"Malah ini kebab yang paling enak yang saya makan Pak!"
Saat Reiko menghempaskan tubuhnya duduk di pinggiran tempat tidur, tanya itu membuat Aida segera menggelengkan kepalanya dan menjawab cepat macam tadi.
"Kalau enak habiskan!"
"Bapak belum makan. Dan kalau Bapak nggak makan yang ini, nanti kalau Bapak buatkan saya makanan lagi, saya mogok makan. Saya ndak mau makan!"
"Berani ngancem kamu?" Reiko bicara sambil tangannya bergerak memegang kancing baju di paling atas pakaian Aida, karena dia ingin menggantikan pakaiannya.
Tentu saja Reiko juga sudah memind
"Istri kontrak!" Sudah tahu kalau Reiko sedang menunjukkan wajahnya yang tidak sedang bercanda tapi Aida justru masih berani untuk menantangnya dengan kalimat barusan. Meski lirih dan pelan, hanya senyumnya saja yang menggatalkan emosi Reiko. "Mau istri kontrak, mau istri apapun yang kamu pikirkan terserah! Tapi yang pasti kamu masih terikat denganku dan jangan coba-coba mengemis pada orang lain jika menginginkan sesuatu!" Tegas Reiko yang membuat Aida mencibir, tapi pria itu sudah tak peduli dia sudah mengangkat baki makanan itu keluar dari kamar Aida. Tentu saja dengan wajahnya yang masih bermuram durja.
Apa dia sedang marah padaku karena aku membahas masalah hubungan diantara kami dan membawa-bawa nama ratu lebah?Aida tak tahu. Tapi itu yang ada dalam benaknya ketika Reiko membawanya keluar dari lift dan tak bicara apapun.Aida juga sempat meliriknya, dia hanya berjalan dengan tatapan mata lurus ke depan tanpa memperhatikannya.Tapi dia duluan yang membuat masalah denganku. Kalau dia tidak bilang aku harus memanggilnya Mas di dalam lift tadi itu, aku juga tidak akan terpancing. Dia bukan yang mengatakan kalau kami tidak boleh membahas masalah hubungan kami di luar tapi kenapa dia malah memarahiku saat aku memanggilnya Pak? Jadi yang harus disalahkan dia kan?&
Dan dia tidak mencoba sedikit saja minta maaf padaku atau menanyakan kesalahannya atau minimal berusaha untuk membuat dirinya lebih baik di hadapanku?Reiko makin jadi emosinya merasa tak dipedulikan dan dicuekin.Enak aja sih dia? Gak punya manner! Bukankah ini semua kesalahannya? Sudah dikatakan kalau harus memanggilku siapa di luar tapi tetap menjadikan ini bahan guyonan!Minimal Reiko ingin sedikit memberikan pelajaran dan menegur wanita yang terlelap itu. Reiko tak tahu bagaimana menahan emosinya saat tahu ditinggal tidur. Makin jadi kesal dan marahnya.Apa Dia pikir dia ini majikanku makanya
"Siapa gadis itu, Sandi?"Tanya yang keluar dari bibir seseorang saat dirinya melihat Aida mengeluarkan kepalanya dari jendela."Apa dia mau kabur Raditya? Kenapa dia mengeluarkan kepalanya dari jendela?"Tapi sebelum sandi menjawab pertanyaan itu diberikan oleh seorang wanita yang duduk di samping pria yang bertanya lebih awal dan tentu saja merupakan suaminya."Aku tidak tahu Denada. Aku tidak mengenalnya makanya tadi aku tanya Sandi!""Apa dia mau kabur karena mau dijual padamu Raditya?
Sial, mau bilang apa sekarang dia disuruh turun? Ulahnya selalu ada-ada saja.Bukan hanya hati Aida yang ketar-ketir tapi Reiko juga sama, makanya hatinya gemas.Jangan pernah lupakan kalau Radit sudah pernah mencari tahu tentang latar belakang Reiko. Dia pasti tahu siapa Brigita, termasuk bagaimana wajahnya. Radit tahu Aida bukan kekasih Reiko. Makanya Reiko khawatir berlebihan.Dia sangat tidak suka dengan perselingkuhan. Tapi aku memang tidak selingkuh dengan siapapun.Reiko tahu dia tidak bersalah. Dalam kasus ini semuanya hanyalah kesalahpahaman tapi bagaimana dia harus menjelaskan ini pada Radit? Ya mesk
"Nah, Aida, duduk dulu ya di sini."Nada memilih membawa Aida ke ruang tengah."Ayah, kenalin ini namanya Aida. Ini sepupunya Pak Reiko."Ehm...jadi kau Reiko Byakta yang dulu kecil itu kan, putranya Endra Adiwijaya?"Tanya yang membuat Reiko mengangguk dengan senyum masih ada di bibirnya saat dia mendudukkan Aida di salah satu sofa."Iya benar sekali Pak Bambang! Lama tak bersua, bagaimana kabarnya?"Agak canggung Reiko karena dia tidak menyangka kalau dia akan bertemu dengan
"Raditya."Sampai kaget Nada ketika mendengar suaminya memekik begitu dan sudah menghempaskan tangannya dengan kasar, mendekat pada Reiko.Padahal Radit tidak pernah sebegitunya biasanya pada Nada.Ini pengecualian."Berikan anakku kepadaku."Dan sambil Radit bicara begini tadilah Nada menyeletuk. Membuat Reiko juga tak enak hati."Kamu kok nggak sopan banget sama orang, Raditya?""Ibu, ini urusann
"Oh, bukan Pak Raditya, ini bukan janji," ucap Reiko cepat.Dirinya jadi serba salah dan memang ada sesuatu yang penting dari alarm yang dibuatnya itu yang tak bisa dijelaskan untuk menghemat waktu."Pak Sandi," Reiko segera mengalihkan pandangannya pada Sandi."Mohon maaf, Saya pergi ke depan sebentar bisa? Ada sesuatu yang harus Saya ambil di dalam mobil."Reiko tak biasanya melupakan sesuatu, tapi hari ini berbeda."Oh, silakan Pak."Tentu saja Sandi tidak mempermasalahkan s