It's Me, Your Wife

It's Me, Your Wife

last updateLast Updated : 2022-01-30
By:  Lavender My NameCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.6
31 ratings. 31 reviews
96Chapters
86.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Apa jadinya jika seorang gadis menyamar menjadi si buruk rupa hanya untuk mengetahui kepribadian calon suami yang dijodohkan dengannya? Apa jadinya jika seorang pengacara muda terpaksa menikah dengan gadis buruk rupa yang dijodohkan dengannya? Akankah cinta tumbuh di antara mereka?

View More

Chapter 1

Pilihan

Braakkk!

Suara meja digebrak, menyiutkan nyali Aditya, yang hanya bisa menundukkan kepalanya. Amarah Abraham benar-benar sudah mencapai puncaknya. Ia sudah tidak tahu lagi harus bagaimana meminta putra semata wayangnya agar bersedia meneruskan bisnis IT yang sudah ia rintis berpuluh-puluh tahun lamanya.

“Apa yang kamu harapkan dengan menjadi seorang pengacara?” tanya Abraham menatap tajam Aditya.

Aditya bergeming.

“Tidak bisa menjawab?”

“Papa menawarkan kamu untuk menjadi penerus bisnis Papa, tetapi kamu justru memilih menjadi seorang pengacara. Apa sebaiknya Papa jual saja semua bisnis yang sudah susah payah Papa rintis? Begitu?”

Aditya menghela nafasnya pelan. Ia tidak berani menjawab apa pun pertanyaan papanya, akan tetapi ia tidak juga berminat menggeluti bisnis warisan orangtuanya.

“Baik. Dalam diammu, Papa bisa menarik kesimpulan. Kamu ingin menjadi seorang pengacara bukan?”

Aditya mengangguk dengan semangat. Ia mengira Abraham sudah mengerti dirinya.

“Oke. Silakan pilih universitas mana yang akan menjadi jembatan untuk mewujudkan cita-citamu itu, tapi… pikirkanlah cara untuk membayar semua biayanya, karena Papa tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk kuliahmu!” Kalimat Abraham meninggalkan nyeri di sudut hati Aditya. Ia yang mengira akan mendapatkan dukungan penuh dari sang papa, harus terjungkal dari angannya setelah mendengar ultimatum Abraham yang baru saja ia dengar.

Abraham meninggalkan ruang makan, melangkah tegap dan tegas, menjauh dari sang anak yang tidak juga bersedia mengikuti keinginannya. Ia tidak habis pikir, di saat anak orang lain sangat ingin menjadi penerus usaha orangtuanya, Aditya justru menolak mentah-mentah kesempatan yang ada di depan matanya, memilih menjadi seorang pengacara.

Aditya bangkit dari duduknya, kembali masuk ke kamarnya. Maafkan Adit, Pa. Kali ini Aditya akan berusaha menggapai cita-cita Aditya menjadi pengacara sukses. Aditya akan menunjukkan pada papa dan mama, Aditya bisa mewujudkannya, tekadnya dalam hati.

-0-

Empat tahun lamanya Aditya berusaha mencukupi sendiri semua kebutuhan perkuliahannya. Ia kuliah sambil bekerja. Terkadang ia menjadi tukang cuci piring di rumah makan padang depan kampusnya, atau ikut menjaga warnet kampus milik koperasi mahasiswa kampusnya. Di malam hari, ia akan memberikan les privat pada orang tua yang anaknya mengalami kesulitan  dalam bahasa Inggris atau Matematika.

Hari ini adalah hari wisudanya sebagai lulusan fakultas hukum dengan capaian nilai IPK tertinggi di kampusnya. Senyumnya mengembang sempurna, tapi itu hanya sesaat. Ada sedikit harapan tersemat dalam hati, orangtuanya  hadir  melihat dirinya berhasil lulus dengan nilai sempurna. Akan tetapi, harapan tinggal harapan. Abraham tidak pernah menunjukkan sedikit pun dukungannya kepada putra tunggalnya itu.

Aditya melepas toga dan baju wisudanya. Ia melipat dan segera mengembalikan ke koperasi mahasiswa. Pulang dengan sepeda motor maticnya menembus jalanan yang begitu panas. Setibanya di rumah, ia menggantungkan tasnya di balik pintu kamar, dan bergegas ke ruang makan, mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan.

Hari wisudanya seperti hari-hari biasa. Tidak ada acara selametan yang biasanya diadakan sebuah keluarga sebagai ujud syukur karena sudah berhasil menyelesaikan pendidikan terakhir.

Hari selanjutnya, Aditya mulai melamar pekerjaan ke kantor-kantor advokat di Jakarta. Dalam sebulan hampir sekitar 5o lamaran yang ia sebar, namun belum juga ada jawaban dari kantor -kantor itu. Hingga suatu hari, ada panggilan yang memintanya untuk datang ke kampusnya, mengikuti wawancara sebuah kantor advokasi terkenal di Jakarta. Tanpa seleksi berbelit, Aditya berhasil melewati semua tes yang diberikan dan diterima sebagai pengacara muda di sana.

Empat tahun sudah dirinya berkarir sebagai pengacara muda dengan  karirnya yang terus menanjak. Tanpa terasa, Abraham beranjak  semakin tua dan ingin segera pensiun dari rutinitasnya sebagai pemimpin perusahaan IT. Perbincangan mengenai penerus bisnisnya, yang hampir 8 tahun tidak pernah disinggung, kini diangkat lagi oleh Abraham. 

"Bagaimana pekerjaanmu?" Abraham tiba-tiba menanyakan pekerjaan yang digeluti Aditya setelah sekian lama bersikap acuh. Aditya terkejut. Dengan agak terbata-bata ia menjawab pertanyaan Abraham.

"Ba-Ba-Baikk, Pa." Meski sikap Abraham cenderung dingin terhadapnya, Aditya tetap tidak berani bertingkah melewati batas. Bagaimana pun juga, Abraham adalah sosok ayah yang baik meski terkadang mereka sering terlibat percekcokan seperti sekarang ini.

"Apakah kau pernah memperhatikan Papamu ini?" tanya Abraham dengan nada biasa namun menusuk kalbu Aditya. Aditya menghentikan suapannya. Ia mengangkat kepalanya, melihat ke arah pria yang duduk di seberangnya. Aditya merasa tersudut. Wajah penuh kharisma di hadapannya itu kini mulai banyak keriput, terlihat kuyu dan begitu kelelahan. Aditya menundukkan kepalanya.

"Sekarang, apakah Papamu yang sudah mulai bau tanah ini boleh meminta satu permohonan padamu?" 

Aditya mulai merasa semakin bersalah. Perasaannya pun menjadi tidak enak. Tanpa sadar, ia menganggukkan kepalanya.

"Apakah jawabanmu akan sama seperti delapan tahun yang lalu? Tidak akan mengabulkan permintaan Papa, menjadikanmu sebagai pemimpin perusahaan IT rintisan Papamu ini?"

Aditya mendesah kesal dalam hati. Instingnya benar-benar tepat, dan ayahnya sudah berhasil menyudutkannya hingga merasa bersalah karena sudah menolak permintaannya.

"Maaf, Pa. Jawaban Aditya tetap sama."

"Baik, kalau begitu. Jika kamu memang benar-benar cinta mati dengan pekerjaanmu itu, maka Papa harap kamu mau mengabulkan permintaan Papamu untuk  yang terakhir kali."

Aditya menatap Abraham. "Maksud Papa apa?" 

"Silakan kamu geluti pekerjaanmu sebagai pengacara, tapi dengan syarat, kamu harus bersedia menikah dengan anak dari sahabat Papa."

Deg. Aditya tidak tahu harus memberi respon seperti apa. 

"Menikah? Papa ingin menjodohkan Aditya begitu?" Pengacara muda itu mengulangi pernyataan sang papa.

"Seperti itu." Abraham menjawab singkat.

"Pa.. Papa tidak bisa semena-mena seperti itu," Aditya protes.

"Atau jika kamu keberatan, kamu besok harus sudah hadir di kantor Papa." Abraham mulai menunjukkan sikap otoriternya yang tidak ingin dibantah.

"Bagaimana? Atau kamu ingin Mama kamu pergi dari sisimu untuk selamanya?" Pria setengah tua itu mulai menggunakan kelemahan Aditya.

"Pa!" seru Aditya gelisah.

"Tolong kamu pikirkan baik-baik. Pilihanmu hanya ada dua. Papa ingin jawabanmu satu jam lagi."

Abraham meinggalkan ruang makan, menyusul Lisa, istrinya yang sudah lebih dulu menyelesaikan makan malamnya dan kini sedang menonton televisi.

Aditya meletakkan sendok dan garpunya. Nafsu makannya menguap begitu saja seiring permintaan yang diajukan Abraham.

Apa-apaan ini! Batin Aditya. Apa sih yang sedang ada di pikiran papa?

Menikah bukan sekedar ijab lalu selesai. Papa kan jelas-jelas paham itu.  Waktu yang diberikan padanya hanya satu jam, dan itu tidaklah cukup, dua pilihan yang sama beratnya.

Aditya mengacak-acak rambutnya. Apa yang harus ia lakukan? Apa dirinya kabur saja dari rumah, ketimbang memilih salah satu, yang semuanya tidak ingin ia lakukan, paling  tidak untuk dilakukan dalam  waktu dekat.

Ia juga tidak tertarik menjadi ceo perusahaan IT milik papanya, yang menurutnya tidak menantang sama sekali.

Ia belum ingin menikah. Dirinya masih ingin menikmati kesendiriannya dan sensasi melewati berbagai tantangan untuk menjadi pengacara terkenal

Gadis seperti apa yang akan dijodohkan dengannya. Setidaknya, gadis itu haruslah cerdas dan cantik, agar bisa mengimbangi dirinya, dan yang terpenting, tidak banyak bicara. Ia paling benci dengan gadis yang  cerewet.

Aaaargh! Otaknya mendadak buntu.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
94%(29)
9
0%(0)
8
3%(1)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
3%(1)
1
0%(0)
9.6 / 10.0
31 ratings · 31 reviews
Write a review
user avatar
blue rose
lumayanlah
2023-05-02 15:42:59
1
user avatar
MARETTA
pemuda yang tidak terduga
2022-03-15 21:00:33
2
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-01-28 22:09:30
1
user avatar
Zaiza
Love this story .........
2022-01-19 22:46:15
1
user avatar
regar cinta
gk ada lanjutx lagi kah... sampai prusahan pindah tangan gitu
2022-01-16 02:14:07
2
user avatar
SUTRIWATI Silalahi
Kenapa langsung end Thor, tambah LG dong, cerita tentang kebahagiaan alleya dan aditia
2022-01-15 13:33:26
1
user avatar
Sri Wahyuni
bagus ceritanya.......
2022-01-14 07:26:24
1
user avatar
regar cinta
hah tanggung kali bacax...jancuk ehhh
2022-01-14 04:59:59
1
user avatar
regar cinta
mahal kali buka bab...jadi mikir mau lanjut
2022-01-12 07:43:56
1
default avatar
nindyarorasalecha
kpn up lagi thor
2022-01-09 13:48:19
2
user avatar
Arsenerka
Go go go... Ditunggu updatenya thor
2022-01-04 17:24:02
1
user avatar
Zaiza
Love this story
2021-12-30 21:31:54
2
user avatar
Ayzahran
cepat up Thor!
2021-12-24 09:12:39
2
user avatar
KSATRIA PENGEMBARA
ini harus ada season 2 nya ini It's Me, Your bojo keren kak lanjut... i see u
2021-12-17 08:53:48
1
user avatar
Alfarin
Tulisannya rapi banget, bikin betah baca.... lanjutkan, Mbaa... ......
2021-12-17 06:33:16
2
  • 1
  • 2
  • 3
96 Chapters
Pilihan
Braakkk!Suara meja digebrak, menyiutkan nyali Aditya, yang hanya bisa menundukkan kepalanya. Amarah Abraham benar-benar sudah mencapai puncaknya. Ia sudah tidak tahu lagi harus bagaimana meminta putra semata wayangnya agar bersedia meneruskan bisnis IT yang sudah ia rintis berpuluh-puluh tahun lamanya.“Apa yang kamu harapkan dengan menjadi seorang pengacara?” tanya Abraham menatap tajam Aditya.Aditya bergeming.“Tidak bisa menjawab?”“Papa menawarkan kamu untuk menjadi penerus bisnis Papa, tetapi kamu justru memilih menjadi seorang pengacara. Apa sebaiknya Papa jual saja semua bisnis yang sudah susah payah Papa rintis? Begitu?”Aditya menghela nafasnya pelan. Ia tidak berani menjawab apa pun pertanyaan papanya, akan tetapi ia tidak juga berminat menggeluti bisnis warisan orangtuanya.“Baik. Dalam diammu, Papa bisa menarik kesimpulan. Kamu ingin menjadi seorang pengacara bukan?”
last updateLast Updated : 2021-09-21
Read more
Syarat Alleya
  Seorang gadis cantik menuruni satu per satu anak tangga dengan begitu anggun. Rambut lurus hitam legamnya melambai tertiup angin yang berebut masuk dari pintu utama rumah bernuansa modern itu.    Ketika langkah kakinya menapaki anak tangga terakhir, dirinya dikejutkan oleh panggilan kakak pertamanya, Bima.   "Al!"    Gadis itu mengangkat kepalanya. Seketika senyum sempurna mengembang di wajah ayunya. Ia  melangkahkan kakinya dengan penuh semangat. "Kakak!" serunya menghambur ke dalam pelukan pria berjambang lebat, dengan rambut pendek sedikit ikal itu. Bima tertawa bahagia. Adik bungsu kesayangannya ini benar-benar merindukan dirinya. Mereka melepas rindu dalam pelukan penuh haru.   "Mana Kak Nita? Trus Baby J mana? Kok nggak diajak sih Kak? Nggak tau apa kalau Al kangen banget sama Si Endut itu?" Gadis bernama Alleya itu memajukan bibirnya, bersungut kesal karena tidak
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more
Tertipu
Rita kembali menghubungi putrinya, namun hingga panggilannya yang ke sepuluh, tidak juga di angkat Alleya. Perasaannya mulai cemas. Pergi kemana anak gadisnya itu. Bima dan Ryan juga belum menampakkan batang hidungnya. Kelihatannya mereka masih belum bangun dari tidurnya. Riita sudah menyiapkan gaun mana yang akan dipakai di acara makan malam nanti.   Alleya buru-buru memarkirkan mobil kecilnya di garasi luas rumah orang tuanya. Ia melangkah masuk dengan tergesa. Dirinya hampir lupa, jika pertemuan dengan pria yang akan dijodohkan dengannya, diadakan hari ini.   "Mama!" Sapanya ketika tampak di ruang tamu sosok mamanya yang tengah menggengam erat ponsel di tangan kanannya.   "Alleya!! Kemana saja kamu ini?" tegur Rita setengah kesal.   "Maaf, Ma. Toko tadi sedang ramai, jadi Al hampir lupa dengan acara nanti malam," jawab Alleya, menundukkan kepalanya, merasa bersalah.   Rita men
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more
Kencan Pertama
  Alleya menatap meja yang penuh dengan hidangan jawa. Dengan semangat empat lima, Alleya mengambil menu kesukaannya dan mulai menikmatinya dengan sepenuh jiwa. Ia tidak memperhatikan kedatangan Aditya.     Semua orang di meja itu menikmati hidangan yang tersaji, kecuali Aditya yang masih berusaha menerima kenyataan yang ada.   "Mari, Nak Aditya. Jangan menunggu makanannya menjadi dingin," ajak Rudy kepada Aditya yang menatap kosong piringnya.   "Oh, eh, iya Om,"Aditya menjawab dengan salah tingkah diikuti tatapan tidak suka Ryan dan Bima. Ia mulai mengisi piringnya dengan sedikit nasi dan beberapa sayur.    "Sedang diet ya?" tanya Bima menyindir Aditya.   "Hah? Oh, nggak Kak. Tadi di rumah sudah sempat mengisi perut dan sekarang masih agak kenyang." Aditya keder juga melihat tatapan tidak suka kedua kakak calon istrinya itu. Apakah sikapnya tadi sudah
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more
Kau Bukan Levelku
  Alleya hanya diam saja saat mobil Aditya meluncur meninggalkan restoran tempat mereka makan siang bersama hari ini.   "Setiap hari, aku akan mengajakmu makan siang bersama. Jadi, tidak perlu aku jemput seperti tadi. Jam 12 tepat, aku sudah berada persis di depan rukomu, dan aku harap dirimu sudah ada di sana."   Alleya sebenarnya malas menanggapi perkataan Aditya, tapi demi tata krama, ia membalas dengan anggukan kepala tanpa bicara apa-apa. Aditya terus membawa mobilnya, mengantarkan Alleya kembali ke rukonya.    Alleya membanting pintu ruangannya. Huuh! Dasar sok ganteng! Andai bukan permintaan papa mamanya, ia tidak ingin menerima ajakan Aditya untuk makan siang bersama. Anak tetangga yang sedang kelaparan di jalan? Sialan! Pekik Alleya, sambil melepas topeng bopeng dari wajahnya. Ia mengipasi dirinya dengan majalah mode bulan ini.    Jika tidak sedang dalam rangkaian peny
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more
Teriakan Tamu Tak Diundang
    Kau bukan levelku.   Perkataan Aditya terus terngiang-ngiang di telinga Alleya. Ia berguling-guling di atas pembaringannya.   Kau bukan levelku!   Emosi Alleya meletup-letup di kepalanya. Ia menutup wajahnya dengan bantal sambil menghentak-hentakkan kakinya di atas pembaringannya.   Kau bukan levelku!!    Aaaaaaarrrrrggghhhh!   Alleya berteriak.   Ia lantas menghentikan aksinya. Bangun dari tidurnya, meraih secarik kertas dan pena, yang ada di atas meja kecil di samping pembaringannya, menuliskan nama Aditya di kertas itu, dengan penulisan huruf kapital. Ia lalu berjalan membuka laci meja kecil, mengeluarkan selotif bening besar, kemudian menempelkan kertas itu di atas gulingnya. Ia mengikat gulingnya dengan syal yang kebetulan berada di samping bantal, lalu menggantungkan kain syal yang sudah sedem
last updateLast Updated : 2021-10-04
Read more
Terpaksa
    Alleya terpaksa mengijinkan Aditya ikut dalam acara joggingnya minggu ini. Niat hati ingin nongkrongin tetangga ujung blok, malah ia harus kembali melakukan penyamaran karena kedatangan Aditya yang tiba-tiba.   Sebenarnya ia ingin meninggalkan Aditya yang masih syok, karena terkejut melihat dirinya yang menggunakan masker tepung. Akan tetapi, Rita, sang mama, memaksa agar dirinya menunggu Aditya, dan mengajak calon mantunya itu ikut berjogging bersama.    Ditengah rasa kesalnya, Alleya mendadak senyum-senyum dan tertawa sendiri. Bayangan wajah Aditya yang begitu terkejut saat melihat wajah putihnya, terus membayang di benaknya. Dia benar-benar tidak menyangka, jika pria sok tampan di depannya ini, ternyata seorang yang penakut.    Merasa dirinya menjadi bahan tertawaan oleh Alleya, Aditya langsung memutar badannya  menatap Alleya dingin.    "Puas tert
last updateLast Updated : 2021-10-08
Read more
Kencan Kedua
    Aditya sedang mengantri tiket menonton bioskop yang mulai mengular sejak dirinya bergabung dalam barisan antrian. Sedangkan Alleya duduk manis menunggu sang kekasih yang sedang berjuang mendapatkan tiket untuk mereka berdua. Antrian segini banyak, kapan filmnya akan  mulai diputar, rutuk Aditya yang berdirinya mulai gelisah.      Alleya mengetuk-ketukkan ujung ponselnya ke keningnya. Ia sedang memikirkan, dari sekian banyak  rencana yang ia dapat dari Nia, mana yang akan ia praktekkan hari ini. Kesempatan terbuka lebar tapi dirinya justru belum siap mengeksekusi salah satu dari sekian banyak rencana yang sudah ia dapatkan dari asisten tokonya. Lihat saja, aku akan membuatmu mundur teratur, hingga akhirnya membatalkan rencana perjodohan mereka. Alleya terkekeh-kekeh sendiri membayangkan hal itu, membuat Aditya yang masih mengantri dan melihat Alleya, menatapnya tajam tanpa berkedip.    Su
last updateLast Updated : 2021-10-09
Read more
Dimana Topengku?
    "Mama...!" panggil Alleya pagi itu. Rita yang sedang sibuk mencabuti rumput yang mengganggu beberapa tanaman hias kesayangannya, menengok ke belakang mencari bayangan putrinya.    "Ada apa? Pagi-pagi kok sudah berteriak-teriak mengejutkan orang." Rita melihat putrinya yang berjalan ke arahnya, tampak sedang kebingungan.     "Mama, lihat topeng Al tidak?" Alleya gusar setengah mati. Ia sama sekali tidak menemukan topengnya, padahal satu jam lagi si balok es akan datang menjemputnya.   "Lah, semalam Al taruh di mana? Mama nggak lihat. Bukannya Al melepasnya di kamar mandi kamar Al?" Rita meletakkan rumput-rumput hasil berkebunnya ke tong sampah.   "Iya, semalam Al taruh di washtafel kamar mandi, tapi kok sekarang tidak ada," gumam Alleya.    "Coba dicari sekali lagi. Jangan-jangan sudah Al simpan di laci tapi Al lupa." Rita mengajak
last updateLast Updated : 2021-10-10
Read more
Dimana Topengku? (2)
    Rita bergegas masuk kembali ke kamar Alleya. Ia mencari topeng yang menurut Alleya, semalam ia letakkan di washtafel kamar mandi. Seluruh sudut ruang dalam kamar Alleya ia periksa, lemari ia buka, tumpukan buku-buku pun tidak luput dari sasarannya, namun hasilnya nihil. Satu jam lebih dirinya mencari tapi tak kunjung menemukan topeng itu. Rita terduduk di sisi pembaringan Alleya. Ia sekali lagi mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi ruang, mungkin saja ada bagian yang terlewatkan, tetapi tetap saja hasilnya nihil. Dengan berat hati, Rita keluar dan menutup kembali kamar Alleya.   Ia tidak dapat membayangkan betapa kecewa Alleya, saat putrinya itu tahu, jika dirinya tidak berhasil menemukan topeng buruk rupa yang dimaksud.     Suara mesin mobil dimatikan tertangkap oleh indera dengar Rita, yang kemudian melangkah cepat mendekat ke garasi. Dilihatnya Alleya keluar dari mobil dengan wajah kuyu dan tidak
last updateLast Updated : 2021-10-13
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status