus mendapatkan pekerjaan dengan cara seperti ini, tapi Bryan rasa ini jauh lebih baik daripada hanya menerima uang ucapan terima kasih dari Jane.
“Kalau begitu, kau bisa ikut denganku setelah ini. Satu jam lagi kantor dibuka. Kau tidak boleh terlambat untuk membuat kesan pertamamu sempurna.” Jane menambahkan info.
“Hmm, tapi sepertinya aku tidak bisa tepat waktu hari ini. Aku harus menyinggahi rumah sakit untuk membeli ASI untuk bayiku. Aku juga harus mengantarkannya ke Day Care. Mungkin aku akan sangat terlambat untuk kesan pertamaku.” dengan wajah yang ditekuk, Bryan mengatakan keperluannya yang terbentur waktu.
“Jika kau memberiku kepercayaan, mungkin aku bisa membantumu mendapatkan ASI untuk bayimu. Dan... kau tidak perlu membeli.” Jane mengatakan suatu hal yang aneh bagi Bryan.
“Apa lagi itu, Nona? Kenapa setiap ucapanmu membuatku berpikir keras? Tolong jangan terlalu baik padaku, kita bahkan belum berkenalan dengan baik.” Bryan mengingatkan.
Jane menarik napas sebelum bicara, “Baiklah, akan kujelaskan. Bahasa yang paling mudah untuk menjelaskan ucapanku adalah... aku akan menyusui bayimu.”
“Apa?!” Bryan bertanya kaget.
Bryan mencoba menenangkan dirinya dari kebingungan atas kalimat mengejutkan Jane. Sambil menepuk lembut Lizzie di gendongannya, Jane menceritakan identitas lain tentangnya sebagai pendonor ASI.Tentang kecelakaan yang mengharuskannya menerima kenyataan harus kehilangan bayinya yang berharga. Tentu saja tanpa menjelaskan apa yang dialami oleh Harry yang tidak bisa memiliki anak lagi.“Aku ingin mengenang bayiku. Jadi aku memutuskan ingin membagi ASI-ku pada bayi yang membutuhkan. Dengan berbagi milikku seperti ini, aku merasa tidak kehilangan momentum di mana aku menyusui bayiku sendiri.” dengan senyum yang hangat pada Lizzie yang tertidur pulas, Jane mengatakan itu tanpa malu.“Aku ingin memberikan yang berlebih dariku pada bayi-bayi yang kekurangan ASI di luar sana. Entah itu karena ibu yang tidak bisa menyusui bayinya atau apapun itu. Aku hanya ingin membantu.” sambungnya menjelaskan.“Tapi, apa suamimu tidak marah, Nona—, ah, maksudku Nyonya. Apa suamimu tahu tentang profesi lainmu
Di hari yang sama Bryan diterima bekerja sebagai sopir Harry atas penilaian asisten CEO tersebut. Tapi tentu saja, semua persetujuan itu mengacu dari rekomendasi Jane.Setelah kembali dari kantor AoS Fashion, Bryan segera kembali ke apartemen majikan barunya untuk menjemput Lizzie. Benar saja, si kecil tampak segar dan ceria setelah ditinggalkan bersama Jane.Bryan juga senang karena putrinya tidak hanya disusui, tapi ia juga diberi stok ASI segar oleh Jane yang cukup untuk Lizzie semalaman. Ayah hebat itu berulang kali berterima kasih pada Jane karena banyak bantuan berharganya itu begitu berarti bagi Bryan.***Hari berganti dengan cepat. Harry yang baru saja bangun dari tidur lelahnya setelah bermain gila semalaman bersama Milan, mulai mencari ponselnya.Sebagai petinggi perusahaan tentu saja dirinya harus up-to-date dengan berita yang rutin diberikan dari asistennya. Harry mulai membaca pesan yang mengantri untuk dibuka, dan setelah cukup banyak membaca, ia memutuskan untuk menghu
“Sampai jumpa lagi. Hati-hati di jalan!” Nyonya Betty berujar pada teman-temannya yang baru saja keluar dan meninggalkan unit apartemen Jane. Setelah itu sang ibu mertua menutup pintu dan bergegas berjalan menuju kamar tamu. Namun, beberapa saat kemudian suara bel pintu terdengar lagi. Ia kembali melangkah untuk membuka pintu karena mengira kalau panggilan itu masih temannya yang mungkin saja tertinggal sesuatu di ruang tamu. Tapi saat melihat siapa yang berdiri di sana, Nyonya Betty segera mengerutkan dahi. Ada seorang pria berpenampilan biasa atau lebih tepatnya lusuh jika di penglihatannya. Ditambah lagi, pria itu juga menggendong bayi. Tentu saja itu Bryan. “Siapa kau?” Nyonya Betty langsung bertanya curiga. “Hi, Nyonya. Namaku Bryan. Aku ingin menemui Nyonya Jane. Apakah dia ada?” Bryan menjawab sopan tanpa lupa menundukkan kepalanya sejenak sebagai penghormatan, sekalipun ia belum tahu siapa wanita paruh baya berpenampilan ‘wah’ di hadapannya. Asalkan keluar dari apartemen b
“Aku pulang…” terdengar sapaan Harry dari depan pintu yang terbuka lalu tertutup kembali, “Astaga… lelah sekali. Jane, kau di mana?” sambungnya menggerutu. “Aku di sini.” Jane terdengar gembira saat menjawab. Tapi itu bukan karena kepulangan suaminya, tapi senyuman si kecil Lizzie padanya lah yang membuatnya senang. Namun jelas sekali hal itu membuat Harry seketika mengerutkan dahi, “Anak siapa itu?” tanyanya serius. Senyuman Jane pun redup. Entah mengapa nada bicara suaminya tidak enak didengar, “Kenapa kau pulang terlambat? Aku menunggumu. Kau sangat tahu kalau mama sulit sekali kuberi penjelasan.”
“Dari bawah. Kaos kaki? Sudah. Sepatuku? Bagus, sudah mengkilap. Sekarang yang bagian atas. Ah, dasiku kurang rapi.” Bryan bergumam sendirian saat menilai penampilannya di depan cermin, “Sempurna!” pujinya pada diri sendiri. Hari ini memang bukan yang pertama kalinya Bryan bekerja untuk Jane dan Harry, karena kemarin ia sudah mengantongi kesan baik dari para bos barunya. Tapi hari ini dirinya akan resmi bekerja, mengantar jemput Harry dari apartemennya ke kantor. Sudah pasti penampilan sopir CEO AoS Fashion haruslah rapi. “Aku siap.” ujarnya mantap sebelum menoleh dan mendekat pada ranjang, di mana Lizzie yang sudah cantik dan wangi tertidur. Bryan mulai mengangkat—menggendong—Lizzie ke pelukannya, “Ayah akan bekerja dulu, Nak. Kau harus tetap menjadi a
“Stu, aku sudah di depan bar ini. Kau sudah memastikan kasir bar itu sudah tahu kalau aku yang akan datang, kan?” Bryan terlihat bicara dengan seseorang di sambungan telepon, “Baiklah, aku masuk sekarang.” sambungnya lalu menutup panggilan. “Ada-ada saja. Kenapa aku masih harus berpura-pura menakuti orang seperti ini lagi?” Bryan menggerutu sebelum masuk ke sebuah bar yang buka selama 24 jam. Kedatangan Bryan ke sana karena Stu meminta tolong padanya untuk menagih uang pesanan ayam olahan yang sudah satu minggu tidak dibayarkan kasir bar pada toko ayam goreng di tempat Bryan bekerja sebelumnya. Di samping itu, yang biasa menagih ke pelanggan memanglah Bryan. Postur tubuhnya yang besar bak binaragawan dan tampangnya yang tegas mampu menakuti para pelanggan yang sulit membayar. Bryan berjalan masuk, langkahnya langsung tertuju pada meja bartender karena hanya di sanalah ia menemukan pekerja bar tersebut, “Hai!” sapan
“Apa katamu? Kau menyuruhku menguntit apa saja yang dilakukan supirmu? Yang benar saja. Memangnya apa yang membuatnya penting di matamu?” dengan ekspresi kesalnya, Milan mengutarakan keberatan. Ia harus mengikuti apa saja yang dilakukan supir Harry, tentu saja itu lelucon.Milan bahkan menyibakkan selimut yang menutupi tubuh polosnya setelah bercinta dengan Harry. Sambil mendengus kesal ia memberi kalimat penolakan lagi, “Kau kira waktuku sangat tidak berharga?” sambungnya sambil memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai.Sementara itu Harry juga memosisikan tubuhnya untuk duduk–bersandar di bantalan ranjang, “Kalau kau keberatan, tolong carikan aku orang yang mau membuntutinya. Aku akan membayarnya, tenang saja.”Harry terlihat lebih santai. Ia bahkan mulai menghidupkan rokoknya sambil memperhatikan Milan berpakaian, “Benar. Cari saja orang lain karena kau harus menem
“Jane, Mama bilang bros kesayangannya tertinggal di kamar tamu. Ambilkan dan berikan itu pada supir. Dia yang akan mengantarkan ke mama.” Harry berucap pada Jane seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka sebelumnya.Tanpa menjawab lebih dulu, Jane segera melangkah menuju kamar tamu untuk mencari benda mertuanya yang tertinggal. Setelah itu ia berjalan mendekat ke arah Bryan yang masih berdiri di depan pintu, “Ini, tolong berikan pada ibu mertuaku.”Agak ragu, Bryan seolah berat menatap Jane. Rasa bersalah karena menanggapi ciuman Jane yang tidak disadari itu kembali muncul. Tapi ia harus menjawab nyonya majikannya, bukan?“Baik, Nyonya.” Jawabnya singkat setelah menerima bungkusan kecil berisi bros Nyonya Betty. Akan tetapi sikap Bryan yang masih mematung memperhatikan wajah Jane membuat majikannya itu bertanya.“Kau kenapa, Tuan Bryan? Apa masih ada lagi
Di sebuah tempat bernama Taman Eden, Bryan sedang merekam keceriaan sambil mengawasi Sunny dan Shine yang sedang berlarian mengejar kupu-kupu yang beterbangan di padang rumput indah di sana. Para pria kecil tampan itu kini genap berusia dua tahun.Sunny dengan rambut hitam sedikit ikal khas ayahnya, berlari mengejar kupu-kupu yang sempat hinggap di ujung rambut coklat adiknya–Shine. Mereka kembar identik dengan semua kemiripan yang nyaris sama. Hanya warna rambut mereka yang membedakan keduanya. Sunny berwarna rambut si ayah, sedangkan Shine memiliki tipe dan warna rambut ibu mereka.Lalu, di mana Jane saat ini?Jane masih di kawasan yang sama. Ia ditemani Lizzie yang saat ini berdandan cantik seperti sang mama. Si cantik Lizzie menaruh seikat bunga mawar putih di atas sebuah pusara yang terdapat foto wanita yang kecantikannya mirip Jane.“Ibu, aku datang. Maaf karena lama sekali aku tidak mengunjungi Ibu.” ucap Jane sambil memandangi foto ibunya lalu ke arah Lizzie, “Tapi kali ini ak
“Hi, welcome back to my channel! Super Dad kembali menyapa kalian, haha! Bagaimana kabar kalian semua, huh?” Dengan headphone menutupi telinga, Bryan duduk di depan layar komputernya, menyapa para penonton dunia maya yang saat ini sedang berinteraksi dengannya. Ya, setelah dua bulan lamanya hiatus, Bryan baru kembali membuka live-nya lagi. Itu juga karena bujukan Jane setelah Mia merengek padanya agar Bryan mau melakukan Live lagi. Mia dan Miquel kelimpungan menanggapi para klien yang produknya harus segera direview secara live oleh Bryan.Alasan Bryan menolak tidak melakukan live karena ia sedang menikmati masa indahnya mengurus si kembar. Ia tidak ingin diganggu saat memerankan tokoh ayah hebat bagi Lizzie, Sunny, dan Shine.‘Akh, Papa Lizzie! I miss U so much!’‘Woah, papa superku akhirnya kembali!’‘Bryan sayang, kenapa kau baru muncul?’‘Seratus penonton pertama hadir!’‘Bla… bla… bla…’Bryan tersenyum membaca satu-persatu komentar di kolom chat yang membanjiri live-nya saat in
Berkat usaha Bryan yang terus menghujani Jane dengan cintanya sepanjang malam saat itu, Jane akhirnya mengandung bahkan dua sekaligus. Hari ini si kembar pun telah dilahirkan dengan sehat dan selamat, berikut sang ibu yang sudah merasa lebih baik.Ternyata, perpisahan itu tidak selamanya menjadi duka. Buktinya, kepergian Bryan saat itu masih meninggalkan kebahagiaan di rahim Jane sehingga membuatnya masih bisa bertahan dalam kesepian.Harry juga meninggal, menambah duka besar untuk Jane. Tapi itu adalah takdir yang memang harus berjalan.Umur Harry sudah ditakdirkan berakhir, dan bersamaan dengan itu datang kebahagiaan baru bagi Jane. Bryan kembali dan bayi kembar mereka lahir ke dunia, menggantikan sakit, duka, dan hancurnya hati Jane selama berbulan-bulan.Ya, kini hari berjalan seperti semula. Bahagia, ceria, dan penuh cinta. Terlebih dengan hadirnya dua bayi tampan di keluarga mereka. Kebahagiaan mereka terasa lengkap dan sempurna.*** Pagi-pagi sekali ruangan di mana Jane dirawa
Bryan terkulai lemas dan menjatuhkan kasar tubuhnya ke sandaran bangku taman. Tanpa suara untuk menanggapi, tanpa suara isakan tangis, Bryan memejamkan matanya hingga air mata itu tumpah mengalir dengan derasnya."Sekarang kau sudah tahu fakta yang sebenarnya, kan? Temani Jane yang pasti membutuhkanmu di sampingnya, Bryan." ucap Tuan Steven sembari menepuk lutut Bryan sebelum pergi meninggalkan menantunya itu.Baru saja orang tua itu ingin beranjak dari sana, suara kegaduhan terdengar dari arah rumah duka. Nampak di sana banyak orang yang sibuk dan panik. Tidak lama, terlihat beberapa pria membopong seseorang yang sepertinya pingsan.Mata Tuan Steven segera melebar kala menyadari orang yang dibopong keluar dari rumah duka adalah putrinya sendiri.“Bryan, cepat ke sini!” panggilnya pada Bryan yang segera terkesiap saat menyadari keadaan. Ia berlari sekuat mungkin untuk menghampiri kerumunan orang yang membopong istrinya.“Jane, kau kenapa, Sayang? Buka matamu dan lihat aku, Jane!” pang
‘Bryan, Harry sudah tidur dengan tenang…’Ucapan Paman Tim lewat panggilan tersebut membuat Bryan menghentikan niat awalnya yang ingin langsung mengakhiri sambungan telepon mereka. Ia masih insecure pada dirinya sendiri untuk berhadapan dengan Jane lagi."Jangan bercanda, Paman. Ini tidak lucu sama sekali. Tidak baik bercanda seperti ini, Paman,” ucap Bryan menyangkal tidak percaya saking terkejutnya.Bryan terus diam sembari mendengarkan ucapan demi ucapan yang Paman Tim ceritakan padanya. Demi apapun, saat ini tubuh Bryan bak tidak bertulang. Bagaimana mungkin Harry benar-benar meninggalkan. Jane seperti itu, sementara dirinya sudah merelakan Jane padanya? Setidaknya Harry harus sehat kembali dan hidup baik dengan Jane. Bryan sungguh tidak dapat menerima kabar sedih itu.Setelah mendengar hal itu, Bryan memutuskan untuk datang kembali ke London dan melihat langsung keadaan suasana duka di sana. Bersama Mia dan Miguel yang membawa Lizzie.Seperti apa hancurnya hati Bryan saat ini han
“Tuan Bryan, aku sudah membuat reservasi. Aku seorang penggemarmu. Ayo, duduk bersama di mejaku saja!”“Tuan Bryan. Kumohon berfoto denganku. Aku fans-mu, Papa Lizzie!”“Ya Tuhan, kau lebih gagah dari yang kulihat di Youyube!”“Lizzie, Sayang. Aku ingin menjadi ibumu! Akh!!!”Banyak sorakan dari banyak penggemar yang kesemuanya nyaris wanita. Semuanya berteriak memanggil sosok pria tampan nan gagah yang saat ini menggendong bayi satu tahun setengah di pelukannya.Ya, pria itu tentu saja Bryan dan Lizzie. Kini mereka menjadi pusat perhatian dari para penggemarnya saat baru saja memasuki area wawancara yang diadakan di sebuah mall terkenal di kota kelahiran Lizzie.Setelah berpisah dari Jane dan pergi dari kehidupan mewah, Bryan membawa Lizzie kembali ke negara asal Bryan. Di sana ia memulai kembali hidupnya bersama putri kecilnya.Mulai lagi dari titik nol seperti dulu, tapi pria itu tidak menjadi buruh konstruksi seperti dulu, melainkan membuka usaha sendiri dengan uang tabungan yang
Sebenarnya hidup mereka sempurna jika tidak diselingi konflik batin Harry hingga menyebabkan perpisahan. Seharusnya mereka akan baik-baik saja dan melewatkan moment-moment berharga yang bahagia.Waktu terus berjalan… Seperti halnya hidup orang lain… Jane dan Harry melewati masa naik dan turun.Tapi setelah mengalami masa-masa sulit itu, mereka menyadari satu hal.Terkadang kehidupan harus membiarkan manusia mengacaukan semuanya. Karena dengan begitu, manusia baru bisa melihat setiap kegagalan, kesedihan, dan patah hati itu seperti apa rasanya dalam hidup ini.Jika tidak seperti itu, manusia tidak akan dapat menghargai setiap tawa, cinta, dan kebersamaan dengan orang-orang tersayang mereka. Agar setelahnya, manusia bisa hidup lebih baik dan bahagia…Hari terus berganti tapi kondisi Harry semakin tidak memungkinkan. Dari menghilangnya daya penglihatan dan menurunnya daya ingat, Harry seperti bayi yang lahir dengan kelainan mental. Tidak merespon apapun, tidak bicara apapun, dan hanya te
Harry sudah didaftarkan sebagai salah satu pasien di salah satu rumah sakit penanganan Kanker di salah satu negara maju Eropa.Saat ini pengobatan Kanker Kelamin dapat dilakukan melalui berbagai cara di antaranya adalah melalui operasi, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi ketiganya. Salah satu pengobatan Kanker Kelamin adalah dengan obat antikanker atau biasa disebut kemoterapi.Dan saat ini Harry tengah tertidur di samping Jane yang terus menungguinya di sebelah ranjang pasien. Dilihat oleh Jane dengan seksama, wajah Harry yang semakin hari makin pucat dan kecil.Belakangan ini nafsu makan Harry terus berkurang. Harry hanya ingin sedikit makan dan lebih memilih banyak minum. Dan itu mungkin saja efek dari kemoterapi yang Harry ia jalankan.Sangat panjang sang dokter menjelaskan tentang kondisi Harry pada Jane selaku wali pasien, ditemani Dokter Sam yang menangani Harry, yang memang sudah menjadi temannya dan juga sebagai seorang yang terus memantau kesehatan Harry beberapa bulan
Beberapa hari sudah Harry dirawat intensif dan akhirnya ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa. Pihak keluarganya, terutama Nyonya Betty dan suaminya sudah berkunjung menjenguk putra mereka. Sekalipun mereka mendidik Harry dengan keras, api anak tetaplah anak. Keduanya turut bersedih dengan keadaan Harry saat ini.Jane bersama mereka, menceritakan semua yang ia tahu dan hadapi tentang Harry, berikut tentang kemandulan yang selama ini disalah sangka oleh keluarga Harry. Nyonya Betty dan suaminya tertunduk malu pada Jane dan juga Tuan Steven yang sudah beberapa hari di sana untuk menemani putrinya menjaga Harry. Kedua pasangan itu merasa bersalah dan menerima konsekuensi dari semua perbuatan buruk mereka pada Jane.Namun, Jane dan ayahnya yang pemaaf, tidak mempermasalahkan masa lalu. Hingga akhirnya semuanya sepakat untuk fokus pada penyembuhan Harry.Harry sendiri sudah sangat bahagia karena bisa merasakan rasanya dirawat dengan kelembutan oleh Jane lagi. Akan tetapi, saa