"Tunggu duluh. Aku melihat Kania di resepsi yang memakai jasaku itu. Tapi, aku kok baru ingat. Wah,.. gimana ya kemarin aku kok tidak menegurnya. Kania jadi Kembar Mayang.""Memang apa yang salah dengan itu?""Ya, salah sih, Mas. Bukannya Kania itu istri kamu, bisa-bisanya orang yang telah menikah jadi kembar mayang." Sejenak Gayatri kemudian mengerutkan jidatnya."Lho, kamu ini kemarin berarti ada di sana, Mas? Di pernikahan yang Kania jadi kembar mayang itu?"Rendra merengkuh Gayatri, berusaha memeluknya. tapi Gayatri sudah menghindar. Seolah dia memberi jarak kembali ke Rendra.Rendra tersenyum kecil, memahami Gayatri yang tentu saja akan kembali menghindarinya jika mengingat tentang Kania."Mendekatlah, aku mau jelasin."Tapi Gayatri malah akan bergerak pergi. Segera saja Rendra menarik tangannya hinggah Gayatri terjerembab ke pelukannya."Mas, ini ngapain sih?" Dengan sewot Gayatri berusaha menghindar. Namun pelukan dan ciuman Rendra telah memenjarakan tubuh mungilnya."Ghak sal
"Emang dari siapa, Say, kok diputus terus telponnya?" tanya Rendra begitu mereka hampir sampai di pasar. dari tadi Rendra mau tanya terasa segan. Selama ini dia sudah hilang kontak dengan tak pernah memberi khabar apapun ke Gayatri. Rasanya untuk banyak ikut campur dengan urusan yang Gayatri hadapi, masihlah riskan. Padahal dia selalu saja ingin mengutarakan satu buah pertanyaan yang selalu mengganggunya. Akan kedekatannya dengan Prayogi yang sering diunggah oleh awak media. "Bukan dari siapa-siapa," jawab Gayatri singkat.Mereka kembali diam.Rendra takut membahasnya lagi. Jika dia membahasnya, akan makin jadi jarak diantara mereka berdua. Bagi Rendra, dengan melihat tatap Gayatri yang masih sama seperti yang diinginkannya, itu saja sudah cukup. Jangan sampai cemburu yang pernah dia lontarkan duluh, terjadi kembali. Akan makin jadi pemisah diantara mereka. Rendra yakin, apa yang ditanamkan orangtua Gaytri dari kecil, terlebih dengan kebiasaannya yang tadi malam dia juga tau, kala
"Baiklah, Pa. Akan saya usahakan. Yang pasti sebulan ini saya harus menata duluh usaha saya yang di sana, baru setelah itu bis a kembali ke sini.""Syukurlah Rendra, Mama bisa lega mendengarnya."Garnis kemudian mengerutkan keningnya. "Tapi apakah itu tidak sulit?" tanyanya yang memendam keraguan."Pekerjaannya sebenarnya gampang hendelnya. Lagi pula sebelum saya masuk, usaha itu dipegang seseorang yang sudah mumpuni untuk urusan ladangnya. Saya hanya terjun kebanyakan di pemasarannya saja. dan sekarang saya sudah ada pelanggannya. Dan itu bisa dikerjakan dari sini jika di sana telah ditata.""Alhamdulillah kalau gitu. Jadi kerja kamu tak sia-sia. Bisa maju bersama,"Rendra menatap mertuanya. Senyum telah ditampakkan perngusaha yang telah membangun bisnisnya secara turun temurun itu. Dia kemudian mengatupkan kedua tangannya di dadanya sebagai rasa terimakasih."Aku hanya ingin kalian bisa kembali ke rumah seperti duluh lagi. Tenang bersama. Hanya itu impian Mama untuk kamu dan Ayu."
"Baru pulang, Rend? " sapa Prayogi yang tak kalah kagetnya dengan melihat Rendra yang tengah makan malam di dekat Gayatri. Pandagannya yang tadi semangat ingin bertemu dengan Gayatri menjadi lesu.Rendra tersenyum dengan berdiri."Ayo makan bersama kami," ajaknya ke Prayogi yang hanya berdiri. Dia lalu mempersilahkan Prayogi untuk duduk di kursi yang biasanya dipakai Bu Ratna, di dekatnya.Gayatri yang melihat Prayogi tiba-tiba saja tersekat. Dua lelaki itu kini bagai dua pilihan dalam hati Gayatri. Jauh di lubuk hatinya dia belajar merelakan Rendra untuk wanita lain sejak Prayogi datang kembali dengan mengisi hari-harinya walau sekedar saat mereka kebetulan bertemu di sebuah acara yang memang sering mempertemukan mereka. Terlebih dengan kegemaran Prayogi yang menghadiri show Galuh bersama bandnya yang sering di handel oleh EO Ratna.Namun setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya, hati Gayatri tak bisa mengiingkari bahwa dia masih mencintai Rendra. Kedatangan pria itu selalu dirin
"Mana ada suami yang tak cemburu melihat semua itu. Aku hanya tak ingin menjadi orang yang tak bijak lagi bagimu, Say. Aku sudah beberapa bulan kehilangan dirimu. Dan itu amat menyiksaku." Direngkuhnya tubuh mungil Gayatri yang tengah beranjak ke tempat tidur."Sekarang aku akan belajar menghargai kamu. Tidak hanya menurutkan rasa cemburu. Karena kamu selama ini telah membuktikan bahwa hatimu dan dirimu tetap terjaga hanya untukku." Ciuman pun didaratkan Rendra di ubun-ubun Gayatri.Gayatri memejamkan matanya menikmati ciuman Rendra itu. Namun di hatinya ada rasa nyeri yang bergayut. Betapa kini dia merasa bersalah dengan perasaannya yang terbagi. Baru juga tadi dia masih merasakan debar itu ada untuk Prayogi. Dalam diam, Gayatri menyesali perasaannya yang kini tumbuh subur itu kembali untuk Prayogi, sementara dia sudah merasa tenang dengan kembalinya Rendra di kehidupannya.Bagaimana hatiku ini hinggah menjadi terbagi seperti ini? Tolong aku Tuhan. Tapi aku tak dapat pungkiri pera
"Ini lho, Mas, anak-anak nanti kan ke rumah lamanya, nemani ayahnya di sana daripada libur kegiatan. Prayogi sukanya makan sayur asem sama ikan pindang, jadi aku bikinno." Gayatri menjelaskan panjang lebar alau takut Rendra akan marah.Sekilas Rendra memang nampak lain.Wajahnya sedikit berubah, Walau kemudian dia bisa menguasai diri."Kamu ghak suka ya, aku bikinno buat Prayogi? Kalau ghak suka, biar ghak jadi kumasak saja," ujar Gayatri akhirnya merasa ghak enak hati."Bukan bukan begitu. Ghak apa kamu lanjutin aja," kata Rendra akhirnya."Ghak enak juga kenapa, Mbak, Lawong cuma masakkan saja, kok. Masih mending daripada terang-terangan Mbak Gayatri bawa Prayogi kemari," sindir Tanti."Tanti, tidak seperti yang kita lihat. Mas Rendra hanya,..""Sudahlah, Say, biarkan. Salahku juga ghak sedari awal mengatakan semuanya ke kalian." Rendra kemudian pergi dari dapur itu setelah menenggak air minum. Dengan Gayatri izin saja, baginya itu sudah hal yang baik, kenapa dia harus melarang. Kena
"Ya, ngomong soal keponakan saya. Namanya juga ghak pernah ketemu, Mbak ya,.. pas di sini duluh saya sampai ikut menguncingkan dia karena dia aku pikir merebut mas Rendra dari mbak Gayatri, ghak taunya itu keponakan saya.""Kania itu keponakan Tante?" tanya Galing ikutan bingung."Iya. Dari di hajatan saudara saya yang kemarin taunya. Lawong ponakan kok aku bahas dengan mencibirnya. Ghak taunya kasusnya begitu.""Galuh malah berhenti sejenak. "Begitu gimana ya, Te?""Adik aku kan nikahnya dengan orang Sumantra itu ghak disetujui sama orang tua kami. Ghak lama suaminya meninggal. Adikku jadi buruh di pabriknya Mas Rendra. Saat dia meninggal, dia memasrahkan Nia sama Mas Rendra, suruh nikahi walau cuma sebatas lisan. Agar Nia terlindung dari orang yang selalu ngejar dia, mau nikahi dia. Anaknya berandal. Padahal Nia itu sudah cinta sama Arya.""Silahkan duduk duluh, Bu Aries," ujar Gayatri. "Galuh, Galing, kamu pergi sekolah."Galuh yang merasa bersalah mendekati bundanya. "Jadi kemar
"Maksudnya kita?" tanya Gayatri dengan menatap ke Galing."Memangnya Bunda mau ke sana sendiri?" Galing balik bertanya."Terus menurut Kakak gimana? Bukannya Kakak sama Kak Rendra,.." gayatri mengagantungkan kalimatnya> Dia menegerti begaimana Galing bahkan tak sudi memanfang Rendra waktu itu."Iya, Bund, kita salah, kita akhir-akhri ini ghak baik sama Kak Rendra karena kita pikir soal Kak Rendra yang nyakiti Bunda. Tapi sekarang kami sudah mengerti yang sesungguhnya, makanya kita pingin dolan ke sana, minta maaf sama dia, sekalian jalan-jalan. Seumur hidup kita belum pernah naik pesawat. Iya kan, Kak.""Betul itu, Bund," sahut Galuh."Betul betul, betul," Radit ikut nimbrung. Suasana yang tadinya tegang jadi penuh gelak tawa."Kalau semua pergi, kita jadi sepi dong, San?" Tanti mencari dukungan "Lho, Sandra ya, libur Mbak," ujar Gayatri. "Emang dari kapapn duluh, pas awal libur sekolah nak-anak,kita sengaja libur. Jadi Sanda juga libur.""Apalagi Sandra libur. Tanti di rumah sendir