Sial, mau bilang apa sekarang dia disuruh turun? Ulahnya selalu ada-ada saja.
Bukan hanya hati Aida yang ketar-ketir tapi Reiko juga sama, makanya hatinya gemas.
Jangan pernah lupakan kalau Radit sudah pernah mencari tahu tentang latar belakang Reiko. Dia pasti tahu siapa Brigita, termasuk bagaimana wajahnya. Radit tahu Aida bukan kekasih Reiko. Makanya Reiko khawatir berlebihan.
Dia sangat tidak suka dengan perselingkuhan. Tapi aku memang tidak selingkuh dengan siapapun.
Reiko tahu dia tidak bersalah. Dalam kasus ini semuanya hanyalah kesalahpahaman tapi bagaimana dia harus menjelaskan ini pada Radit? Ya mesk
"Nah, Aida, duduk dulu ya di sini."Nada memilih membawa Aida ke ruang tengah."Ayah, kenalin ini namanya Aida. Ini sepupunya Pak Reiko."Ehm...jadi kau Reiko Byakta yang dulu kecil itu kan, putranya Endra Adiwijaya?"Tanya yang membuat Reiko mengangguk dengan senyum masih ada di bibirnya saat dia mendudukkan Aida di salah satu sofa."Iya benar sekali Pak Bambang! Lama tak bersua, bagaimana kabarnya?"Agak canggung Reiko karena dia tidak menyangka kalau dia akan bertemu dengan
"Raditya."Sampai kaget Nada ketika mendengar suaminya memekik begitu dan sudah menghempaskan tangannya dengan kasar, mendekat pada Reiko.Padahal Radit tidak pernah sebegitunya biasanya pada Nada.Ini pengecualian."Berikan anakku kepadaku."Dan sambil Radit bicara begini tadilah Nada menyeletuk. Membuat Reiko juga tak enak hati."Kamu kok nggak sopan banget sama orang, Raditya?""Ibu, ini urusann
"Oh, bukan Pak Raditya, ini bukan janji," ucap Reiko cepat.Dirinya jadi serba salah dan memang ada sesuatu yang penting dari alarm yang dibuatnya itu yang tak bisa dijelaskan untuk menghemat waktu."Pak Sandi," Reiko segera mengalihkan pandangannya pada Sandi."Mohon maaf, Saya pergi ke depan sebentar bisa? Ada sesuatu yang harus Saya ambil di dalam mobil."Reiko tak biasanya melupakan sesuatu, tapi hari ini berbeda."Oh, silakan Pak."Tentu saja Sandi tidak mempermasalahkan s
"Lele cayang Papa! mmmuuuuah!"Tentu saja Rere sangat senang kalau dicium. Dia langsung memberikan banyak sekali kecupan pada Radit.Nah lebih baik aku yang mengecup Putriku sendiri. Aku kan bersih, mesti suka melakukan itu, istriku gak ganti-ganti, kami bermain bersih dan aku selalu cuci mulutku, gigi, semua, bisik hati Radit yang sedikit bercanda dengan pikirannya sendiri untuk mengalihkan semua yang mengganggu emosinya juga.Meski pun melihat wajah manis putrinya membuat dirinya tak tenang karena ada kegelisahan baru.Aku bahkan tak tahu apakah mungkin aku akan ikhlas kalau putriku dipersunting pria nantinya? Heish, tapi calon suami putriku pasti masih muda. Rere gak akan dapet om-om ataupun duda! Tak akan
"Hahaha jadi kau mengantar sepupumu ke kamar mandi juga?" Radit terkekeh refleks.Kenapa dia harus membahas masalah kamar mandi di depan orang banyak? Lihatkan dia jadi di tertawai seperti itu oleh mitranya yang sepertinya lebih berpengaruh daripada dirinya. Habislah kau dan habislah aku juga nanti di apartemen!Pipi Aida jelas memerah dan saat itu juga tak tahu harus bicara apa lagi. Tapi sebetulnya Reiko sendiri juga tak kalah bingung dengan Aida mendapati situasi ini.Anggap saja aku bodoh karena bertanya langsung begini. Tapi aku tidak punya pilihan termasuk tadi saat aku ingin memberikan makanan itu aku juga tidak punya pilihan. Sebenarnya aku ingin memberikannya saat di mobil tadi dia menunggu di
"Ehem!"Radit tentu tak berani menolak ucapan Bambang. Dia menaruh kembali buku itu sambil mengangguk di saat Bambang juga memberikan buku yang lainnya.Sepertinya dia menulis sesuatu lagi di sana. Bambang memang menyimpan lembaran memo yang memang selalu ada di meja sampingnya bersama pulpen kalau dia sedang membaca buku untuk mencatat sesuatu yang penting.[Aku ingin berterima kasih padamu karena mau bekerja sama dengannya Raditya. Kita tidak boleh terus-terusan membesar-besarkan masalah ini. Sudah waktunya kita memang berdamai dengan Adiwijaya supaya tercipta bisnis yang sehat kedepannya.]Apa yang bisa dilakukan Radit selain mengangguk?&n
"Eh, Raditya, kamu mau ke mana? Lihat dulu sini."Nada berusaha untuk menahan pria itu dan dia sudah berdiri menarik tangannya supaya mendekat ke bed sofa itu."Lihat ini gambarnya Riri. Keren kan?"Anakku tidak bisa menggambar seperti ini karena tangannya saja dipegang oleh wanita itu makanya dia bisa menggambar, bisik hati Radit sebenarnya dia malas untuk berbohong tapi karena ini urusannya soal anak."Kamu pintar sekali sayang." Pria itu berlutut sambil sedikit mendongak menatap Riri dan menepuk-nepuk kepalanya dengan senyum yang seakan menunjukkan kalau dia adalah Pria terbaik di dunia yang tak pernah marah.
(Sementara itu, selepas Nada dan Radit meninggalkan Villa)"Harusnya kau tetap di dalam saja Denada.""Hemmm ... Dan membiarkanmu menyulut peperangan dengan seorang Pria di belakang sana dan ujungnya Aida tidak akan pernah bisa diizinkan lagi untuk bertemu dengan putriku Riri?"Nada menyindir sambil melirik wajah suaminya yang masih terlihat keras dan kaku."Aku sudah bilang padamu jangan ikut campur urusanku karena aku mau bicara soal bisnisku saja. Aku tidak membicarakan apapun dengannya kecuali bisnis.""Kalau cuman masalah bisnis kau tidak akan begitu m