"Istri kontrak!"
Sudah tahu kalau Reiko sedang menunjukkan wajahnya yang tidak sedang bercanda tapi Aida justru masih berani untuk menantangnya dengan kalimat barusan.
Meski lirih dan pelan, hanya senyumnya saja yang menggatalkan emosi Reiko.
"Mau istri kontrak, mau istri apapun yang kamu pikirkan terserah! Tapi yang pasti kamu masih terikat denganku dan jangan coba-coba mengemis pada orang lain jika menginginkan sesuatu!"
Tegas Reiko yang membuat Aida mencibir, tapi pria itu sudah tak peduli dia sudah mengangkat baki makanan itu keluar dari kamar Aida. Tentu saja dengan wajahnya yang masih bermuram durja.<
Apa dia sedang marah padaku karena aku membahas masalah hubungan diantara kami dan membawa-bawa nama ratu lebah?Aida tak tahu. Tapi itu yang ada dalam benaknya ketika Reiko membawanya keluar dari lift dan tak bicara apapun.Aida juga sempat meliriknya, dia hanya berjalan dengan tatapan mata lurus ke depan tanpa memperhatikannya.Tapi dia duluan yang membuat masalah denganku. Kalau dia tidak bilang aku harus memanggilnya Mas di dalam lift tadi itu, aku juga tidak akan terpancing. Dia bukan yang mengatakan kalau kami tidak boleh membahas masalah hubungan kami di luar tapi kenapa dia malah memarahiku saat aku memanggilnya Pak? Jadi yang harus disalahkan dia kan?&
Dan dia tidak mencoba sedikit saja minta maaf padaku atau menanyakan kesalahannya atau minimal berusaha untuk membuat dirinya lebih baik di hadapanku?Reiko makin jadi emosinya merasa tak dipedulikan dan dicuekin.Enak aja sih dia? Gak punya manner! Bukankah ini semua kesalahannya? Sudah dikatakan kalau harus memanggilku siapa di luar tapi tetap menjadikan ini bahan guyonan!Minimal Reiko ingin sedikit memberikan pelajaran dan menegur wanita yang terlelap itu. Reiko tak tahu bagaimana menahan emosinya saat tahu ditinggal tidur. Makin jadi kesal dan marahnya.Apa Dia pikir dia ini majikanku makanya
"Siapa gadis itu, Sandi?"Tanya yang keluar dari bibir seseorang saat dirinya melihat Aida mengeluarkan kepalanya dari jendela."Apa dia mau kabur Raditya? Kenapa dia mengeluarkan kepalanya dari jendela?"Tapi sebelum sandi menjawab pertanyaan itu diberikan oleh seorang wanita yang duduk di samping pria yang bertanya lebih awal dan tentu saja merupakan suaminya."Aku tidak tahu Denada. Aku tidak mengenalnya makanya tadi aku tanya Sandi!""Apa dia mau kabur karena mau dijual padamu Raditya?
Sial, mau bilang apa sekarang dia disuruh turun? Ulahnya selalu ada-ada saja.Bukan hanya hati Aida yang ketar-ketir tapi Reiko juga sama, makanya hatinya gemas.Jangan pernah lupakan kalau Radit sudah pernah mencari tahu tentang latar belakang Reiko. Dia pasti tahu siapa Brigita, termasuk bagaimana wajahnya. Radit tahu Aida bukan kekasih Reiko. Makanya Reiko khawatir berlebihan.Dia sangat tidak suka dengan perselingkuhan. Tapi aku memang tidak selingkuh dengan siapapun.Reiko tahu dia tidak bersalah. Dalam kasus ini semuanya hanyalah kesalahpahaman tapi bagaimana dia harus menjelaskan ini pada Radit? Ya mesk
"Nah, Aida, duduk dulu ya di sini."Nada memilih membawa Aida ke ruang tengah."Ayah, kenalin ini namanya Aida. Ini sepupunya Pak Reiko."Ehm...jadi kau Reiko Byakta yang dulu kecil itu kan, putranya Endra Adiwijaya?"Tanya yang membuat Reiko mengangguk dengan senyum masih ada di bibirnya saat dia mendudukkan Aida di salah satu sofa."Iya benar sekali Pak Bambang! Lama tak bersua, bagaimana kabarnya?"Agak canggung Reiko karena dia tidak menyangka kalau dia akan bertemu dengan
"Raditya."Sampai kaget Nada ketika mendengar suaminya memekik begitu dan sudah menghempaskan tangannya dengan kasar, mendekat pada Reiko.Padahal Radit tidak pernah sebegitunya biasanya pada Nada.Ini pengecualian."Berikan anakku kepadaku."Dan sambil Radit bicara begini tadilah Nada menyeletuk. Membuat Reiko juga tak enak hati."Kamu kok nggak sopan banget sama orang, Raditya?""Ibu, ini urusann
"Oh, bukan Pak Raditya, ini bukan janji," ucap Reiko cepat.Dirinya jadi serba salah dan memang ada sesuatu yang penting dari alarm yang dibuatnya itu yang tak bisa dijelaskan untuk menghemat waktu."Pak Sandi," Reiko segera mengalihkan pandangannya pada Sandi."Mohon maaf, Saya pergi ke depan sebentar bisa? Ada sesuatu yang harus Saya ambil di dalam mobil."Reiko tak biasanya melupakan sesuatu, tapi hari ini berbeda."Oh, silakan Pak."Tentu saja Sandi tidak mempermasalahkan s
"Lele cayang Papa! mmmuuuuah!"Tentu saja Rere sangat senang kalau dicium. Dia langsung memberikan banyak sekali kecupan pada Radit.Nah lebih baik aku yang mengecup Putriku sendiri. Aku kan bersih, mesti suka melakukan itu, istriku gak ganti-ganti, kami bermain bersih dan aku selalu cuci mulutku, gigi, semua, bisik hati Radit yang sedikit bercanda dengan pikirannya sendiri untuk mengalihkan semua yang mengganggu emosinya juga.Meski pun melihat wajah manis putrinya membuat dirinya tak tenang karena ada kegelisahan baru.Aku bahkan tak tahu apakah mungkin aku akan ikhlas kalau putriku dipersunting pria nantinya? Heish, tapi calon suami putriku pasti masih muda. Rere gak akan dapet om-om ataupun duda! Tak akan
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku