"Dia siapa?" tanya Gayatri memburu."Dia seperti orang yang menabrak aku di perkawinan Geisha.""Dia yang menaruh heroin itu? " gayatri terbelalak. "berarti dia orang yang seharusnya kita tangkap, Mas. Kenapa tidak bilang dari tadi?""Mulanya aku curiga, dia seperti mengamati kita di cafe itu. Dia duduk di pojok .""Berarti sudah dari dalam?"Rendra mengangguk. "Mulanya aku ragu. Setelah dia keluar dari cafe, aku baru melihatnya jelas. Waktu itu kamu ngobrol dengan Galuh.""Tapi bagaimana bisa kita mengadukannya?" kata Gayatri akhirnya."Entahlah, aku sendiri juga bingung. Apalagi saat ini aku bingung dengan keadaanku. Bingung dengan konter," ucap Rendra serasa putus asa."Mas, kenapa kamu tidak kerja di Papa saja? Atau ke Papa Bima? Bukankah mereka telah mengatakan itu ke kamu?""Aku tidak suka jika kerja karena kekerabatan, Say. Aku ingin kerja yang mandiri. Apalagi di Papa, perusahaan itu pernah hampir kolap, untungnya suami Resti bisa memulihkannya. Dialah yang kemudian bisa men
Hampir semalaman Gayatri sulit memejamkan matanya. Hinggah lelah akhirnya membuatnya tertidur juga. Baru saja dia memejamkan matanya, dilihatnya Rendra telah berada di sisinya, dengan pakaian yang sama saat dia pergi tadi.Gayatri beringsut. Dilihatnya Rendra dengan wajah yang penuh lelah. Gayatri menciumnya dengan air mata yang telah berderai. Kelelahan yang ditampakkan Rendra menampakkan hatinya yang sedang bingung dengan hidupnya.Gayatri bergegas ke kamar mandi. Dilihatnya waktu sudah mau azan Subuh. Dia segera menunaikan sholat Tahajud. Dihimpunnya do'a agar suaminya memiliki kekuatan untuk menghadapi esuk.Akhirnya azdan subuh sudah berkumandang. Gayatri berusaha membangunkan Rendra dan mengajaknya jamaah Subuh seperti biasanya. Namun lelaki yang biasanya sudah bangun sebelum Subuh itu kini hanya diam tak berkutit. Setelah berkali-kali membangunkan, akhirnya Gayatri lelah hinggah mengerjakan sholat Subuhnya sendiri.Gayatri telah menyelesaikan sholatnya. Dia kemudian. menengadahk
"Artinya aku tidak boleh lagi memperkerjakanmu," jawab Lion enteng."Lho, kok malah begitu?""Kalau wajah kamu itu sudah tertangkap vidio, itu sama artinya dengan kamu bisa ditangkap mereka. Setelah kamu ditangkap, jelas kamu akan ditanyai siapa yang menyuruhmu. Lalu aku?" Lion membuang pandangannya."Padahal aku sudah merusak cctv itu. Dasar tukang sooting sialan. Bukannya mereka biasanya hanya membuat vidio untuk pengantin, kenapa harus jalan-jalan segala ke tempat lain," gerutu Bram. Untuk perkawianan Geisha, yang menghadirkan hampir seluruh keluarga besar dia, Gayatri memang memakai konsep lain. Dia ingin dengan sootingnya mengabadikan semua kerabatnya, jadinya tukang sooting itu tidak hanya ada di depan panggung pengantin, tetapi juga sambil jalan-jalan. Tuhan memang telah mengatur semuanya dengan menghadirkan momen Rendra ditabrak orang di vidio itu."Ini uangmu. Itu jumlah yang tidak sedikit. Setelah ini kamu jangan lagi menampakkan batang hidungmu di sekitar sini. Kalau perlu
"Maksudnya?" tanya Gayatri tak habis pikir dengan perkataan Ibu penjual bubur itu."Tuh!" Mata penjual bubur itu mengarahkan penglihatan Gayatri. Nampak di sebrang jalan Prayogi sedang sarapan di warung soto daging, dan memang sedang menatapnya. Wajah tegasnya nampak makin terlihat dengan penampilannya yang makin parlente. Walau masih suka memakai celana jeans, dia terlihat lebih macho dengan baju yang pres bodi. Dia memang sekarang terlihat berbeda. Jauh sekali dengan beberapa tahun asaat masih bersama dengan Gayatri."Dari tadi dia sarapan di sana dan memperhatikan mbak Gayatri di sini," Gayatri yang masih terkejut segera menuju sepedanya. Namun kemudian dia merasa tak enak hati dengan sepeda yang kini dinaikinya. Jelas-jelas Prayogi memperhatikan sepeda itu.Kenapa juga dia ada di sini sepagi ini? Jangan-jangan, perkataan Galuh, juga Rendra, bahkan Ibu ini benar, bahwa dialah yang menghancurkan Rendra, bathin Gayatri. Tapi untuk apa dia melakukannya? Bukankah dia telah menikmati ap
"Ibu, Mbak, Ibu,.." kata Tanti terbata dengan menunjukkan tangannya tak tentu arah.Gayatri segera mengambil anaknya yang tengah tidur dan digendonggnya dengan tergesa. Kakinya melangkah dengan cepat. Tanpa mengatakannya pun Gayatri telah tau ada yang terjadi dengan orang yang telah dianggapnya sebagai orang tua itu.Mengikuti langkah Gayatri, Tanti masih menangis dengan membekam mulutnya. Hinggah mereka tiba di kamar Bu Ratna yang terbuka. Galing dan Galuh sudah duduk di tepi ranjang dengan tangis yang tak jua berhenti. Demikian juga dengan Sandra.Gayatri mendekati Bu Ratna. Matanya telah buram menyaksian orang yang disayanginya melambaikan tangannya kepadanya."Rendra,.. Rendra,..!" ucapnya terbata dengan mata yang sayu."Mas tadi keluar ada urusan, Bu." Gayatri menggenggam tangan wanita di sampingnya dengan derai air mata yang tak lagi bisa ditahannya. Berbohong, hanya itu yang dapat dilakukan Gayatri tentang Rendra."Ja,..ngan mena,..ngis,... Ja,..ngan,.. la,..gi,.. mena,..ngis,"
Exel yang mengendarai sepeda motor KLX, segara menghentikan sepedanya manakala dilihatnya orang yang tidak asing baginya ada di sana. Dia kemudian melajukan sepedanya ke arah Rendra. Memarkir sepedanya untuk mendekati Randra."Kamu dari mana Rend, pagi-pagi begini kok di sini?" tanya Exel menyelidik. Apalagi dilihatnya Rendra yang kemudian nampak menyembunyikan raut mukanya yang kusut. Mungkin karena semalaman tidak tidur."Kamu sendiri dari mana, kenapa kamu seperti mengintrogasi seseorang?" dengan nada sedikit tersinggung, Rendra balik bertanya ke Exel. Orang yang biasanya kalau bertemu dengannya selalu bercanda itu kini seolah menjadi musuh dengan pertanyaannya."Kamu lupa apa pekerjaan saya? Saya bekerja tanpa kenal waktu, Rend. Ini tadi menyelidiki kasus sampai memburu seseorang hinggah malam baru bisa pulang. Ini pun seharusnya belum pulang. Hanya karena keadaan darurat aku pulang.""Iya, aku lupa kalau kamu seorang intel," ucap Rendra lalu segera masuk ke mobilnya untuk menghi
Garnis bahkan memindai pria di depannya dari atas sampai bawah. Prayogi sampai kikuk dibuatnya. Namun kepercayaan diri yang menopangnya kini telah mengalahkan rasa kikuknya yang hanya sebentar.Prayogi yang sekarang memang jauh berbeda dengan beberapa saat yang lalu saat Garnis pernah melihatnya, walau tidak sering. Kulitnya yang sawo matang tampak bersih. Tubuhnya pun terlihat lebih padat dengan tinggi badan 185 cm dia tampak gagah. Terlebih dengan pakaian yang membungkus badannya, yang semuanya bukan pakaian biasa."Kamu kok pagi sekali datang kemari?" tanya Gayatri untuk menjernihkan suasana. Sementara Garnis masih memandang sikap putrinya dengan mantan suaminya itu yang menurutnya sekarang lebih terbuka. Tidak bermusuhan lagi. Setidaknya jika hidup tanpa musuh, membuat hidup lebih indah, pikirnya."Beberapa hari ini aku sering di sini. Tadi pagi saat aku makan soto, aku mendengar orang membicarakan tentang meninggalnya Bu Ratna, jadi aku mampir ke sini." Prayogi mengerti pertanyaan
Lelaki itu mendekat ke arah jenazah yang wajahnya masih terbuka dan hanya ditutup dengan kain panjang. "Maafkan, Rendra, Bude!" ucapnya tergugu sambil mencium kening mayat di depannya.Semua orang memandanginya, tak terkecuali dengan Gayatri yang memandangnya dengan rasa kecewa. Lalu membuntutinya saat pria itu ke rumahnya dan masuk ke kamarnya.Sandra yang tengah di dalam menjaga Raditya segera keluar begitu pasangan suami istri itu masuk. "Kamu sudah membuatku tak punya muka, Mas," ucap Gayatri dengan tangis tertahan setelah dia menutup pintu kamarnya."Maafkan aku, Say, maafkan!" ucap Rendra dengan memeluk Gayatri erat. Kedua orang itu kemudian salin bertangisan."Apa yang kamu lakukan di luar sana sampai kamu harus melakukan ini kepadaku?""Ada yang aku urus. Maaf, aku belum bisa mengatakannya kepadamu.""Bicaralah, Mas. Setidaknya buatlah aku mengerti dan tidak mencurigaimu yang bukan-bukan.""Jangan pernah meragukan aku, Say. Percaya aku. Aku tidak akan berbuat yang tidak-tid