"Masa saya harus menunggu Bapak di dalam sana terus dan saya bisa buang air besar di tempat tidur dong Pak!" Tapi sudah kepalang! Karena tidak mau lagi menahan rasa malunya Aida langsung berceloteh begitu tak peduli dengan wajah seseorang yang tidak lagi bersahabat di hadapannya.
"Itu lebih baik daripada kamu merangkak ke sini sendirian!" Reiko bicara, sambil mendekat dan langsung memegang kedua tangan Aida membuka telapak tangannya dan memperhatikannya.
"Debu, jamur, bakteri, kotoran!" Mata itu memicing sempurna kepadanya.
"Apa kamu pikir kuman dan bakteri yang ada di sini tidak bisa masuk ke tubuhmu? Kenapa tak mengindahkan kata-kataku, hmmm?"
"Apa semua wanita yang seumuran sama Reti dan Rukma harus Bapak kecup dahinya?"Kesel Aida tadinya dia tidak mau menimpali. Tapi karena tak tahan, akhirnya dia bicara.Untung saja saat Aida bicara dia sudah bisa mengendalikan dirinya sehingga tidak menangis lagi."Hmm, pilih-pilihlah. Yang cantik boleh. Kalau yang…""Ish." Aida mencibir. Malas dia mendengar lanjutan dari ucapan Reiko."Ya, gimana, masa kalau nggak cantik aku mau mengecupnya? Bau keringet, ogah. Mau yang bersihlah. Enak aja sembarangan cewek."&nbs
"Bee, tumben kamu jam segini turun?""Aku aus, sayang! Jadi aku ke sini. Tadi aku lihat di ruang kerja kamu juga kosong kok, tahunya kamu ada di sini?"Tak biasanya Brigita nengok-nengok ke ruang kerja Reiko. Membuat pria itu bergidik."Oh, hmm. Ruang kerjaku kosong lah karena akunya kan memang ada di sini, akunya!" Ada senyum yang diuraikan di bibir Reiko dan dia masih bersikap tenang!Satu hal kelebihan dari pria itu saat panik melanda dia benar-benar bisa mengatur kondisi dirinya untuk tidak diperlihatkan di hadapan lawan bicaranya.Sama seperti yang Rei
Syukurlah Bee belum bangun.Ada lega dalam hati Reiko melihat Brigita masih terlelap ketika dia masuk ke dalam kamarnya. Padahal tadi dia cukup ketar-ketir karena agak lama di kamar Aida.Biarkan saja dululah. Aku siap-siap dulu.Tapi Reiko tak mau membangunkannya dan memilih untuk menyiapkan dirinya sendiri. Dan ini sebetulnya baru pertama kali dilakukan oleh Reiko.Biasanya kalau ada Brigita mereka selalu mandi bersama."Kamu baru bangun, Bee?"
"Jadi aku belum bisa jalan?"Dan gumaman itu berbarengan dengan suara seseorang yang menjawab bersama dengan wajahnya yang terlihat sedikit frustasi dan sedih.Hah, kalau aku tidak akan pergi ke Mesir maka aku berharap sebulan kamu tidak bisa jalan dulu! Simpan semua sedihmu itu!Tapi tidak dengan pria yang berdiri di ruangan yang sama. Dia justru berbisik seperti ini di saat yang bersamaan Alif bicara…."Kalau bisa hindari jalan-jalan dulu ya. Mungkin tiga hari lagi kemungkinan sudah bisa jalan pelan. Tapi kalau kamu gak banyak jalan, gak terlalu banyak aktivitas, ini bisa cepat sembuh dan bisa jalan lagi. Soal
Apa dia sekarang meninggalkanku ke kantor?Aida yang tadi belum sempat bertanya pada Reiko tentu saja menduga seperti ini apalagi melihat pria itu sudah membawa perlengkapan kerjanya seperti laptop dan beberapa berkas meski masih ada beberapa berkas juga yang ditinggalkannya."Haaah!"Aida hanya menghempaskan napas ketika dia menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur dan melihat ke arah kaki dan tangannya bergantian."Pergi ke puncak?" Aida diam dan memikirkan ini sebelum senyum kembali muncul di bibirnya."Pasti dia bercanda aja tuh! Karena nggak mungkin dia bawa aku ke sana.
"Malah ini kebab yang paling enak yang saya makan Pak!"Saat Reiko menghempaskan tubuhnya duduk di pinggiran tempat tidur, tanya itu membuat Aida segera menggelengkan kepalanya dan menjawab cepat macam tadi."Kalau enak habiskan!""Bapak belum makan. Dan kalau Bapak nggak makan yang ini, nanti kalau Bapak buatkan saya makanan lagi, saya mogok makan. Saya ndak mau makan!""Berani ngancem kamu?" Reiko bicara sambil tangannya bergerak memegang kancing baju di paling atas pakaian Aida, karena dia ingin menggantikan pakaiannya.Tentu saja Reiko juga sudah memind
"Istri kontrak!" Sudah tahu kalau Reiko sedang menunjukkan wajahnya yang tidak sedang bercanda tapi Aida justru masih berani untuk menantangnya dengan kalimat barusan. Meski lirih dan pelan, hanya senyumnya saja yang menggatalkan emosi Reiko. "Mau istri kontrak, mau istri apapun yang kamu pikirkan terserah! Tapi yang pasti kamu masih terikat denganku dan jangan coba-coba mengemis pada orang lain jika menginginkan sesuatu!" Tegas Reiko yang membuat Aida mencibir, tapi pria itu sudah tak peduli dia sudah mengangkat baki makanan itu keluar dari kamar Aida. Tentu saja dengan wajahnya yang masih bermuram durja.
Apa dia sedang marah padaku karena aku membahas masalah hubungan diantara kami dan membawa-bawa nama ratu lebah?Aida tak tahu. Tapi itu yang ada dalam benaknya ketika Reiko membawanya keluar dari lift dan tak bicara apapun.Aida juga sempat meliriknya, dia hanya berjalan dengan tatapan mata lurus ke depan tanpa memperhatikannya.Tapi dia duluan yang membuat masalah denganku. Kalau dia tidak bilang aku harus memanggilnya Mas di dalam lift tadi itu, aku juga tidak akan terpancing. Dia bukan yang mengatakan kalau kami tidak boleh membahas masalah hubungan kami di luar tapi kenapa dia malah memarahiku saat aku memanggilnya Pak? Jadi yang harus disalahkan dia kan?&