"Bisa-bisanya suami tidak di rumah, kamu dolan dengan pria lain," Gayatri sudah dikejutkan dengan datangnya Rendra di ambang pintu kamarnya, Bahkan dia kemudian masuk dengan begitu saja di saat Gayatri selesai memandikan Raditya dan menidurkannya setelah menyusuinya.Gayatri hanya diam tak menanggapi ocehan Rendra. Hinggah lelaki itu duduk di dekatnya pun Gaytri masih diam dengan jengkel di hatinya."Kamu dengar aku ngomong ghak?""Apa menurutmu hanya kamu yang boleh seenaknya bersama perempuan lain sementara aku hanya kamu suruh menunggumu datang dan pergi sesuka hatimu?""Aku masih suamimu, Dyah Ayu." Rendra sekarang bahkan tak lagi memanggil Gayatri dengan sayang lagi.Gayatri menatap tajam ke arah pria yang kini membuatnya jijik itu."Suami? Suami yang bagaimana menurutmu? Apa yang kini kauberikan padaku? Ketenangan? Kebahagiaan? Lalu suami yang bagaimana kamu bisa menyebut dirimu dengan kata-kata itu?""Aku hanya berusaha untuk mempersiapkan semuanya demi anak kita.""Persiapan a
"Lho, aku hampir lupa, San," ucap Gayatri pada Sandra yang sedang berbenah dan dari tadi ditemani Gayatri karena Raditya sedang tidur. Lagipula karena dia meninggalkan Rendra yang masih bersama Raditya di kamarnya."Ada apa, Mbak?""Itu, tempat untuk prosesi Jawa kita kan sudah jelek, mau aku ganti dengan yang baru." "O, iya, Mbak. Kita kok lupa terus untuk mengganti," kata Sandra kemudian sambil melihat ke Gatari yang tampak bingung. "Tapi kenapa mbak Gayatri jadi bingung begitu?"Gayatri menghela nafas panjang. Bgaaimana mencarinya sementara tadi dia habis bertengkar dengan Rendra. Sedangkan untuk menyuruh Tanti atau Sandra tidak mungkin. Mereka tidak tau di mana letaknya. Amat sulit mengatakan kalau cawan itu dipakai Gayatri untuk hiasan di rumah Rendra, sebagai vas bunga."Tempat itu di rumah sebelah," ucap Gayatri lemas."Biar aku yang ambilkan, Mbak," kata Sandra."Kamu ghak mungkin tau dimana letaknya.""Terus gimana dong, Mbak?" "Ya, gimana lagi kalau aku ghak yang ngambil
Gayatri masih berjalan, sambil berfikir. Dia tak dapat mengerti dengan apa yang tadi dilihatnya dan dikatakan Rendra. Apa maksud dari kata-katanya? Jika aku kembali ke sana? Apa maksudnya?Hah, sudahlah. Itu bukankah urusannya sendiri dengan istri mudanya itu. Walau kadang Gayatri sendiri juga heran dengan hubungan mereka yang terlihat kaku Tak ada romantisnya sama sekali sebagai pasangan baru menikah. Kania juga entah kenapa masih berjilbab padahal hanya berdua dengan Rendra di rumah itu.Dalam diam Gayatri kemudian beranjak ke Sandra dengan membawa cawan. Gayatri masih terdiam mencerna apa yang baru saja dilihatnya."Mbak Gayatri kenapa?" tanya Sandra"Tidak. Tidak apa-apa," jawab Gayatri.Baru juga Gayatri membantu Sandra mengepak yang masih sisa, dia dikejutkan dengan kedatangan Rendra."Ayu, tolong, aku ada masalah. Bisa ke sini?" panggilnya agar Gayatri mau mengikutinya. Gayatri mendengus sebal. Namun dia beranjak juga mendekati Rendra. Rendra membimbingnya ke kamar."Di sini s
"Maaf, saya harus menengok Raditya," Gayatri mohon izin."Lho, memangnya di mana dia?"Sejenak Gayatri dan Rendra salin panndang, "Di kamar rumah sebelah, Ma.""Lho, keapa tidak tidur di kamar sini saja, kan pas Rendra pulang bisa dia jagain, sekalian biar Rendra tidak selalu mandangi foto anaknya saja di sana, katanya kangen.""E, itu,.. saya kan kalau siang banyak di sana, Ma, jadi saya tidurkan di sana tadi. Kebetulan pas di sana."Mertuanya itu membulatkan mulutnya. Sementara Gayatri segera meninggalkannya sebelum berkata lain lagi. Saat dia sampai, ternyata di kamar Raditya sudah terjaga dengan Sandra di sampingnya."Untung ghak jatuh, Mbak. Tadi sejenak aku lupa kalau Raditya tidur di kamar."Anak itu sudah mendekati Gayatri minta mimik. Segera saja Gayatri menyusuinya. Namun saat dia mendongak, dilihatnya mertuanya sudah di depannya. Dengan pandangan yang menelisik."Lho, segala punya Raditya kok pindah di sini, Ayu?" tanyanya."E,..Iya, Ma. Sejak Mas Rendra pergi, saya banyak
"Sebentar, Ma," kata Gayatri kemudian mengangkat putranya. "biar dia mandi duluh." Gayatri kemudian membawa putranya ke kamar bu Ratna, dan dimandikan di sana. Rendra yang mengikutinya menungguinya dan mengambilkan pakaian ganti."Kamu bisa pergi aku akan urus dia sendiri," kata Gayatri kemudian."Aku mau menunggunya. Apa aku salah di sini?""Untuk apa? Apa istrimu masih belum memberimu anak? Katamu kalian akan memiliki banyak anak.""Bukankah istriku ada di sini ? Dia hanya bisa punya satu anak untukku.""Aku tidak selera bercanda. Ghak perlu basa basi denganku. Pergilah, aku mau mengajak Raditya tidur. Aku ngantuk," ucap Gayatri dengan sengol. Kata-kata Rendra dengan menyebutnya hanya bisa punya anak satu malah membuatnya tersinggung. Dia sadar diri tidak bisa memiliki anak lagi setelah tiga kali operasi secar karena melahirkan.Rendra malah menata bantal untuk mereka bertiga. Lalu berbaring di sana mendahului Gayatri."Siapa yang menyuruhmu dengan meletakkan bantal dan tubuhmu di
"Assalamualaikum, Pa." Gayatri sudah menelpon papanya begitu dia keluar dari kantor polisi yang memenjarakan Prayogi."Waalaikumussalam, Ayu. Ada apa?""Tolong beri Ayu nomer pak Syarma, Pa?""Siapa yang terlibat dengan urusan hukum, Yu?""Temen Ayu, Pa,' ucap Gayatri berbohong. "Aku kirim lewat WA, Yu.""Iya, Pa. Makasih.""O, ya,.. Yu. Apa Rendra pulang?""Iya, Pa? kenapa?""Kamu yang sabar ya, Yu, usaha Rendra belum menemukan hasilnya. Pabrik yang dikelolanya masih terseok-seok. Kalau kamu butuh apa-apa kamu bisa hubungi Papa.""Iya, Pa. Makasih. Assalamualaikum!" Gayatri segera mengakhiri telponnya. Kini bahkan orangtuanya tau kalau Rendra memulai usaha. Lalu kenapa justru dia yang tidak tau apa-apa. Kenapa Rendra justru tidak mau cerita kepadanya? Dia memang sudah tidak lagi membutuhkanku, pikir Gayatri dengan sesak di dadanya, merasa tak lagi dianggap Rendra.Tiba di rumah dia tak lagi mendapati anaknya di rumahnya. Rupanya mertuanya membawanya ke rumah sebelah, kata Sandra. An
Rendra menatapnya dengan penuh harap. "Bukankah aku masih suamimu, Say?""Aku tidak bisa berbagi suami dengan orang lain. Maaf. Sebaiknya kamu kembali ke sana," ucap Gayatri dengan emosi. Namun Rendra yang telah lama merindukan bisa bersama dengan Gayatri tak menyerah begitu saja. Direngkuhnya tubuh Gayatri dan dihujaninya Gayatri dengan ciuman. Gayatri yang meronta tidak dihiraukannya lagi. "Diamlah, Say, aku akan membuatmu merasakan kembali kehangatan kita. Aku sangat mencintaimu. Dan hanya mencintaimu," kata -kata Rendra terucap dengan tatap matanya yang selalu merindukan Gayatri.Belum juga Subuh, Gayatri telah mengguyur tubuhnya dengan air hangat di kamar mandi. Bisa-bisanya aku menikmati sentuhannya lagi, bathinnya merasa sebal dengan dirinya sendiri. Tatap mata itu, kenapa aku selalu terlena dengan tatap mata yang sepertinya masih menyimpan tatap yang sama yang selalu hanya mencintaiku. Padahal kenyataannya kini dia telah mendua. Gayatri bahkan menangis karena merasa dirinya
"jadi kalian telah berhubungan baik dengan mantanmu itu?"tanya Rendra ketika Gayatri telah memasuki kamar mereka."Apa maksudmu?" Gayatri tak mengerti dengan apa yang dibicarakan Rendra, walau dia mengakui dengan apa yang dikatakannya itu adalah benar."Memangnya kenapa? Bukankah dia ayah dari anakku? Apakah salah mereka kembali kepada ayahnya, terlebih orang yang telah dianggap ayahnya sudah tidak menghiiraukannya lagi?" kata Gayatri tentang Rendra yang kini tak lagi bercakap akrab dengan putra putrinya seperti duluh, terlebh setelah dia datang dengan membawa Kania ke dalam kehidupan mereka. Dia telah menjadi orang asing bagi Galing, terlebih Galuh yang teramat membenci orang yang menyakiti hati bundanya."Terserah kalau itu Galuh dan Galing. Dari duluh aku juga tak menolak kehadiran Prayogi untuk mereka. Tapi Raditya,.. dia bahkan kamu panggilkan Papa padanya?"Gayatri terkejut dengan apa yang dikatakan Rendra. "Kamu memataiku, Mas? Kamu menguntit kepergianku?""Apakah aku tidak be
"Melamar siapa?" Galing yang masih mengucek matanya bertanya.Prayogi dan Galuh tertawa."Sana, cuci muka sana duluh, biar sadar. Ini sudah Subuh, kita sholat bareng," ucap Galuh dengan melihat adiknya yang masih mengantuk."Nanti sore Ayah jemput kalian. Kita melamar Tante Neysa.""Alhamdulillah!" ucap Galing dengan penuh gembira.Kegembiraan itu pun terpancar di wajah mereka saat mereka menyampaikan hal itu ke Gayatri dan Rendra."Alhamdulillah!" ucap Rendra dan Gayatri juga bersamaan.Setelah melihat handphone-nya yang dipegang Galing sesuai dengan serlok yang yang dikirim Neysa. Prayogi dan anaknya pun sampai di rumah gedung itu."Anak kami hanya tiga. dan Neysa adalah yang pertama. Bagaimana kami tak mengadakan pesta mewah di gedung jika ini adalah pernikahan yang pertama di keluarga kami?" ucap Nindi, ibunya Neysa."Tapi lihatlah saya, Bu. Saya sudah berusia 37 tahun dan beranak dua yang sudah remaja begini. Apa pantas saya duduk di pelamianan megah?""Sekarang ghak zaman orang
Dengan tatap mata yang menyelidik kemudian Galuh melihat ke arah kancing baju yang dikancing secara tidak benar itu. Mungkin karena tergesa hinggah yang seharusnya di atas malah di bawanya., Galuh kemudian berpindah menatap ayahnya yang kini tengah di sampingnya."Ayah, jelaskan apa yang telah Ayah lakukan dengan wanita yang nyata-nyata bukan istri Ayah?" tanya Galuh dengan mata bulat menahan marah. Di bibir ayahnya masih terlihat ada lipstik yang menempel."Maksud kamu apa, Luh?" tanya Prayogi bingung Dia memang tidak menyadari dengan pertanyaan Galuh. Hanya Neysa yang kemudian melihat apa yang dilihat di bibir Prayogi. Dia sebentar memejamkan matanya merasa dihakimi oleh Galuh, demikian juga dengan Galing yang juga menatapnya dengan tatap penuh selidik. Ternyata punya anak tiri besar, bikin bingung juga, ya, bathin Neysa dengan gelisah melihat dirinya yang begitu disegani di perusahaanya, kini dihakimi oleh dua orang bocah."Apa Ayah melakukan hal yang sama seperti yang pernah Ayah
"Kok sepi ya, Ling? Mana Ayah? Lalu itu mobil siapa?" ucap Galuh begitu melihat rumah ayahnya yang terlibat lenggang. Dia yang datang dengan dibonceng Galing segera turun menapaki pelataran rumah ayahnya yang nampak asri dengan terdengar kicau burung. Prayogi dari duluh memang menyukai burung. Hinggah kini burung peliharaannya tak sekedar di halaman belakang rumahnya seperti duluh, tapi juga di depan rumahnya sudah ada burung yang berkicau, menyambut tamu dengan mengucap, 'Assalamualaikum!"Galing terkekeh " Tuh, Kakak sudah disapa sama saudara Kakak.""Ih, dasar burung kurang ajar, kita aja belum mengucap salam kamu duluan yang mengucap salam. Nyindir ya?" sungutnya."Ih, Kakak, malah bertengkar sama burung. Sudah bagus dia mengucap salam, ghak kasih tai ke muka Kakak.""Kamu juga," dengan sewot Galuh masih menelisik dengan hati-hati. Jangan-jangan ada seorang wanita berada di dalam bersama ayahnya. Sebagai gadis yang sudah dewasa, dia juga mengerti dan takut ada apa-apa ayahnya de
Kekhawatiran Rendra terbukti. Anaknya itu tidak mau lepas dari Nara. Demikian juga dengan Nara. Hinggah Rendra dan Gayatri harus membohongi mereka."Kapan-kapan kita balik ke sini, Radit. Radit kan tau, Yangkung lagi sakit. Papa harus segera ke sana untuk mengelola perusahaan Yangkung," bujuk Gayatri. "Tapi bener-bener jani lho, BUnd," ucapnya dengan masih terisak."PYa, Bunda janji bakal suruh papamu aak kamu kalau lagi ke sini." Hinggah akhirnya anaknya itu dengan masih menangis mau juga pergi.Kepulangan Gayatri dan Rendra yang taramat ditunggu oleh Hadiwijaya, akhirnya terjadi juga.Syukurlah kamu sudah bisa ke sini, Rend," ucap Hadiwijaya begitu malam-malam mereka datang ke rumahnya."Bagaimana keadaan Papa?" tanya Rendra kemudian. "Berkat kamu nginepi di sini beberapa hari, Papa langsung sembuh. Lihatlah, papa sudah bisa bicara normal. Jalan pun bisa dengan tongkat. Kapan hari malah ghak angung-bangun." ucap Hadiwijaya gembira. Termasuk orang yang kini tengah berdiri di dala
"Ada apa, Yah? Bukannya tadi kita sudah ngobrol di telpon? Dibilangi Galuh baik-baik saja dan menikmati libuaran di sini, kok," ucap Galuh setelah mendengar suara ayahnya mengucap salam dan dia menjawabnya."Iya, ini sebetulnya aku ada perlu sama Bunda. Kapan Bunda mau balik ke Gresik? Ada orang yang mau memakai jasa EO kalian," ucap Prayogi dengan ragu-ragu."Kenapa kok ghak telpon Bunda sendiri, Yah? Biasanya kan Ayah suka ngobrol sama Bunda?""Ghak apa-apa sih. Memangnya kapan kalian pulang?""Lusa kayaknya, Yah.""Baiklah. Nanti kalau kalian sudah tiba di rumah saja, Ayah akan pastikan kapan bisa ketemu dengan teman Ayah.""Baiklah, Yah. Sayang Ayah selalu.""Sayang Kakak juga."Galuh kemudian kembali meneruskan tujuannya, ke Naya."Assalamualaikum, Tante!" Galuh mengetuk pintu. Agak lama, baru pintu dibuka."Mbak Galuh. Ada apa kok malam-malam ke sini? itu adik sudah tidur. Tadi sudah dibujuk sama Mas rendra juga Mbak Gayatri untuk ke rumah saja, tapi masih tidak mau.""Ghak a
"Bagaimana ini, Mas, anak-anak kita kok ghak mau pisah?" tanya Gayatri bingung dengan keakraban Raditya dan Nara.Gayatri yang mengajak Raditya untuk tidur bersama mereka,masih tidak diperdulikan Raditya. Anak itu masih kerasan di kamar berukuran 5x5m yang merupakan mess pegawai yang tidak pulang."Radit, besok lusa kita sudah harus pulang, Nak," ujar Gayatri memberi pengertian. "sekarang kamu harus terbiasa tidur dengan Bunda dan Papa kembali."" Aku ghak ingin pisah sama, Nala, Bund," kata Raditya sudah berurai air mata." Di sini rumah Nara, Dit. Sedangkan rumah kita di sana. Terlebih sebentar lagi Raditya harus sudah masuk sekolah," bujuk Rendra."Iya, Nara juga sekolah, Radit. Kalian akan bertemu lagi saat liburan tiba," ucap Naya juga.Kedua anak itu masih sesenggukan menangis."Habis ini Papa kan sering bolak balik sini, jadi Papa pasti ajak Raditya juga."" Mas yakin sudah bisa meninggalkan tempat ini?" tanya Gayatri kemudian."Beberapa hari ini sudah aku siapkan semuanya, Say
"Lupakan aku, Gi," selintas Prayogi teringat kata-kata yang baru saja dia dengar pagi tadi dari pembicaraan telponnya dengan Gayatri. Apa benar aku harus melupakannya dan mengosongkan ruang hatiku untuk orang lain? guman Prayogi. Bagaimanapun aku lelaki normal, benar Neysa. Aku merasa kesepian dan membutuhkan kehangatan seorang wanita. Selama ini aku hanya melampiaskan dengan menghayalkan bisa bersama dengan Gayatri. Dan itu tidaklah nyata, bahkan menyakitkan. Aku hanya bisa sendiri. Dan tetap kedinginan jika malam mencekam."Kita bisa mulai dengan salin mengenal. Aku jamin, kamu tidak akan pernah merasa kecewa jika denganku." Kembali Neysa mengungkapkan isi hatinya."Kamu baru kali ini mengenalku, bagaimana kamu begitu yakin mengatakan ini?""Aku sudah begitu banyak mengenalmu. Aku mengikutimu di setiap sosmedmu. Terlebih aku sudah tertarik sejak kamu bersama Samita.""Apa?" ucap Prayogi spontan. Prayogi lalu menatap wanita cantik dan menarik di sampingnya. Semuanya sempurna untuk se
"Lho, kenapa balik lagi, Mas?" tanya Gayatri kaget begitu mendapati Rendra sudah di belakangnya."Laptopku ketinggalan. E, bisa-biasnya!" guman Rendra. "aku sampai tidak melihatnya sama sekali sejak kamu ada di sini.""Nyalahkan aku di sini? Apa aku balik saja ke Jawa?""Sayang!" Rendra sudah mendekat dengan mendaratkan ciumannya di leher Gayatri.Gayatri tergeliak dengan menperdengarkan suara lenguhan manakala lehernya diexpos oleh Rendra. "Pergi sana, udah mau kerja, ada aja yang kamu lakuin. Geli tau!"Rendra malah memeluknya dan mendaratkan ciuman terakhirnya di bibir Gayatri, "Tunggu nanti lagi ya, kalau aku pulang.""Ogah. Kamu sih, sukanya."Kembali tanpa sadar Gayatri belum mematikan telponnya. Prayogi yang di sebrang sana, memejamkan matanya dengan mata yang mengaca."Semua ini adalah hukuman bagiku. Bahkan sekarang pun, aku malah ihlas dijadikan yang kedua olehnya," rutuk Prayogi pada dirinya. Tidak kurang dar rekan bisnisnya yang menyodorkan gadis padanya. Wanita karier yan
Gayatri lalu menutupnya setelah mengirim WA. Kemudian dengan segera menghabus WA itu setelah tanda biru yang artinya sudah dibaca. Dengan langkah cepat dia kemudian ke kamar mandi dan mandi bersama Rendra seperti ajakan suaminya itu, dan seperti kebiasaan mereka sebelum terjadi pertengkaran."Siapa yang telpon, Say?" "Hanya salah orang kali, Mas. ngomong ghak jelas," ucap Gayatri dengan tak enak hati membohongi Rendra. Namun dia merasa tak ada pilihan. Bagaimana jadinya jika Rendra justru mengetahui kalau yang terlpon adalah Prayogi, akan jadi buntut panjang dan mungkin juga pertengkaran yang akan merusak suasana mereka. Bagaimanapun sikap Rendra telah berubah kapan hari saat bertemu dengan Prayogi, dia tak ingin menimbulkan masalah baru. Dia juga sudah berusaha melupakan rasa yang kapan hari timbul kembali saat bersama Prayogi. Rasa itu harus pergi. Tak Layak bagi Rendra mendapatkan hatinya yang terbelah. Diam -diam Gayatri menyesali perasaanya yang sempat terbagi itu terlebih de