Share

Memberi Peringatan

last update Last Updated: 2025-01-09 18:33:24

Rajendra terkantuk-kantuk mengemudikan mobilnya. Beberapa kali ia menutup mulutnya yang menguap. Akibat menjaga Gadis semalaman ia jadi kurang tidur. Ditambah lagi pagi ini ia harus mengantar Livia ke rumah sakit untuk fisioterapi. Tadinya Livia ingin berangkat dengan taksi. Tapi Lola meminta agar Rajendra yang mengantar dan menemaninya.

"Nguap melulu dari tadi? Ngantuk banget? Kalau nggak sanggup nyetir biar saya turun dan naik taksi saja," sindir Livia pada Rajendra yang terkantuk-kantuk dan sibuk menutup mulutnya.

Rajendra memandang sekilas pada Livia lalu kembali fokus pada jalanan di hadapannya. "Nggak usah khawatir, Liv. Aku masih bisa nyetir. Semalam aku cuma kurang tidur karena Gadis," jawabnya sambil tersenyum sedikit dengan wajah yang tampak lelah.

"Emangnya Gadis ngapain?" Livia bersikap pura-pura tidak tahu.

"Setelah dia pup kemarin aku kasih susu, terus dia nangis lagi dan aku buatin susu tambahan karena mengira dia masih lapar. Tapi ternyata dia nggak mau. Aku gendong d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rosantirosa
ayo mnikahlah dg langit liv ..akan ktemu mertua kyak marina
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Begitu Indah

    Setengah jam setelah kepergian Lola, Gema mengambil handphonenya. Ia tidak tahan lagi untuk tetap diam. Ia harus menghubungi anaknya sekarang. Gema tidak terima Langit dianggap sebagai orang ketiga.Gema mencari nomor Langit di daftar kontak lalu menekan tanda panggil. Ia harus menunggu beberapa detik sebelum akhirnya Langit menjawab telepon darinya."Halo, Ma. Tumben nelepon aku pagi-pagi. Kenapa, Ma?" suara Langit terdengar heran di seberang sana."Kamu di mana, Lang?" "Di kantor, Ma.""Sibuk nggak? Mama mau bicara sebentar.""Nggak, Ma, bicara aja. Mama butuh duit?""Nggak, bukan itu," bantah Gema cepat. "Tapi ini soal Livia."Jantung Langit berdetak cepat ketika nama Livia disebut. Ada apa dengan Livia? Apa yang terjadi? Dan kenapa ibunya tiba-tiba membicarakan Livia? Berbagai pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya."Tadi Tante Lola datang ke sini sama anak Livia. Dia meminta Mama menyampaikan ke kamu untuk menjauhi Livia."Di balik ponselnya Langit tertegun. Tidak mengerti k

    Last Updated : 2025-01-09
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Saya Akan Pikirkan

    Saat mesin mobil sudah menyala Rajendra melirik ke arah Livia dan menemukan istrinya itu tengah melamun. Mungkin saja Livia sedang memikirkan tawarannya tadi. "Liv ...," panggil Rajendra yang berhasil mengeluarkan Livia dari lamunannya. Livia tampak tersentak. Khayalan indahnya buyar. "Aku serius soal pengobatan di Amerika. Peluang kesembuhan kaki kamu sangat besar kalau menjalani terapi intensif di sana." Rajendra meyakinkan sekali lagi. Livia menarik napas dalam-dalam seraya menyandarkan tubuhnya ke jok. Sepasang matanya memandang ke luar jendela. Sejujurnya Livia merasa bimbang. Ia sangat ingin kembali sehat dan berjalan dengan normal, tapi Livia tahu semua ini 'tidak gratis'. Ada pembalasan yang harus Livia lakukan, yaitu kembali ke pelukan Rajendra dan membina rumah tangga dengannya. Livia tidak siap. Sisa-sisa trauma itu masih ada. Ia ingat ada petuah yang mengatakan bahwa selingkuh ibarat penyakit yang susah sembuh. Sekali saja sudah selingkuh maka bukan tidak mungkin or

    Last Updated : 2025-01-10
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mimpi Yang Menjadi Petunjuk

    "Tante dengar katanya Rajendra mau mengajak kamu ke Amerika buat berobat. Itu benar, Liv?" tanya Lola satu minggu setelah penawaran Rajendra waktu itu.Saat itu Livia dan Lola sedang duduk santai di beranda. Gadis sedang bersantai di bouncernya sedangkan Randu asyik menendang bola dengan kakinya yang belum kokoh."Benar, Tante," jawab Livia mengiakan."Lalu apa lagi yang kamu pikirkan? Kapan kalian akan berangkat?"Livia terdiam. Sejujurnya keinginan untuk sembuh semakin besar. Dulu Cici bilang sebentar lagi Livia akan bisa berjalan tanpa tongkat, tapi nyatanya sampai saat ini ia masih butuh benda itu."Saya masih memikirkannya, Tante.""Ada yang membuat kamu ragu? Kenapa berpikirnya sampai selama itu? Gadis akan semakin besar. Tenaga kamu akan semakin banyak dibutuhkan," ucap Lola sambil melirik ke arah Gadis yang anteng di atas bouncernya. Livia ikut memandang ke arah yang sama. Yang dikatakan Lola tidak salah. Semakin bertambah usia Gadis maka ia akan membutuhkan perhatian dan ten

    Last Updated : 2025-01-10
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Membuat Kesepakatan

    Rajendra berdiri di balkon lantai dua rumahnya. Ia memandang kosong ke arah lampu-lampu kota yang berkerlipan. Ia tengah memikirkan pembicaraan terakhirnya bersama Livia. Sampai saat ini Rajendra masih menantikan jawaban Livia atas tawaran pengobatan itu. Livia berjanji akan menjawabnya malam ini. Rajendra sangat berharap Livia akan mengatakan iya.Di dalam kamarnya Livia duduk di pinggir tempat tidur sambil memandangi foto demi foto Gadis yang berada di dalam galeri ponselnya. Anak itu adalah segalanya baginya. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk Gadis.Tawaran Rajendra untuk pergi ke Amerika demi pengobatan kakinya memang sangat menggiurkan, tapi Livia tidak ingin memberikan kesempatan pada Rajendra untuk mengendalikan hidupnya lagi.Pintu kamar diketuk. Livia tahu itu adalah Rajendra. Ia menyuruh lelaki itu masuk."Gimana, Liv? Kamu sudah ada keputusannya?" tuntut Rajendra begitu ia masuk.Livia mengangguk yang membuat senyum Rajendra mengembang. "Tapi saya punya syarat untuk

    Last Updated : 2025-01-10
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tidak Ingin Berpisah

    Besok adalah hari keberangkatan Livia dan Rajendra ke Amerika. Keduanya sudah mempersiapkan segalanya. Persiapan tersebut tidak mudah terutama bagi Livia. Selain fisik ia harus menyiapkan mentalnya juga. Ia juga harus memastikan bahwa Gadis merasa nyaman dalam perjalanan tersebut.Sementara Rajendra mengambil alih semua proses administrasi. Mulai dari mengurus tiket pesawat, visa, hingga memastikan kalau Livia sudah terdaftar di pusat rehabilitasi rumah sakit di Amerika. Livia hanya fokuspada kebutuhan pribadinya dan Gadis. Seperti pakaian, obat-obatan, serta mainan yang bisa membuat Gadis merasa nyaman di tempat yang baru.Randu terheran-heran melihat tiga koper besar yang baru saja dikeluarkan Rajendra dari kamar. Anak itu mendekati Rajendra dan menatapnya penuh tanda tanya."Pa ... pa ... wu na?" (Papa mau ke mana?)Rajendra bersimpuh di lantai agar bisa sejajar dengan Randu. Ditatapnya anak itu dengan perasaan sedih."Papa mau pergi bawa Bunda berobat. Randu tinggal dulu di sini

    Last Updated : 2025-01-11
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Hidup Baru Di Negara Asing

    Pesawat yang membawa Livia dan Rajendra baru saja lepas landas. Livia mendekap erat putri kecilnya yang kini berusia empat bulan. Sementara hatinya berbisik, "Selamat tinggal Indonesia. Semoga setelah kembali nanti aku benar-benar sehat dan bisa berjalan seperti dulu." Di kursi sebelahnya Rajendra duduk diam dengan pandangan lurus ke depan. Sesekali ia melirik Livia dan Gadis yang tertidur di pelukan ibunya. Pesawat terus naik membawa mereka menjauh dari tanah air. Suara deru mesin pesawat menggema di kabin. Sementara para penumpang mulai menyesuaikan diri dengan perjalanan panjang yang akan mereka tempuh. Rajendra membuka percakapan. "Gadis kelihatannya nyaman ya, dia nggak rewel. Nggak banyak anak kecil yang kayak dia," ujarnya pelan. Livia mengangguk. Ia bersyukur Gadis tidak banyak tingkah. Di tengah penerbangan pramugari datang membawa makanan. Livia mencobanya sedikit tapi selera makannya lenyap sejak pagi. Gadis juga mulai gelisah dalam tidurnya. Livia mengayun p

    Last Updated : 2025-01-11
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kejutan Yang Terlalu Cepat

    Livia bangun lebih pagi walau tubuhnya masih terasa lelah oleh perjalanan panjang. Rasa antusiasmelah yang membuatnya bersemangat untuk membuka mata.Ketika memandang ke sebelahnya Livia tidak menemukan Gadis. Jantungnya berdegup kencang. Dengan cepat ia terduduk. "Gadis!!! Gadis!!!" serunya panik sambil turun dari tempat tidur."Halo Bunda, Gadis sudah siap mandi." Rajendra muncul dari arah kamar mandi bersama putri mereka yang tubuhnya terbalut handuk.Di detik itu Livia merasa lega. Ia pikir tadi Gadis ke mana."Kenapa sih? Kayak cemas banget?" tanya Rajendra melihat muka pucat Livia."Saya pikir Gadis ke mana," jawab Livia jujur."Aku tadi mandiin Gadis biar kamu nggak repot lagi. Kamu lupa nggak sendiri di sini? Ada aku. Kalau Gadis nggak ada di samping kamu itu artinya dia sedang bersamaku," jelas Rajendra menenangkan Livia.Livia terdiam. Ingatan membawanya pada kejadian kemarin. Mereka baru saja tiba di Cleveland lalu untuk pertama kalinya tidur bertiga."Kok ngelamun? Kamu n

    Last Updated : 2025-01-11
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Sharon

    Rajendra menatap wanita itu dengan mata melebar, seakan tidak percaya siapa yang kini sedang berada di hadapannya. Mulutnya hampir terbuka, namun tidak ada satu pun kata yang terlontar. Tubuhnya membeku, seperti terseret ke masa lalu yang ingin ia kubur dalam-dalam."Rajendra?" sapa wanita itu sekali lagi dengan nada penuh tanya kalau itu memang Rajendra.Perlahan Rajendra menganggukkan kepalanya."Apa kabar Sha?" tanyanya pada Sharon dengan lidah kelu. Suaranya terdengar begitu kaku.Sharon membalas tatapan Rajendra dengan mata berkaca-kaca. Wajah itu sama cantiknya dari yang terakhir kali Rajendra lihat. Hanya saja saat ini terlihat jauh lebih matang dan dewasa."Jadi kamu masih ingat aku?" tanya Sharon pelan dengan suara sedikit bergetar. "Aku pikir kamu sudah lupa sama aku, Ndra."Rajendra menelan salivanya. Ia merasakan sendiri betapa detak jantungnya berubah menjadi lebih cepat. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan cinta terindahnya?Ingatan menyeretnya ke masa lalu, ketika Sharo

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   TAMAT

    Rumah besar Livia dan Rajendra kini terasa sunyi. Anak-anak sudah besar dan berkeluarga. Tapi di setiap akhir pekan rumah mereka selalu ramai oleh tawa canda cucu dan cicit mereka. Anak-anak selalu menawarkan Rajendra dan Livia untuk tinggal bersama mereka tapi keduanya menolak. Mereka lebih memilih untuk tinggal berdua saja dan menghabiskan masa tua bersama.Rajendra dan Livia saat ini sedang berada di kamar mereka. Rajendra sudah berumur 90 tahun sedangkan Livia 3 tahun di bawahnya. Keduanya berbaring di tempat tidur."Hujannya lama ya, Ndra, dari tadi nggak berhenti-henti," kata Livia sembari memandang ke luar jendela, pada titik-titik hujan yang terus berjatuhan."Iya, Sayang. Sekarang kan lagi musim hujan.""Dingin ..." Rajendra merengkuh Livia, memberi lengannya untuk istrinya itu berbaring sedangkan satu tangannya lagi memeluk tubuh Livia. Meski rambut mereka sudah sepenuhnya memutih dan wajah mereka sudah keriput tapi cinta mereka begitu kuat.Livia tersenyum. "Berada di peluk

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 8

    Hari-hari setelah kehamilannya terasa berat bagi Gadis. Setiap hari ia mengalami morning sickness yang menyebabkan susah makan.Randu yang biasanya pagi-pagi berangkat ke kedutaan kini harus mengurus Gadis lebih dulu sebelum pergi ke kantornya."Makan dikit ya, Abang bikinin sup hangat atau maunya roti coklat aja?" kata Randu sambil mengelus pundak Gadis yang terduduk lemas di sofa.Gadis menggelengkan kepalanya. "Adis nggak mau apa-apa, Bang. Adis nggak selera makan apa pun.""Tapi setidaknya Adis harus makan sedikit biar ada isi perutnya. Ingat, Dis, anak kita juga butuh asupan."Gadis tersenyum melihat perhatian Randu dan kepanikannya di waktu yang sama. "Ya udah, Adis mau minum teh hangat aja sama roti coklat," putusnya walau kemudian kembali berakhir dengan muntah.Malam harinya saat video call dan mengetahui keadaan Gadis, Livia langsung mengambil keputusan."Ndra, aku harus berangkat.""Ke mana?" tanya Rajendra."Ke Turki. Aku harus nemenin Gadis. Dia butuh aku saat ini. Ini ke

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 7

    Gadis dan Randu memulai kehidupan mereka sebagai suami istri begitu tiba di Ankara, ibukota Turki. Kota itu terasa begitu berbeda dengan suasana di Indonesia. Udara dingin menusuk di musim gugur. Arsitektur Eropa bercampur dengan sentuhan Ottoman serta hiruk pikuk kehidupan yang begitu asing bagi Gadis.Randu sebagai diplomat muda langsung disibukkan dengan pekerjaannya di kedutaan besar Indonesia. Seringkali ia harus menghadiri rapat dengan pejabat Turki, menerima delegasi dari Indonesia, atau menghadiri acara-acara diplomatik. Sementara itu gadis masih beradaptasi dengan kehidupan barunya. Awalnya ia merasa canggung tinggal di negeri orang. Namun Randu selalu berusaha membuatnya nyaman. Mereka tinggal di sebuah apartemen yang luas dengan pemandangan kota Ankara yang indah.Setiap pagi Randu berangkat ke kedutaan, sementara gadis mulai membangun rutinitasnya sendiri. Ia mengambil kursus bahasa Turki agar bisa lebih mudah berkomunikasi dengan orang-orang sekitar. Selain itu ia juga se

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 6

    Hari keberangkatan Gadis dan Randu ke Turki semakin dekat. Di rumah keluarga Rajendra suasana haru kian terasa.Livia sibuk memastikan semua keperluan Gadis sudah siap. Ia berulang kali memeriksa koper putrinya hanya demi memastikan tidak ada barang penting yang tertinggal."Adis, kamu yakin semuanya udah lengkap? Paspor, obat-obatan, udah?" tanya Livia dengan suara bergetar.Gadis tersenyum tipis, ia mencoba menenangkan perasaan ibunya. "Udah, Bunda. Tenang aja, Adis udah cek berkali-kali, sama kayak Bunda."Namun, Livia tetap terlihat cemas. Tangannya gemetar saat merapikan baju-baju Gadis di koper."Nda, udah. Jangan kayak gini. Nanti Adis bakal sering nelepon dan video call sama Bunda kok," kata Gadis menenangkan sang bunda.Livia mengangguk tapi matanya mulai berkaca-kaca. Ia belum siap berpisah dengan Gadis, namun juga tidak mungkin menahan Gadis agar tetap bersamanya karena Gadis sudah menikah.Rajendra juga mencoba untuk tegar. Ia diam saja, memerhatikan semua persiapan denga

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 5

    Akad nikah Gadis dan Randu sudah selesai dilaksanakan. Acara disambung dengan resepsi pernikahan.Acara tersebut tampak meriah. Para tamu yang datang terlihat puas. Baik oleh penyelenggaraan acaranya maupun dari hidangan yang disajikan. Wedding singer yang berada di atas panggung yang berada tidak jauh dari pelaminan tidak ada hentinya menyanyikan lagu romantis, membuat atmosfer penuh cinta semakin terasa."Liv, aku mau nyanyi boleh nggak?" kata Rajendra tiba-tiba."Hah?" Mata Livia melebar mendengarnya. "Emang kamu bisa nyanyi?""Bisa dong walau suara aku pas-pasan," kekeh Rajendra.Livia ikut tertawa. "Ya udah gih, nyanyi sana biar anak-anak tahu kalau papanya ada bakat terpendam.""Kamu mau ikutan nyanyi sama aku?""Aku ngeliat dari sini aja."Rajendra berjalan ke belakang panggung, berbicara dengan seseorang lalu naik ke atas panggung. Mikrofon yang tadinya ada di tangan wedding singer berpindah ke tangan Rajendra."Bang, itu Papa mau ngapain?" tanya Gadis yang duduk di pelaminan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 4

    Begitu mendapatkan restu dari Erwin, persiapan pernikahan Gadis dan Randu segera disiapkan.Livia yang paling sibuk. Ia memastikan bahwa semua berjalan lancar dan sempurna untuk anak perempuannya. Begitu pula dengan Rajendra. Ia lebih disibukkan dengan urusan administratif.Gadis menginginkan pernikahan yang sederhana tapi tetap elegan. Setelah berdiskusi panjang akhirnya mereka memutuskan menyewa gedung yang memiliki nuansa taman di dalamnya dengan lampu-lampu gantung. Sementara untuk dekorasinya sendiri dihiasi nuansa putih dan hijau yang menyimbolkan kesan alami dan damai.Untuk pakaian pengantin Randu mengenakan beskap putih klasik. Sedangkan Gadis memilih gaun putih gading dengan detail bordir yang lembut. Saat pertama kali mencobanya ia termenung di depan cermin, menyadari bahwa sebentar lagi hidupnya akan berubah.Mengenai undangan mereka mencetak undangan simpel dengan desain minimalis. Gadis dan Randu memutuskan hanya mengundang orang-orang terdekat. Meskipun begitu Rajendra

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 3

    "Yang benar aja kamu, Ndra. Nggak mungkin Gadis nikah sama Randu!" Begitu kata Erwin di saat Rajendra mengatakan tentang rencana menikahkan kedua anaknya."Aku dan Livia juga kaget, Pi. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka berdua saling mencintai," ujar Rajendra pada Erwin."Kayak nggak ada orang lain aja." Erwin terlihat tidak setuju atas rencana pernikahan keduanya."Ya mau gimana lagi, Pi. Namanya juga cinta."Erwin terdiam. Ia kehilangan kata untuk menjawab kata-kata Rajendra."Pi, kita restui saja mereka. Jangan dipersulit," pinta Rajendra." Aku nggak ingin melihat anakku menderita apalagi kalau mereka sampai kawin lari."Erwin menghela napasnya lalu bertanya, "Sejak kapan mereka pacaran?""Sudah cukup lama, Pi. Livia yang punya firasat itu tapi aku nggak percaya. Sampai akhirnya keduanya mengaku."Erwin terdiam lagi seolah sedang memikirkan perkataan Rajendra. "Kamu nggak lupa siapa orang tua Randu kan, Ndra? Jangan lupa dia anak Utary dan nggak tahu siapa bapaknya.""Aku udah lupakan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 2

    "Liv love, kamu ngeliat Gadis nggak?" tanya Rajendra setelah masuk ke ruangan Livia. Setelah semua yang terjadi Livia juga bekerja di kantor menjadi asisten pribadi Rajendra. Lagi pula anak-anak sudah besar."Paling pergi makan siang bareng Randu," jawab Livia sambil merapikan ikatan rambutnya."Makin hari mereka semakin dekat," komentar Rajendra."Iya. Aku pun ngeliatnya begitu." Livia menimpali. "Kamu ngerasa nggak sih, kalau hubungan mereka kayak udah nggak wajar?""Nggak wajar gimana?" Rajendra mengerutkan dahinya.Livia tampak ragu namun tak urung mengatakan. "Aku ngeliat mereka kayak orang lagi pacaran. Benar nggak?"Rajendra tertawa mendengarnya. "Kamu ada-ada aja, Sayang. Randu dan Gadis kan dari kecil sudah tumbuh bersama. Mereka itu kakak adik. Nggak mungkin mereka seperti yang kamu bilang."Livia terdiam. Yang dikatakan Rajendra ada benarnya. Tapi firasatnya berkata lain. Sebagai seorang ibu ia tahu persis ada yang berbeda dalam hubungan Randu dan Gadis. Cara Randu menatap

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 1

    Waktu terus berlalu tanpa bisa dihentikan. Setiap detik yang terlewati bagaikan anak panah yang melesat dengan cepat.Anak-anak sekarang sudah dewasa. Randu sudah bekerja sebagai salah satu staff di Kemenlu. Sedangkan Gadis melanjutkan kerajaan bisnis Rajendra bersama dengan Livia. Hubungan Gadis dengan Randu sangat dekat. Bahkan tidak bisa lagi dibilang sebagai kakak adik biasa. Tumbuh bersama sejak kecil dan melewatkan berbagai hal berdua membuat mereka saling terikat satu sama lain. Meski tidak ada pernyataan cinta yang terucap namun keduanya menyadari bahwa mereka berdua saling mencintai. Hanya saja mereka tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Rajendra dan Livia menganggap keduanya saling menyayangi sebagai kakak dan adik. Tidak sedikit pun terbersit di pikiran mereka bahwa keduanya akan melewati batas itu."Dis, Abang pengen ngomong. Bisa nggak kita ketemuan makan siang nanti?" Itu pesan yang diterima Gadis dari Randu ketika ia sedang sibuk-sibuknya bekerja di kantor."Ha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status