"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Kamu Wanita cacat! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Bagaimana bisa pria seperti Reiko Byakta Adiwijaya yang begitu terpelajar, terlihat bijaksana dan dewasa menyentaknya dan bicara seperti itu? "Jadi semua sandiwara? Pernikahan ini karena kalian menuruti kakek Adiwijaya saja?" "Hmm. Jadi jangan berpikir aku menyukaimu! Maaf ya, aku pria normal. Wanita tanpa dua yang menonjol, sangat menjijikkan! itu kayak aku tidur sama laki-laki." Perih tak berdarah di hati Aida ketika mendengar desis Reiko. Pria yang tampak sangat penyayang dengan senyum selalu merekah, bahkan datang ke keluarganya bersama kakeknya Adiwijaya dan orang tuanya ke rumah Aida baik-baik untuk mempersuntingnya begitu lembut tutur katanya. Aida juga jelas sekali mendengar dia tak sama sekali keberatan dengan kondisi fisik Aida. Tapi lihat sekarang. Baru beberapa jam rasanya ijab qabul berlalu dan Aida diboyong ke Jakarta oleh keluarga Adiwijaya, semua berubah. Di rumah orang tua Reik
"Ah, kamu sudah terlanjur jatuh cinta ya denganku?"'Ini orang ga tau malu, ya? Di sindir malahan bukannya intropeksi malah nuduh? Gila sih kalau aku sampe jatuh cinta setelah tau busuknya!'Di saat Aida masih bermonolog sambil berpikir untuk menanggapi Reiko, pria itu secepat kilat menyambar, menjawab nyinyirannya:"Aku penasaran, coba katakan apa yang membuatmu jatuh cinta padaku?""Kagum tepatnya. Tapi ternyata intuisiku benar. Anda itu Iblis berwujud malaikat." "Hahaha. Boleh juga pemilihan kata dan imajinasimu, cocok kamu ikutan menulis karya sastra, buat novel judulnya Pembantu Berstatus Istri," cibir Reiko dengan wajahnya masih menahan tawa di saat Aida terlihat jengkel."Tapi terima kasih atas pujiannya," lanjut Reiko lagi yang kini bicaranya lebih stabil. "Aku memang tampan, jadi aku pasti memilih wanita yang cantik tanpa cacat untuk mengisi hatiku. Jadi jangan banyak bermimpi aku menyukaimu," seru Reiko yang terlihat sangat PD dan tak terpengaruh dengan insinuasi sedikit
"Wah, kalau begitu dia harus memanggilku dan Rukma dengan sebutan nona juga dong, mas Reiko? Hehehe."Itu adalah suara Retisalya Adiwijaya, adik Reiko. Reti adalah kakak Rukmasara Adiwijaya. Usia Reti sama seperti Aida. Sedangkan Rukma, setingkat di atas Arum, adik Aida.Sebelum tiba di rumah Endra, kedua putrinya ini memang terlihat pendiam sama seperti Reiko. Paras mereka yang ayu lebih mirip dengan Rika, serta kulit mereka yang kuning langsat membuat keduanya terlihat anggun, sangat Indonesia dan terkesan ramah. Suara mereka tak kalah lembut dan merdu, seperti Rita saat bicara. Sungguh melenakan Aida saat bertemu dan bicara dengan mereka sebelum pernikahan.'Tapi itu semua sama saja, hanya kedok. Iblis semua isinya di rumah ini!'Aida sudah tak terkejut juga medengar cemoohan dari keduanya. Justru dia menunggu apalagi bully-an yang akan diperolehnya."Ini bukan waktunya bercanda Reti. Mas sedang buru-buru. Dan kamu Aida, cepat lakukan apa yang aku perintahkan."Tapi justru Reiko ya
"Jangan menjawab! Aku gak lagi becanda!"Benar dugaan Aida. Reiko memang marah besar. Tapi salahkah dia? Memang di mana ada spa cuma seperempat jam?"Kamu tahu, aku banyak pekerjaan yang belum selesaikan! Karena pernikahan sial itu pekerjaanku jadi terbengkalai," desis Reiko lagi sebelum sempat Aida menjawab. "Dan kamu buang waktuku sampai seperempat jam kaya orang bodoh nungguin begini!" Reiko sudah bicara lagi.Segitu juga Aida tadi sudah terburu-buru. Tapi tetap saja ini terlalu lama untuk Reiko. Pria itu menggerutu dan marah. Aida yakin dibutuhkan waktu lebih lama untuk membersihkan riasan wajah pengantin. Seperempat jam waktu yang digunakannya seakan berdasar. Karena Aida juga harus membuka pakaiannya dari kain jarik, kebaya, dan pernak pernik lainnya. Mungkin ibu-ibu tahu, sudah sangat cepat bukan membersihkan wajah dan melepaskan kebaya pengantin dalam waktu seperempat jam? "Kenapa diam saja?"Tapi Rika yang notabene sering memakai jarik dengan atasan kebaya, dia bahkan tak
"Saya memang merasa bukan wanita yang menarik." Aida menjawab cepat."Tapi saya pensaran saja, seiseng apa owner dari apartemen ini sampai menaruh CCTV di setiap ruangan? Apa dia mau mengintimidasi tamunya?" desis Aida menambahkan."Wah, picik sekali pikiranmu tentang aku?" dan jelas membuat Reiko bersedakep, kesal."Pengalamanku seharian ini melihat skenario yang dibuat keluargamu dan dirimu terhadapku dan keluargaku, memang memaksaku untuk berpikir picik, Pak Reiko."Hati boleh sakit mendengar untaian kalimat sarkas Reiko. Tapi Aida menimpalinya dengan sangat anggun memutar kata. Dia juga memberikan seutas senyum di bibirnya, tak sama sekali merasa terganggu dengan tatapan sinis dari pria berstatus suaminya itu."Semua tempat di rumah ini kecuali kamar-kamar tamu, kamar mandi tamu, itu tidak ada CCTV-nya. Aku tidak berniat menguntit tamuku, mengerti?"Malas sebenarnya Reiko menjelaskan detail begini. Tapi memang Reiko tak mau ada kesalahpahaman yang menggiring opini. "Inget!" tamba