Share

Istri yang Tak Sempurna
Istri yang Tak Sempurna
Penulis: Ri Chi Rich

TANPA DUA KEISTIMEWAAN

"Kamu Wanita cacat! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?"

Bagaimana bisa pria seperti Reiko Byakta Adiwijaya yang begitu terpelajar, terlihat bijaksana dan dewasa menyentaknya dan bicara seperti itu?

"Jadi semua sandiwara? Pernikahan ini karena kalian menuruti kakek Adiwijaya saja?"

"Hmm. Jadi jangan berpikir aku menyukaimu! Maaf ya, aku pria normal. Wanita tanpa dua yang menonjol, sangat menjijikkan! itu kayak aku tidur sama laki-laki."

Perih tak berdarah di hati Aida ketika mendengar desis Reiko. Pria yang tampak sangat penyayang dengan senyum selalu merekah, bahkan datang ke keluarganya bersama kakeknya Adiwijaya dan orang tuanya ke rumah Aida baik-baik untuk mempersuntingnya begitu lembut tutur katanya. Aida juga jelas sekali mendengar dia tak sama sekali keberatan dengan kondisi fisik Aida.

Tapi lihat sekarang. Baru beberapa jam rasanya ijab qabul berlalu dan Aida diboyong ke Jakarta oleh keluarga Adiwijaya, semua berubah. Di rumah orang tua Reiko, dia sudah disentak saat memasuki ruang tamu. Kedua orang tua Reiko langsung meminta putranya menjelaskan status Aida di balik pengetahuan Adiwijaya.

Bagaimana Aida tak murka dirinya hanya diperalat?

"Kalau begitu aku tidak mau terikat permainanmu dan keluargamu. Ceraikan aku!" sengit Aida menantang tak mau kalah.

"Hmm. Menceraikanmu, artinya kamu tidak akan mendapatkan biaya sekolah untuk adikmu Lingga, Arum dan Lestari."

Nah, ancaman ini membuat Aida bagai tersambar petir. Adiwijaya, kakek Reiko berjanji, selama Aida mau menikah dengan cucunya, maka biaya ibu dan adik-adiknya termasuk sekolah mereka akan ditanggung. Kalau Aida batal menikah, apa yang akan terjadi dengan pendidikan adiknya?

'Kenapa juga kakek Adiwijaya harus begitu baik pada kami dan begitu yakin aku paling cocok buat cucunya padahal banyak kekuranganku dan cucunya juga ga mau sama aku?'

Aida tak tahu apa alasan pria paruh baya itu selalu menyokong anggota keluarganya selepas ayahnya jatuh sakit hingga pria itu meninggal. Bahkan setelah semua harta mereka habis, untuk berobat dan operasi Aida yang terkena penyakit seperti ayahnya, hanya bedanya ayahnya kanker hati dan Aida di payudara bisa sembuh karena semua disokong Adiwijaya.

"Lagi mikir, hmm?"

Aida tersentak lagi dengan Reiko yang menyindirnya.

"Pernikahan bisa batal. Tapi bagaimana ibumu yang sudah menikahkanmu dengan saksi pak RT, wakil RT juga keluargamu itu? Apa mereka tidak akan malu di kampung?"

Nah iya, Aida memang tak bisa egois. Saat tadi malam Aida ingin membatalkan pernikahan karena insecure fisiknnya, asma ibunya kambuh. Ratna sesak napas, pucat dan hampir pingsan. Ibunya sudah berpikir kalau Reiko adalah pria sempurna. Keluarga mereka juga banyak berhutang budi pada keluarga Adiwijaya.

"Harusnya kamu menolak kalau memang tak mau menikah denganku!"

"Kakekku hampir mati karena kena serangan jantung karena aku menolak. Sampai akhirnya papa aku membuat skenario ini." Reiko kembali menegaskan sambil menatap Aida yang duduk di seberangnya.

"Keluarga intiku tahu aku sudah punya kekasih. Mereka juga sudah menerima kekasihku. Tapi karena kakek bersikeras dengan ribuan alasannya, jadi kami sengaja mengikuti keinginan kakek tapi aku akan membuat perjanjian denganmu."

"Bilang aja, kamu takut ga dibagi warisan, kan? klise gitu alasannya sih?" sindir Aida yang membuat wajah Reiko memerah padam

"Jangan banyak bicara!" sentaknya sedetik kemudian.

Reiko mengambil map di meja yang membuat sofa yang diduduki Aida bersebrangan dengan Reiko.

"Ini surat perjanjiannya.Tandatangani dan kamu aku tetap dapat benefit dari pernikahan kita sesuai janji kakekku, Adiwijaya!"

Sebetulnya saat mendengar kalimat pertama, Aida Tazkia, ingin bersikeras meminta suaminya menceraikannya saja demi harga dirinya.

Tapi mendengar kata benefit, gadis itu terngiang sindiran Reiko. Uang biaya pendidikan Lingga yang sudah diterima di Aero Flyer Institute, biaya masuk SMA dan SMP untuk Arum dan Lestari itu seakan terpampang nyata seperti serial horor dalam benak Aida.

"Apa yang kamu tunggu? Cepat tandatangani!"

Aida kembali disadarkan dengan suara bariton tegas yang membuatnya fokus pada surat perjanjian itu.

"Boleh aku membacanya dulu?" Aida menurunkan intonasi suaranya, mulai melunak.

Tapi justru membuat Reiko memberikan senyum menyindir dan membuat Aida kembali dihinakan.

'Benar-benar manner-nya buruk banget! Apa susahnya memberikan kertasnya tanpa di lempar, sih? Dia ingin aku memungut lembaran itu seperti pengemis?'

Aida mengomel dalam hatinya saat dia memunguti satu persatu lembar kertas yang dilemparkan Reiko. Pria itu tersenyum menghina. Aida sungguh tak habis pikir.

Masih berbekas dalam benaknya apa yang terjadi saat ijab qabul. Reiko yang begitu romantis. Kecupan di dahi itu, cara pria itu merangkul dan menggenggam tangannya tiba-tiba membuat Aida yang bergidik ngeri.

'Untuk mengambilkan lembaran di dekat sepatunya saja dia tak mau membantu.'

Semua berlawanan. Tak ada lagi kelembutan Reiko. Aida harus berusaha sendiri memungut lembaran itu bahkan ada kertas yang berjarak kurang dari setengah meter dari tempat Reiko duduk. Padahal agak sulit Aida bergerak dengan kebaya yang masih melekat di tubuhnya.

Aida belum mengganti pakaian pengantin karena memang saat sampai di rumah keluarga Reiko, Endra Adiwijaya menunjukkan penolakannya pada Aida. Istrinya dan adik-adik Reiko juga tampak mencemoohnya sebelum Endra meminta Reiko menjelaskan kontrak perjanjian. Di kamar itulah Reiko membuat Aida mengerti tentang statusnya berdasarkan poin perjanjian yang membuat kepala gadis itu berdenyut.

"Tandatangani cepat! Sudah setengah jam kamu baca itu. Penanya ada di meja!"

'Tapi ini semua demi impian dan pendidikan adik-adikku.' Aida mengingatkan dalam benaknya sebelum pena di tangannya bergerak menggoreskan tinta di kertas perjanjian.

"Ini sudah, mas Re--"

"Panggil aku pak! Kecuali di depan umum dan di depan kakekku, kamu boleh memanggilku begitu untuk menutupi rahasia yang hanya diketahui keluarga intiku."

Lihatlah, betapa Reiko memang sudah tak lagi menganggap Aida sebagai istrinya. Hubungan mereka hanya sebatas rekan bisnis sesuai dengan surat kontrak yang sudah dikembalikan oleh Aida.

"Baik Pak. Tapi apa boleh saya bertanya beberapa hal tentang poin di kontrak itu?"

"Yang mana?"

Reiko baru mau menyerahkan surat-surat yang digenggamnya supaya wanita itu membacanya

Tapi

"Pasal ke empat poin ketiga, tentang pihak kedua akan tinggal bersama pihak pertama di tempat tinggal yang sudah ditentukan pihak pertama dan tidak diizinkan menolak. Poin ke empat, Pihak kedua wajib berperilaku baik selama tinggal bersama, menuruti semua perintah pihak pertama selaku seorang istri dan tidak boleh membantah pihak pertama dalam permasalahan apapun. Lalu poin kelima, Pihak kedua akan bersama pihak pertama selama maksimal lima tahun tanpa boleh mencampuri urusan pihak pertama baik dengan urusan pribadinya ataupun pekerjaannya dan tidak boleh mengganggu pihak pertama, membuat malu, menjatuhkan harga diri pihak pertama, dilarang memicu keributan yang mengganggu ketenangan pihak pertama serta harus tetap menjaga rahasia perihal perjanjian yang sudah disepakati kedua belah pihak serta poin keenam, pihak kedua tidak boleh berhubungan dengan pria manapun selama kontrak berlangsung."

'Bagimana dia bisa hapal, bahkan tak ada kalimat yang ditambahkan dan disortir?'

Tanpa membaca isi dari surat perjanjian, Aida baru saja menanyakan sesuatu yang membuat Reiko diam-diam tak percaya kalau tidak mendengarnya sendiri.

Wanita di hadapannya hanya membaca surat perjanjian dan setelah tanda tangan, Aida tak diizinkan untuk memegang salinannya.

Tapi Aida mengingat penuh pasal dan butir-butirnya.

"Apa pelayan di rumah Anda tidak akan curiga atau mereka sudah tahu rahasia ini, pak Reiko?"

Tapi karena Aida sudah bertanya, Reiko berusaha kembali fokus menjawab.

"Tidak ada pelayan di apartemenku. Harusnya ada, house keeping datang setiap pagi. Tapi karena kamu akan tinggal di sana, aku tidak bisa membiarkan pihak luar tahu rahasia hubungan kita. Jadi kebersihan dan semua yang harusnya tanggung jawab mereka, harus kamu yang menggantikannya. Aku suka kebersihan dan tidak mentolerir sedikitpun berkurang di apartemenku meski cuma satu persen."

Kalau tidak ingat biaya sekolah adiknya dan kondisi ibunya yang bisa drop dan shock karena sudah sangat bahagia dengan pernikahan Aida, ingin rasanya gadis itu membuka selopnya dan melemparkan ke kepala suami rasa iblis di hadapannya detik itu juga.

"Ah, dinikahi untuk jadi pembantu?"

"Gitu kira-kira. Tapi bayarannya setimpal kan? Mana ada pembantu di bayar miliyaran buat penuhin biaya sekolah adiknya?" Reiko tak kalah sinis menanggapi Aida yang baru menyindirnya.

"Ingat, kalian bukan orang kaya lagi! Duit kalian sudah habis untuk berobat kan?"

"Benar sekali. Terima kasih untuk bayarannya dan semoga kerjasama kita tidak ada yang mencederainya."

"Aku orang yang memegang janjiku."

"Hahaha!" Aida jutru menyindir Reiko dengan tawa terbahak-bahak yang membuat wajah Reiko memerah marah.

"Apa yang lucu? Kamu tidak mempercayaiku, hmmm?"

"Janji ijab kabul di depan Tuhan saja Anda cederai, pak Reiko Byakta Adiwijaya. Bagaimana saya bisa menaruh kepercayaan seratus persen pada Anda?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Ternyata ....Reiko menikahi Aida hanya untuk mendapatkan warisan dari sang kakek Kasihan Aida.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status