Memang ada apa ya, dengan Rendra di vidio pernikahan itu?
"Ini Mas Rendra, Sha. Tolong kamu perjelas, Sha!" Nadin menajamkan penglihatannya. Merasa tak percaya dengan yang tadi dilihatnya.Geisha kemudian memperjelas vidio yang baru mereka tonton."Ini bisa jadi bukti, Din." Geisha terlonjak kegirangan. Matanya menatap Nadin dengan berbinar. Setelah sekian lama mereka tak menemukan satu bukti pun, kenapa heroin itu ada di saku Rendra. Dan hanya ini yang bisa menunjukkan kebenaran itu.Nadin segera memakai kimono, "Ayo, Sha!" ucapnya semangat."Kamu bilang ayo, kok kamu malah pakai kimono?"Nadin menjitak kepala suaminya pelan. "Pikiran kamu ngeres melulu. Ayo bangunin Mama. Ini penting, Sha." Ditariknya tangan suaminya."Iya, iya. Aku juga hilang mood kalau lihat begini, ghak mood deketin kamu lagi." Geisha beranjak dari duduknya. Merapikan laptopnya untuk ditunjukkan ke mamanya. Namun kemudian berbalik dan mencium kening Nadin. "Kalau kamu, nanti ya," bisiknya yang membuat Nadin mencubitnya.Geisha dan Nadin berdiri di ambang pintu kamar or
Di rumah Rendra tengah diadakan tasyakuran untuk menyambut kepulangannya. Rumah yang setahun kemarin penuh dengan luka. Hanya aktifitas pekerjaan Gayatri yang nampak sibuk, hingga kadang dia harus memanggil orang lagi untuk membantu pegawainya yang sepertinya kerepotan jika ada job dobel.Sandra, asisten Gayatri bahkan jarang ikut ke gedung karena banyak yang harus dikerjakan dengan mengurus keperluan WO dan EO Gayatri. Dia kini juga disuruh Bu Ratna tinggal di kediamannya, di kamar dekat area WO yang dulunya adalah kamar Gayatri."Bude!" Rendra menghampiri budenya, demikianlah yang sering dia lakukan setelah tiba di rumahnya. Sering menengok budenya, dan mengajaknya ngobrol."Bude mau makan apa? Rendra ambilkan," rayu Rendra agar Bu Ratna mau makan. Akhir-akhir ini dia selalu malas makan, hinggah tubuhnya tinggal tulang."Mulut Bude pahit, Rend. Bude malas makan." Bu Ratna masih memamerkan senyumnya. Walau penyakit telah membuatnya jauh dari senyum."Bude harus kuat, biar terus bersa
"Jadi jalan-jalannya, Bund?" tanya Galing sambil menggoda adiknya yang tengah mandi."Ya, jadi dong Kakak. Ini aku da mandi," ucap Gayatri mewakili anaknya sambil memberinya sabun sekaligus sampo. "Assalamu'alaikum, Adek!" Galuh sudah rapi menggoda adiknya. Anak itu tertawa memercikkan airnya."Kakak kok sudah rapi?" tanya Galing."Iya, dong. Kita kan udah lama ghak jalan-jalan. Jadinya semangat 45.""Padahal kita jalan-jalannya juga di mall saja. Kakak kan juga bisa ngajak Raksa," celetuk Gayatri.Galuh menyunggingkan senyumnya. " Emang ghak apa ya, Bund, kita jalan-jalan bareng?""Asal kamu ghak yang aneh- aneh. Ghak sering juga.""Emang ke mall sama Raksa mau ngapain juga, Kak. Paling Kakak tujuannya gak mall, tapi berduaannya.""Sok tau kamu!" Galuh menjitak adiknya pelan. Remaja tinggi itu pun tergelak menghindar."Bener kan, Adek?" Galing sudah membuntuti adiknya yang dibawa ke kamar."Kakak, ghak ke kamar sendiri sana lalu ganti pakaian. Ini sudah siang. Kita kan ghak cuma di
Gayatri dan Rendra salin menatap. Sebelum kemudian dia memanggil putra putrinya."Galing, Galuh, sini!" Rendra melambaikan tangannya setelah dia rasa mereka tak mendengar.Gayatri hanya melihat apa yang tengah dilakukan Rendra sambil bergayut di lengannya. Hinggah Kedua anak itu menghampiri mereka dengan menatap Prayogi." Sapa ayahmu! Kenapa diam saja?" Kembali Rendra mengatakan hal yang membuat Gayatri hanya tertegun. Apalagi kemudian dia mengambil Raditya dari gendongan Galuh.Galing juga Galuh akhirnya mengulurkan tangan mereka. Prayogi segera memeluk kedua buah hatinya dengan perasaan haru. Diciuminya berkali kali di ubun-ubunnya. Walau Galuh yang kemudian menjauh terlebih dahulu."Ayah kalian mengajak kita makan," kata Gayatri kemudian.Galuh yang memandang bundanya sedikit heran. Gayatri memang tidak pernah cerita ke siapapun kalau sering bertemu dengan Prayogi di mall itu, tiap dia pergi mengecek konter Rendra. Bagi Gayatri, Prayogi kini hanyalah pria biasa seperti juga pria l
"Maksudmu?' tanya perempuan yang kini hanya menutupi tubuh polosnya dengan selimut."Nanti kamu bisa lebih puas melihat kehancuran wanita itu lebih dalam lagi, Sasmita," ucap lelaki itu dengan segera diiringi gelak tawa.Dia adalah Lion, Lion Hermawan Wijaya, pria bermata sipit khas Tionghoa, yang dari duluh selalu mencari cara mengejar Sasmita. Dia yang juga sama dengan Sasmita yang mulanya juga membenci pernikahan, kini bisa berpeluang kembali setelah bertemu dengan Sasmita tanpa sengaja di Mall saat Sasmita berbelanja.Lelaki yang dikenal Sasmita di Amerika itu kembali ke Indonesia untuk mengolah perusahaan keluarganya. Pertemuan yang tak sengaja di saat Sasmita tak lagi merasakan kehangatan yang duluh diberikan Prayogi untuknya setelah kini makin memikirkan Gayatri, membuat Sasmita kembali mencari kehangatan di pria itu. Wajahnya yang tampan khas orang Tionghoa, badannya yang atletis, membuat Sasmita kini sejenak melupakan Prayogi. Dan menikmati hasrat terlarangnya."Kamu memang
Gayatri membuntutui Galuh yang berjalan lebih cepat dari biasanya. Dia dapat melihat kemarahan di muka Galuh."Mas, tolong bawa Radit sebentar, aku mau ngomong sama Galuh," ucap Gayatri dengan memberikan Raditya untuk digendong Rendra. Anak kecil itu sudah tak sabar dengan mengayuhkan tangannya. Mungkin karena dia baru bersama Rendra hinggah dia selalu meminta ke Rendra. Apalagi Rendra selalu memberinya kehangatan. Bahkan saat tidur malam, dia selalu membawa jagoan kecilnya itu di sampingnya. Kalau di samping Gayatri dia takut akan tertindih Gayatri, alasannya yang aneh tiap ditanya Gayatri."Galuh, Bunda tidak mengejari kamu tidak baik, Nak. Kenapa dengan sikapmu ke Ayah?" tanya Gayatri begitu dia bisa mengejar Galuh yang kemudian berhenti dengan memegang pembatas mall.Bibalikkannya badan gadis itu yang sepertinya matanya tengah buram oleh air mata. Kedekatan Galuh yang pernah terjadi dengan Prayogi, kekecewaannya, kini membuat hatinya terluka setiap bertemu dengan Prayogi."Sepert
"Dia siapa?" tanya Gayatri memburu."Dia seperti orang yang menabrak aku di perkawinan Geisha.""Dia yang menaruh heroin itu? " gayatri terbelalak. "berarti dia orang yang seharusnya kita tangkap, Mas. Kenapa tidak bilang dari tadi?""Mulanya aku curiga, dia seperti mengamati kita di cafe itu. Dia duduk di pojok .""Berarti sudah dari dalam?"Rendra mengangguk. "Mulanya aku ragu. Setelah dia keluar dari cafe, aku baru melihatnya jelas. Waktu itu kamu ngobrol dengan Galuh.""Tapi bagaimana bisa kita mengadukannya?" kata Gayatri akhirnya."Entahlah, aku sendiri juga bingung. Apalagi saat ini aku bingung dengan keadaanku. Bingung dengan konter," ucap Rendra serasa putus asa."Mas, kenapa kamu tidak kerja di Papa saja? Atau ke Papa Bima? Bukankah mereka telah mengatakan itu ke kamu?""Aku tidak suka jika kerja karena kekerabatan, Say. Aku ingin kerja yang mandiri. Apalagi di Papa, perusahaan itu pernah hampir kolap, untungnya suami Resti bisa memulihkannya. Dialah yang kemudian bisa men
Hampir semalaman Gayatri sulit memejamkan matanya. Hinggah lelah akhirnya membuatnya tertidur juga. Baru saja dia memejamkan matanya, dilihatnya Rendra telah berada di sisinya, dengan pakaian yang sama saat dia pergi tadi.Gayatri beringsut. Dilihatnya Rendra dengan wajah yang penuh lelah. Gayatri menciumnya dengan air mata yang telah berderai. Kelelahan yang ditampakkan Rendra menampakkan hatinya yang sedang bingung dengan hidupnya.Gayatri bergegas ke kamar mandi. Dilihatnya waktu sudah mau azan Subuh. Dia segera menunaikan sholat Tahajud. Dihimpunnya do'a agar suaminya memiliki kekuatan untuk menghadapi esuk.Akhirnya azdan subuh sudah berkumandang. Gayatri berusaha membangunkan Rendra dan mengajaknya jamaah Subuh seperti biasanya. Namun lelaki yang biasanya sudah bangun sebelum Subuh itu kini hanya diam tak berkutit. Setelah berkali-kali membangunkan, akhirnya Gayatri lelah hinggah mengerjakan sholat Subuhnya sendiri.Gayatri telah menyelesaikan sholatnya. Dia kemudian. menengadahk