"Sebentar, Ma," kata Gayatri kemudian mengangkat putranya. "biar dia mandi duluh." Gayatri kemudian membawa putranya ke kamar bu Ratna, dan dimandikan di sana. Rendra yang mengikutinya menungguinya dan mengambilkan pakaian ganti."Kamu bisa pergi aku akan urus dia sendiri," kata Gayatri kemudian."Aku mau menunggunya. Apa aku salah di sini?""Untuk apa? Apa istrimu masih belum memberimu anak? Katamu kalian akan memiliki banyak anak.""Bukankah istriku ada di sini ? Dia hanya bisa punya satu anak untukku.""Aku tidak selera bercanda. Ghak perlu basa basi denganku. Pergilah, aku mau mengajak Raditya tidur. Aku ngantuk," ucap Gayatri dengan sengol. Kata-kata Rendra dengan menyebutnya hanya bisa punya anak satu malah membuatnya tersinggung. Dia sadar diri tidak bisa memiliki anak lagi setelah tiga kali operasi secar karena melahirkan.Rendra malah menata bantal untuk mereka bertiga. Lalu berbaring di sana mendahului Gayatri."Siapa yang menyuruhmu dengan meletakkan bantal dan tubuhmu di
"Assalamualaikum, Pa." Gayatri sudah menelpon papanya begitu dia keluar dari kantor polisi yang memenjarakan Prayogi."Waalaikumussalam, Ayu. Ada apa?""Tolong beri Ayu nomer pak Syarma, Pa?""Siapa yang terlibat dengan urusan hukum, Yu?""Temen Ayu, Pa,' ucap Gayatri berbohong. "Aku kirim lewat WA, Yu.""Iya, Pa. Makasih.""O, ya,.. Yu. Apa Rendra pulang?""Iya, Pa? kenapa?""Kamu yang sabar ya, Yu, usaha Rendra belum menemukan hasilnya. Pabrik yang dikelolanya masih terseok-seok. Kalau kamu butuh apa-apa kamu bisa hubungi Papa.""Iya, Pa. Makasih. Assalamualaikum!" Gayatri segera mengakhiri telponnya. Kini bahkan orangtuanya tau kalau Rendra memulai usaha. Lalu kenapa justru dia yang tidak tau apa-apa. Kenapa Rendra justru tidak mau cerita kepadanya? Dia memang sudah tidak lagi membutuhkanku, pikir Gayatri dengan sesak di dadanya, merasa tak lagi dianggap Rendra.Tiba di rumah dia tak lagi mendapati anaknya di rumahnya. Rupanya mertuanya membawanya ke rumah sebelah, kata Sandra. An
Rendra menatapnya dengan penuh harap. "Bukankah aku masih suamimu, Say?""Aku tidak bisa berbagi suami dengan orang lain. Maaf. Sebaiknya kamu kembali ke sana," ucap Gayatri dengan emosi. Namun Rendra yang telah lama merindukan bisa bersama dengan Gayatri tak menyerah begitu saja. Direngkuhnya tubuh Gayatri dan dihujaninya Gayatri dengan ciuman. Gayatri yang meronta tidak dihiraukannya lagi. "Diamlah, Say, aku akan membuatmu merasakan kembali kehangatan kita. Aku sangat mencintaimu. Dan hanya mencintaimu," kata -kata Rendra terucap dengan tatap matanya yang selalu merindukan Gayatri.Belum juga Subuh, Gayatri telah mengguyur tubuhnya dengan air hangat di kamar mandi. Bisa-bisanya aku menikmati sentuhannya lagi, bathinnya merasa sebal dengan dirinya sendiri. Tatap mata itu, kenapa aku selalu terlena dengan tatap mata yang sepertinya masih menyimpan tatap yang sama yang selalu hanya mencintaiku. Padahal kenyataannya kini dia telah mendua. Gayatri bahkan menangis karena merasa dirinya
"jadi kalian telah berhubungan baik dengan mantanmu itu?"tanya Rendra ketika Gayatri telah memasuki kamar mereka."Apa maksudmu?" Gayatri tak mengerti dengan apa yang dibicarakan Rendra, walau dia mengakui dengan apa yang dikatakannya itu adalah benar."Memangnya kenapa? Bukankah dia ayah dari anakku? Apakah salah mereka kembali kepada ayahnya, terlebih orang yang telah dianggap ayahnya sudah tidak menghiiraukannya lagi?" kata Gayatri tentang Rendra yang kini tak lagi bercakap akrab dengan putra putrinya seperti duluh, terlebh setelah dia datang dengan membawa Kania ke dalam kehidupan mereka. Dia telah menjadi orang asing bagi Galing, terlebih Galuh yang teramat membenci orang yang menyakiti hati bundanya."Terserah kalau itu Galuh dan Galing. Dari duluh aku juga tak menolak kehadiran Prayogi untuk mereka. Tapi Raditya,.. dia bahkan kamu panggilkan Papa padanya?"Gayatri terkejut dengan apa yang dikatakan Rendra. "Kamu memataiku, Mas? Kamu menguntit kepergianku?""Apakah aku tidak be
"Kamu telah mempermainkan aku, Sasmita. Dan aku tidak bisa terima ini dengan begitu saja." Lion sudah makin emosi, terlebih dengan kata-kata Sasmita kemudian,"Aku mencintai Prayogi. Aku harap kamu bisa mengerti itu. Aku tidak ingin kehilangan dia dengan kembali ke Ayu. Aku telah melakukan segala cara untuk memisahkan dirinya dengan Ayu.""Dan aku yang kaujadikan alat itu. benarkan Sasmita?" Lion yang sudah hilang kendali segera menarik pisau buah itu dari tangan Sasmita dan menghujani Sasmita dengan tusukan yang membabi buta."Aggrhh!" Lion mengeram dengan mengacak rambutnya berkali kali mengingat kejadian itu. "Maafkan aku, Sasmita. Maafkan aku!" ucapnya berkali-kali. Lion kemudian menghubungi sekretarisnya."Tolong pesankan aku tiket ke Indonesia. Aku akan balik hari ini juga.""Lho, katanya liburan ke Australia duluh, Pak.""Jangan banyak tanya. Pesankan aku tiket penerbangan tercepat.""Baik, Pak."Lion segera memutuskan telponnya. Lalu bergegas memasukkan pakainnya yang lumay
"Aku? Apa yang ingin kaudengar sebagai jawaban dariku? Aku mencintainya? Arau aku tak mungkin mencintainya? Atau aku mencintainya karena tidak mendapatkan cinta lagi dari pria yang seharusnya aku cintai?" cibir Gayatri."Aku selalu mencintaimu dan tak akan pernah tidak mencintaimu. Kamu tau sendiri aku orangnya tak mudah jatuh cinta sampai aku ketemu kamu," bela Rendra."Kata-kata cinta saja tak cukup hanya sekedar di bibir, Mas. Tapi bukti yang kauberikan padaku adalah sebuah luka."Gayatri kemudian mendekati Rendra. Meraih tangannya dan meletakkannya di kepalanya."Talak aku, Mas. Daripada aku hidup diantara wanita lain yang bersamamu." Rendra yang terkejut segera menarik tangannya dari kepala Gayatri. "Tidak, Sayang. Jangan pernah kauminta satu hal itu padaku. Aku mencintaimu dan selamanya mencintaimu," Direngkuhnya tubuh mungil Gayatri dan dibenamkannya di pelukannya. Tangis Gayatri yang pecah membuat hati Rendra teriris. Diciuminya ubun-ubun Gayatri berkali-kali."Aku tidak p
"Ayo, Sal, tolong antar aku ke Bandara. Mobil kamu mau pergi ya, kok di luar?" tanya Rendra dengan tergesah."Iya, nih, anakku ngajak jalan-jalan sekedar makan di alun-alun."Jawaban Faisal membuat Rendra terdiam. Anak seusia Raditya itu mengajak papanya jalan-jalan. Sementara dia kini merasa makin jauh saja dengan anak semata wayangnya itu.Kepulangannya yang sekejab juga tak membawa kebahagian untuk putranya. Yang ada hanya pertengkaran antara dia dan Gayatri. Seandainya saja saat itu dia tidak menerima Kania yang dipasrahkan ibunya kepadanya, semua cerita suram itu tak akan terjadi. Setidaknya tak separah sekarang, walau dia telah melukai Gayatri dengan tak memberinya ruang untuk menceritakan apa yang dilakukannya selama berbulan-bulan ini, dari mengejar orang yang menjebaknya sampai ke Sumatra dan membeli kebun di sana. Semua itu karena Rendra teramat minder dengan keadaan dirinya yang sudah terpuruk. Hinggah dia bertekad baru mengajak Gayatri setelah semuanya berjalan seperti y
"Sayang, kamu di mana? Mana anak kita? Bolehkah aku bicara dengannya?" Terdengar sura Rendra di alik telpon.Gayatri memandang Raditya yang kini tengah bersama Prayogi dengan sering memanggilnya papa. Rasa tak nyaman, Gayatri khawatir itu terdengar oleh Rendra. Walau bagaimanapun dongkolnya dia kemarin kepada suaminya itu, dia masih berusaha menjaga perasaannya. Gayatri lalu menyingkir sebentar. Selain karena Rendra, juga karena tidak enak dengan Prayogi yang sering melihatnya, bahkan saat Gayatri mengangkat telpon tadi."Tumben kamu telpon, Mas? Ada apa?" Sejenak hati Gayatri senang, kok tumben-tumbennya Rendra menelpon. Namun kata-kata yang terucap di biibrnya tak bisa halus seperti hatinya yang juga merindukan Rendra kemabali seperti duluh."Aku ingin mendengar Radit bicara. Aku kangen.""Bisa kangen juga kamu sama anakmu, Mas.""Baru juga aku menelpon, kamu sudah mengatakan itu. Aku menyesal, saat kita di rumah, yang ada diantara kita hanya pertengkaran. Kita sampai tidak perrnah