Share

Begitu Indah

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-09 20:14:08

Setengah jam setelah kepergian Lola, Gema mengambil handphonenya. Ia tidak tahan lagi untuk tetap diam. Ia harus menghubungi anaknya sekarang. Gema tidak terima Langit dianggap sebagai orang ketiga.

Gema mencari nomor Langit di daftar kontak lalu menekan tanda panggil. Ia harus menunggu beberapa detik sebelum akhirnya Langit menjawab telepon darinya.

"Halo, Ma. Tumben nelepon aku pagi-pagi. Kenapa, Ma?" suara Langit terdengar heran di seberang sana.

"Kamu di mana, Lang?"

"Di kantor, Ma."

"Sibuk nggak? Mama mau bicara sebentar."

"Nggak, Ma, bicara aja. Mama butuh duit?"

"Nggak, bukan itu," bantah Gema cepat. "Tapi ini soal Livia."

Jantung Langit berdetak cepat ketika nama Livia disebut. Ada apa dengan Livia? Apa yang terjadi? Dan kenapa ibunya tiba-tiba membicarakan Livia? Berbagai pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya.

"Tadi Tante Lola datang ke sini sama anak Livia. Dia meminta Mama menyampaikan ke kamu untuk menjauhi Livia."

Di balik ponselnya Langit tertegun. Tidak mengerti k
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Waaah kalo bawa bawa Gadis, bisa langsung setuju tuh Livia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Saya Akan Pikirkan

    Saat mesin mobil sudah menyala Rajendra melirik ke arah Livia dan menemukan istrinya itu tengah melamun. Mungkin saja Livia sedang memikirkan tawarannya tadi. "Liv ...," panggil Rajendra yang berhasil mengeluarkan Livia dari lamunannya. Livia tampak tersentak. Khayalan indahnya buyar. "Aku serius soal pengobatan di Amerika. Peluang kesembuhan kaki kamu sangat besar kalau menjalani terapi intensif di sana." Rajendra meyakinkan sekali lagi. Livia menarik napas dalam-dalam seraya menyandarkan tubuhnya ke jok. Sepasang matanya memandang ke luar jendela. Sejujurnya Livia merasa bimbang. Ia sangat ingin kembali sehat dan berjalan dengan normal, tapi Livia tahu semua ini 'tidak gratis'. Ada pembalasan yang harus Livia lakukan, yaitu kembali ke pelukan Rajendra dan membina rumah tangga dengannya. Livia tidak siap. Sisa-sisa trauma itu masih ada. Ia ingat ada petuah yang mengatakan bahwa selingkuh ibarat penyakit yang susah sembuh. Sekali saja sudah selingkuh maka bukan tidak mungkin or

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mimpi Yang Menjadi Petunjuk

    "Tante dengar katanya Rajendra mau mengajak kamu ke Amerika buat berobat. Itu benar, Liv?" tanya Lola satu minggu setelah penawaran Rajendra waktu itu.Saat itu Livia dan Lola sedang duduk santai di beranda. Gadis sedang bersantai di bouncernya sedangkan Randu asyik menendang bola dengan kakinya yang belum kokoh."Benar, Tante," jawab Livia mengiakan."Lalu apa lagi yang kamu pikirkan? Kapan kalian akan berangkat?"Livia terdiam. Sejujurnya keinginan untuk sembuh semakin besar. Dulu Cici bilang sebentar lagi Livia akan bisa berjalan tanpa tongkat, tapi nyatanya sampai saat ini ia masih butuh benda itu."Saya masih memikirkannya, Tante.""Ada yang membuat kamu ragu? Kenapa berpikirnya sampai selama itu? Gadis akan semakin besar. Tenaga kamu akan semakin banyak dibutuhkan," ucap Lola sambil melirik ke arah Gadis yang anteng di atas bouncernya. Livia ikut memandang ke arah yang sama. Yang dikatakan Lola tidak salah. Semakin bertambah usia Gadis maka ia akan membutuhkan perhatian dan ten

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Membuat Kesepakatan

    Rajendra berdiri di balkon lantai dua rumahnya. Ia memandang kosong ke arah lampu-lampu kota yang berkerlipan. Ia tengah memikirkan pembicaraan terakhirnya bersama Livia. Sampai saat ini Rajendra masih menantikan jawaban Livia atas tawaran pengobatan itu. Livia berjanji akan menjawabnya malam ini. Rajendra sangat berharap Livia akan mengatakan iya.Di dalam kamarnya Livia duduk di pinggir tempat tidur sambil memandangi foto demi foto Gadis yang berada di dalam galeri ponselnya. Anak itu adalah segalanya baginya. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk Gadis.Tawaran Rajendra untuk pergi ke Amerika demi pengobatan kakinya memang sangat menggiurkan, tapi Livia tidak ingin memberikan kesempatan pada Rajendra untuk mengendalikan hidupnya lagi.Pintu kamar diketuk. Livia tahu itu adalah Rajendra. Ia menyuruh lelaki itu masuk."Gimana, Liv? Kamu sudah ada keputusannya?" tuntut Rajendra begitu ia masuk.Livia mengangguk yang membuat senyum Rajendra mengembang. "Tapi saya punya syarat untuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tidak Ingin Berpisah

    Besok adalah hari keberangkatan Livia dan Rajendra ke Amerika. Keduanya sudah mempersiapkan segalanya. Persiapan tersebut tidak mudah terutama bagi Livia. Selain fisik ia harus menyiapkan mentalnya juga. Ia juga harus memastikan bahwa Gadis merasa nyaman dalam perjalanan tersebut.Sementara Rajendra mengambil alih semua proses administrasi. Mulai dari mengurus tiket pesawat, visa, hingga memastikan kalau Livia sudah terdaftar di pusat rehabilitasi rumah sakit di Amerika. Livia hanya fokuspada kebutuhan pribadinya dan Gadis. Seperti pakaian, obat-obatan, serta mainan yang bisa membuat Gadis merasa nyaman di tempat yang baru.Randu terheran-heran melihat tiga koper besar yang baru saja dikeluarkan Rajendra dari kamar. Anak itu mendekati Rajendra dan menatapnya penuh tanda tanya."Pa ... pa ... wu na?" (Papa mau ke mana?)Rajendra bersimpuh di lantai agar bisa sejajar dengan Randu. Ditatapnya anak itu dengan perasaan sedih."Papa mau pergi bawa Bunda berobat. Randu tinggal dulu di sini

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Hidup Baru Di Negara Asing

    Pesawat yang membawa Livia dan Rajendra baru saja lepas landas. Livia mendekap erat putri kecilnya yang kini berusia empat bulan. Sementara hatinya berbisik, "Selamat tinggal Indonesia. Semoga setelah kembali nanti aku benar-benar sehat dan bisa berjalan seperti dulu." Di kursi sebelahnya Rajendra duduk diam dengan pandangan lurus ke depan. Sesekali ia melirik Livia dan Gadis yang tertidur di pelukan ibunya. Pesawat terus naik membawa mereka menjauh dari tanah air. Suara deru mesin pesawat menggema di kabin. Sementara para penumpang mulai menyesuaikan diri dengan perjalanan panjang yang akan mereka tempuh. Rajendra membuka percakapan. "Gadis kelihatannya nyaman ya, dia nggak rewel. Nggak banyak anak kecil yang kayak dia," ujarnya pelan. Livia mengangguk. Ia bersyukur Gadis tidak banyak tingkah. Di tengah penerbangan pramugari datang membawa makanan. Livia mencobanya sedikit tapi selera makannya lenyap sejak pagi. Gadis juga mulai gelisah dalam tidurnya. Livia mengayun p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kejutan Yang Terlalu Cepat

    Livia bangun lebih pagi walau tubuhnya masih terasa lelah oleh perjalanan panjang. Rasa antusiasmelah yang membuatnya bersemangat untuk membuka mata.Ketika memandang ke sebelahnya Livia tidak menemukan Gadis. Jantungnya berdegup kencang. Dengan cepat ia terduduk. "Gadis!!! Gadis!!!" serunya panik sambil turun dari tempat tidur."Halo Bunda, Gadis sudah siap mandi." Rajendra muncul dari arah kamar mandi bersama putri mereka yang tubuhnya terbalut handuk.Di detik itu Livia merasa lega. Ia pikir tadi Gadis ke mana."Kenapa sih? Kayak cemas banget?" tanya Rajendra melihat muka pucat Livia."Saya pikir Gadis ke mana," jawab Livia jujur."Aku tadi mandiin Gadis biar kamu nggak repot lagi. Kamu lupa nggak sendiri di sini? Ada aku. Kalau Gadis nggak ada di samping kamu itu artinya dia sedang bersamaku," jelas Rajendra menenangkan Livia.Livia terdiam. Ingatan membawanya pada kejadian kemarin. Mereka baru saja tiba di Cleveland lalu untuk pertama kalinya tidur bertiga."Kok ngelamun? Kamu n

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Sharon

    Rajendra menatap wanita itu dengan mata melebar, seakan tidak percaya siapa yang kini sedang berada di hadapannya. Mulutnya hampir terbuka, namun tidak ada satu pun kata yang terlontar. Tubuhnya membeku, seperti terseret ke masa lalu yang ingin ia kubur dalam-dalam."Rajendra?" sapa wanita itu sekali lagi dengan nada penuh tanya kalau itu memang Rajendra.Perlahan Rajendra menganggukkan kepalanya."Apa kabar Sha?" tanyanya pada Sharon dengan lidah kelu. Suaranya terdengar begitu kaku.Sharon membalas tatapan Rajendra dengan mata berkaca-kaca. Wajah itu sama cantiknya dari yang terakhir kali Rajendra lihat. Hanya saja saat ini terlihat jauh lebih matang dan dewasa."Jadi kamu masih ingat aku?" tanya Sharon pelan dengan suara sedikit bergetar. "Aku pikir kamu sudah lupa sama aku, Ndra."Rajendra menelan salivanya. Ia merasakan sendiri betapa detak jantungnya berubah menjadi lebih cepat. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan cinta terindahnya?Ingatan menyeretnya ke masa lalu, ketika Sharo

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ingin Menjadi Suami Yang Setia

    Sharon menghela napas lalu memalingkan matanya sesaat kepada Lunetta yang tertawa berdua bersama Gadis sambil memainkan buku dengan suara binatang. "Aku nggak pernah menyangka hidup membawa kita ke jalan yang tidak pernah kita duga." Sharon bergumam pelan. Yang dilakukan Rajendra hanyalah menganggukkan kepalanya. Ia tidak tahu bagaimana cara merespon. Perasaannya terlalu sulit untuk dijelaskan. Kebahagiaan bertemu Sharon berpadu dengan perasaan bersalah yang terus menghantui. Sharon berdeham, mengubah suasana yang kaku. "Anyway, aku harus pergi, Ndra. Lunetta sudah waktunya tidur siang. Dan aku juga punya beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan," katanya dengan senyum tipis. "Lunetta, ayo kita pulang," panggil Sharon lembut pada putrinya. Lunetta menoleh lalu dengan patuh mengikuti perintah Sharon. "Bye," ucapnya pada Gadis sambil melambaikan tangan mungilnya. Gadis membalas dengan mengangkat tangannya sambil tertawa riang. Sementara Rajendra dan Sharon saling bertukar p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bertemu Orang Lama

    Ratna yang sedang membaca laporan keuangan mendongak dari tumpukan kertas-kertas lalu memandangi keponakannya."Kamu kenapa, Jav? Tiba-tiba ngomong begitu?""Tumben aja sih. Nggak biasanya Tante punya karyawan secantik itu."Ratna tersenyum mendengar perkataan Javier. "Dia teman Suci. Namanya Livia. Jangan kamu goda. Dia itu sudah punya anak. Dia ibu tunggal."Javier sedikit kecewa mendengar pertanyaan itu. Lalu kepalanya dipenuhi rasa ingin tahu.Ibu tunggal? Memang ke mana suaminya? Meninggal? Atau cerai hidup?"Siap, Tante, nggak bakal aku goda.""Bagus. Dia di sini untuk kerja, bukan untuk digoda keponakan Tante."Javier terkekeh mendengarnya."Ngomong-ngomong tumben kamu ke sini, Jav?" Ratna mengalihkan topik pembicaraan."Aku nggak sengaja lewat depan butik Tante terus ngerasa ada aura cewek cantik. Makanya mampir.""Kamu ini masih saja bercanda." Ratna memutar matanya.Javier tertawa lagi. "Jadi aku mau tanya, untuk acara kita minggu depan. Katanya Tante yang handle.""Iya, Tan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Javier

    Balasan pesan dari Suci datang dengan cepat. Seakan ia mengerti kalau saat ini Livia benar-benar terdesak."Kamu bisa mulai kapan pun, Liv. Tapi kalau bisa besok jam sembilan kamu sudah di butik. Aku akan kirim alamatnya.""Ahhh, i can't thank you enough, Ci."Mata Livia berkaca-kaca setelah Suci mengirimkan alamat butik milik mamanya yang artinya miliknya juga. Tatapannya kini tertuju pada anak gadisnya. Gadis masih terlalu kecil untuk dititip. Dan Livia tidak pernah percaya pada pengasuh. Namun mulai besok ia harus menitipkannya di daycare.Livia mengusap-usap punggung Gadis, membuat anak itu menggeliat. Matanya terbuka. Wajah polosnya menatap Livia. Livia tersenyum padanya."Hai, anak gadis Bunda sudah bangun?""Da ... da ... da...," oceh Gadis yang membuat Livia tertawa. Namun di dalam hati ia merasa sedih lantaran besok akan meninggalkannya di penitipan anak."Gadis, dengar Bunda ya, Sayang," ujar Livia seraya merangkum kedua pipi anaknya. "Mulai besok Bunda harus kerja jadi Gadi

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Pergi Dari Hidupmu

    Sudah dua minggu lebih Livia berada di Indonesia pasca kepulangannya dari Ohio. Livia yakin dalam rentang waktu tersebut Rajendra mungkin saja mencarinya tapi lelaki itu gagal menghubunginya lantaran Livia sudah kembali menggunakan SIM card-nya saat bersembunyi dulu.Tidak ada yang tahu Livia sedang berada di mana sekarang. Termasuk Langit. Livia tidak menghubungi Langit untuk meminta pertolongan atau sekadar memberitahu bahwa saat ini kakinya sudah sehat. Biarlah. Lebih baik tidak ada seorang pun yang tahu mengenai keberadaannya. Hanya saja Livia tidak mungkin terus begini. Persediaan uangnya sudah sangat menipis. Ia harus segera mencari kerja. Sedangkan untuk merajut tidak bisa lagi ia andalkan sebagai sumber pernghasilannya. Merajut dalam jumlah yang banyak membutuhkan waktu yang lama. Sementara Gadis sudah semakin besar. Saat ini umur anak itu hampir memasuki usia 11 bulan.Livia mengusap kepala Gadis yang sedang tidur. Wajah kecil itu begitu tenang sekaligus menjadi pengingat be

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Oleh-Oleh Dari USA

    Rajendra melangkah keluar dari bandara Soekarno-Hatta. Sebelah tangannya menggeret koper, sedangkan tangan yang lain menggenggam tangan mungil Lunetta. Anak kecil itu penasaran, matanya yang besar menatap hiruk-pikuk bandara dengan penuh keingintahuan. Ini adalah pertama kalinya ia menginjakkan kaki di Indonesia.Rajendra menaiki taksi pertama yang ia temui. Ia mengarahkan sang supir untuk menuju rumah orang tuanya. Selama perjalanan berkali-kali Rajendra memandangi Lunetta yang duduk di sebelahnya. Anak itu tampak asyik dengan boneka kecil yang ia bawa ke mana-mana. Di dalam hati Rajendra ada perasaan cemas tak terbendung. Terutama mengenai tanggapan orang tuanya nanti mengenai Lunetta. Ini bukanlah situasi yang mudah untuk dihadapi.Ketika ia tiba di kediaman orang tuanya, Lola adalah orang pertama yang keluar untuk menyambut anaknya. Wajah perempuan itu yang pada awalnya penuh dengan kebahagiaan berbuah bingung saat Rajendra membawa seorang anak kecil yang belum pernah ia lihat seb

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Hasilnya

    Hari ini Lunetta merengek-rengek ingin bertemu dengan ibunya. Membuat Rajendra langsung bertindak untuk menemui Sharon di apartemennya.Rajendra melajukan mobilnya dengan pikiran yang bergulat antara kemarahan dan kegelisahan.Sampai di apartemen Sharon, Rajendra memencet bel beberapa kali. Namun tidak ada jawaban. Pintu pun diketuk keras-keras, berharap ada jawaban dari dalam."Sharon! Buka pintunya!" Rajendra berteriak sekuat yang ia bisa. Suaranya menggema di lorong apartemen. Tetapi tetap saja tidak ada jawaban.Rajendra mencoba menghubungi nomor telepon Sharon, tetap tidak bisa dihubungi. Nomor tersebut tidak aktif.Dengan perasaan kesal Rajendra memindahkan tatapannya ke arah pintu tetangga. Ia mengetuknya. Lalu seorang wanita tua keluar."Excuse me, Ma'am. May i ask if you've seen the occupant of the unit next door? A woman named Sharon," tanya Rajendra pada wanita itu.Wanita itu mengerutkan dahi seakan sedang mengingat-ingat. "Oh, that young woman? I haven't seen her in a whi

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mengulang Tes DNA

    Sembari menatap kosong ke arah landasan pacu Rajendra merasakan kahampaan yang mendalam. Suara pengumuman keberangkatan semakin jauh dari telinganya. Pikirannya bertambah kalut. Livia sudah pergi. Dan kali ini Rajendra mungkin sudah benar-benar kehilangannya. Livia tidak akan mau memaafkannya. Rajendra sudah menyia-nyiakan kesempatan yang diberi perempuan itu. Tatapan Rajendra kemudian jatuh pada Lunetta yang tertidur di pangkuannya. Jejak-jejak panjang air mata masih membayang di pipi gadis kecil itu. Tubuh mungilnya tampak kelelahan menghadapi drama panjang hari ini. Perasaan bersalah datang menghantam Rajendra. Apa yang telah ia lakukan pada Lunetta tadi? Membentak-bentaknya dan memarahinya, padahal anak tersebut tidak bersalah apa-apa. Yang salah adalah ibunya. Menarik napas panjang, Rajendra menenangkan diri. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan kemudian kembali menatap Lunetta. Anak itu adalah tanggung jawabnya sekarang. Tapi benarkah anak itu adalah darah dagingnya? Ap

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Betapa Sakitnya Kehilangan

    Rajendra berlari keluar dari apartemennya dan terus berteriak-teriak memanggil nama Livia dan Gadis. Membuat orang-orang keheranan akan tingkahnya.Tanpa alas kaki Rajendra berdiri di lobi melihat ke sekelilingnya kalau saja ada Livia. Ia juga bertanya pada sekuriti namun pria penjaga keamanan itu mengatakan padanya bahwa sejak tadi bayak orang yang keluar masuk apartemen itu dan dia tidak terlalu memerhatikannya.Rajendra mengesah kecewa. Setelah puas mencari Livia dan tetap tidak menemukan sang istri, Rajendra kembali ke unit apartemennya. Kemungkinan sekarang Livia sedang dalam perjalanan ke bandara lalu pulang ke Indonesia. Ia harus bergegas ke bandara dan mencegah Livia pergi.Rajendra menemukan Lunetta sedang menangis ketika ia tiba di unitnya."Papa ... Aku lapar. Aku mau sarapan ..." Lunetta merengek saat melihat Rajendra muncul."Ambil aja apa yang ada di kulkas, Om buru-buru," kata Rajendra yang langsung masuk ke kamar.Rajendra akan mengambil kunci mobil di nakas. Tapi sesu

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Gone For Good

    Setelah Livia mengunci pintu kamar, tubuhnya lemas dan ia merosot ke lantai dengan punggung bersandar pada pintu. Tangisnya pecah dan tidak mampu lagi untuk ia tahan. Hatinya hancur berkeping-keping. Kehancurannya kali ini lebih parah dari kehancuran apa pun yang pernah ia rasakan.'Kenapa ini semua terjadi padaku?' pikir Livia sambil memeluk lututnya, membiarkan perasaan sakit menguasainya.Dari balik pintu, Livia mendengar Rajendra mengetuk dengan panik. Suaranya begitu penuh dengan permohonan. "Liv, aku mohon buka pintunya dulu. Kita bisa bicara baik-baik, Sayang "Livia menutup kedua telinganya dengan kedua telapak tangan. Ia tidak ingin mendengar apa pun dari Rajendra. Semua yang keluar dari mulut lelaki itu hanyalah dusta belaka.Kenangan demi kenangan mengenai pernikahan mereka mulai bermunculan di benak Livia bagaikan film yang diputar ulang. Janji-janji Rajendra, senyumnya yang menawan, caranya mencumbu, serta sentuhannya yang begitu lembut, saat ini terasa begitu palsu.Li

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Konfrontasi

    Suasana di ruangan itu mendadak mencekam. Pernyataan Sharon membuat Livia mengernyitkan dahinya dan menatap Rajendra dengan sorot penuh tanda tanya."Maksudnya apa, Ndra? Kenapa dia bilang kamu akan kabur dari dia?" tanya Livia dengan perasaan tidak enak.Rajendra tidak sanggup berkata sepatah kata pun, seperti ada gumpalan besar yang menyumbat tenggorokannya."Livia, aku bisa jelasin nanti. Kita bicara berdua, Sayang," ucap Rajendra akhirnya tanpa bisa menyembunyikan rasa panik di wajahnya.Mendengarnya, membuat Sharon tertawa kecil. "Dia memang selalu mengatakan itu, Liv. Nanti, sebentar, besok dan banyak lagi lainnya. Padahal dia hanya ingin lari dari masalah.""Masalah apa?" Livia menatap Sharon dengan tatapan menusuk. "Boleh aku bicara?" Sharon pura-pura meminta izin."Bicaralah," jawab livia tidak sabar."Oke. Tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana." Lalu Sharon menatap Rajendra. "Aku harus mulai dari mana ya, Ndra? Apa semuanya harus kuceritakan?"Rajendra menggeram kesal n

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status