Share

Saya Akan Pikirkan

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 14:59:54
Saat mesin mobil sudah menyala Rajendra melirik ke arah Livia dan menemukan istrinya itu tengah melamun. Mungkin saja Livia sedang memikirkan tawarannya tadi.

"Liv ...," panggil Rajendra yang berhasil mengeluarkan Livia dari lamunannya.

Livia tampak tersentak. Khayalan indahnya buyar.

"Aku serius soal pengobatan di Amerika. Peluang kesembuhan kaki kamu sangat besar kalau menjalani terapi intensif di sana." Rajendra meyakinkan sekali lagi.

Livia menarik napas dalam-dalam seraya menyandarkan tubuhnya ke jok. Sepasang matanya memandang ke luar jendela. Sejujurnya Livia merasa bimbang. Ia sangat ingin kembali sehat dan berjalan dengan normal, tapi Livia tahu semua ini 'tidak gratis'. Ada pembalasan yang harus Livia lakukan, yaitu kembali ke pelukan Rajendra dan membina rumah tangga dengannya. Livia tidak siap. Sisa-sisa trauma itu masih ada. Ia ingat ada petuah yang mengatakan bahwa selingkuh ibarat penyakit yang susah sembuh. Sekali saja sudah selingkuh maka bukan tidak mungkin or
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Pas akhirnya Livia setuju, terus pergi ke Amerika, muncullah cewek Rajendra, BOOM!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mimpi Yang Menjadi Petunjuk

    "Tante dengar katanya Rajendra mau mengajak kamu ke Amerika buat berobat. Itu benar, Liv?" tanya Lola satu minggu setelah penawaran Rajendra waktu itu.Saat itu Livia dan Lola sedang duduk santai di beranda. Gadis sedang bersantai di bouncernya sedangkan Randu asyik menendang bola dengan kakinya yang belum kokoh."Benar, Tante," jawab Livia mengiakan."Lalu apa lagi yang kamu pikirkan? Kapan kalian akan berangkat?"Livia terdiam. Sejujurnya keinginan untuk sembuh semakin besar. Dulu Cici bilang sebentar lagi Livia akan bisa berjalan tanpa tongkat, tapi nyatanya sampai saat ini ia masih butuh benda itu."Saya masih memikirkannya, Tante.""Ada yang membuat kamu ragu? Kenapa berpikirnya sampai selama itu? Gadis akan semakin besar. Tenaga kamu akan semakin banyak dibutuhkan," ucap Lola sambil melirik ke arah Gadis yang anteng di atas bouncernya. Livia ikut memandang ke arah yang sama. Yang dikatakan Lola tidak salah. Semakin bertambah usia Gadis maka ia akan membutuhkan perhatian dan ten

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Membuat Kesepakatan

    Rajendra berdiri di balkon lantai dua rumahnya. Ia memandang kosong ke arah lampu-lampu kota yang berkerlipan. Ia tengah memikirkan pembicaraan terakhirnya bersama Livia. Sampai saat ini Rajendra masih menantikan jawaban Livia atas tawaran pengobatan itu. Livia berjanji akan menjawabnya malam ini. Rajendra sangat berharap Livia akan mengatakan iya.Di dalam kamarnya Livia duduk di pinggir tempat tidur sambil memandangi foto demi foto Gadis yang berada di dalam galeri ponselnya. Anak itu adalah segalanya baginya. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk Gadis.Tawaran Rajendra untuk pergi ke Amerika demi pengobatan kakinya memang sangat menggiurkan, tapi Livia tidak ingin memberikan kesempatan pada Rajendra untuk mengendalikan hidupnya lagi.Pintu kamar diketuk. Livia tahu itu adalah Rajendra. Ia menyuruh lelaki itu masuk."Gimana, Liv? Kamu sudah ada keputusannya?" tuntut Rajendra begitu ia masuk.Livia mengangguk yang membuat senyum Rajendra mengembang. "Tapi saya punya syarat untuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tidak Ingin Berpisah

    Besok adalah hari keberangkatan Livia dan Rajendra ke Amerika. Keduanya sudah mempersiapkan segalanya. Persiapan tersebut tidak mudah terutama bagi Livia. Selain fisik ia harus menyiapkan mentalnya juga. Ia juga harus memastikan bahwa Gadis merasa nyaman dalam perjalanan tersebut.Sementara Rajendra mengambil alih semua proses administrasi. Mulai dari mengurus tiket pesawat, visa, hingga memastikan kalau Livia sudah terdaftar di pusat rehabilitasi rumah sakit di Amerika. Livia hanya fokuspada kebutuhan pribadinya dan Gadis. Seperti pakaian, obat-obatan, serta mainan yang bisa membuat Gadis merasa nyaman di tempat yang baru.Randu terheran-heran melihat tiga koper besar yang baru saja dikeluarkan Rajendra dari kamar. Anak itu mendekati Rajendra dan menatapnya penuh tanda tanya."Pa ... pa ... wu na?" (Papa mau ke mana?)Rajendra bersimpuh di lantai agar bisa sejajar dengan Randu. Ditatapnya anak itu dengan perasaan sedih."Papa mau pergi bawa Bunda berobat. Randu tinggal dulu di sini

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Hidup Baru Di Negara Asing

    Pesawat yang membawa Livia dan Rajendra baru saja lepas landas. Livia mendekap erat putri kecilnya yang kini berusia empat bulan. Sementara hatinya berbisik, "Selamat tinggal Indonesia. Semoga setelah kembali nanti aku benar-benar sehat dan bisa berjalan seperti dulu." Di kursi sebelahnya Rajendra duduk diam dengan pandangan lurus ke depan. Sesekali ia melirik Livia dan Gadis yang tertidur di pelukan ibunya. Pesawat terus naik membawa mereka menjauh dari tanah air. Suara deru mesin pesawat menggema di kabin. Sementara para penumpang mulai menyesuaikan diri dengan perjalanan panjang yang akan mereka tempuh. Rajendra membuka percakapan. "Gadis kelihatannya nyaman ya, dia nggak rewel. Nggak banyak anak kecil yang kayak dia," ujarnya pelan. Livia mengangguk. Ia bersyukur Gadis tidak banyak tingkah. Di tengah penerbangan pramugari datang membawa makanan. Livia mencobanya sedikit tapi selera makannya lenyap sejak pagi. Gadis juga mulai gelisah dalam tidurnya. Livia mengayun p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kejutan Yang Terlalu Cepat

    Livia bangun lebih pagi walau tubuhnya masih terasa lelah oleh perjalanan panjang. Rasa antusiasmelah yang membuatnya bersemangat untuk membuka mata.Ketika memandang ke sebelahnya Livia tidak menemukan Gadis. Jantungnya berdegup kencang. Dengan cepat ia terduduk. "Gadis!!! Gadis!!!" serunya panik sambil turun dari tempat tidur."Halo Bunda, Gadis sudah siap mandi." Rajendra muncul dari arah kamar mandi bersama putri mereka yang tubuhnya terbalut handuk.Di detik itu Livia merasa lega. Ia pikir tadi Gadis ke mana."Kenapa sih? Kayak cemas banget?" tanya Rajendra melihat muka pucat Livia."Saya pikir Gadis ke mana," jawab Livia jujur."Aku tadi mandiin Gadis biar kamu nggak repot lagi. Kamu lupa nggak sendiri di sini? Ada aku. Kalau Gadis nggak ada di samping kamu itu artinya dia sedang bersamaku," jelas Rajendra menenangkan Livia.Livia terdiam. Ingatan membawanya pada kejadian kemarin. Mereka baru saja tiba di Cleveland lalu untuk pertama kalinya tidur bertiga."Kok ngelamun? Kamu n

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Sharon

    Rajendra menatap wanita itu dengan mata melebar, seakan tidak percaya siapa yang kini sedang berada di hadapannya. Mulutnya hampir terbuka, namun tidak ada satu pun kata yang terlontar. Tubuhnya membeku, seperti terseret ke masa lalu yang ingin ia kubur dalam-dalam."Rajendra?" sapa wanita itu sekali lagi dengan nada penuh tanya kalau itu memang Rajendra.Perlahan Rajendra menganggukkan kepalanya."Apa kabar Sha?" tanyanya pada Sharon dengan lidah kelu. Suaranya terdengar begitu kaku.Sharon membalas tatapan Rajendra dengan mata berkaca-kaca. Wajah itu sama cantiknya dari yang terakhir kali Rajendra lihat. Hanya saja saat ini terlihat jauh lebih matang dan dewasa."Jadi kamu masih ingat aku?" tanya Sharon pelan dengan suara sedikit bergetar. "Aku pikir kamu sudah lupa sama aku, Ndra."Rajendra menelan salivanya. Ia merasakan sendiri betapa detak jantungnya berubah menjadi lebih cepat. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan cinta terindahnya?Ingatan menyeretnya ke masa lalu, ketika Sharo

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ingin Menjadi Suami Yang Setia

    Sharon menghela napas lalu memalingkan matanya sesaat kepada Lunetta yang tertawa berdua bersama Gadis sambil memainkan buku dengan suara binatang. "Aku nggak pernah menyangka hidup membawa kita ke jalan yang tidak pernah kita duga." Sharon bergumam pelan. Yang dilakukan Rajendra hanyalah menganggukkan kepalanya. Ia tidak tahu bagaimana cara merespon. Perasaannya terlalu sulit untuk dijelaskan. Kebahagiaan bertemu Sharon berpadu dengan perasaan bersalah yang terus menghantui. Sharon berdeham, mengubah suasana yang kaku. "Anyway, aku harus pergi, Ndra. Lunetta sudah waktunya tidur siang. Dan aku juga punya beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan," katanya dengan senyum tipis. "Lunetta, ayo kita pulang," panggil Sharon lembut pada putrinya. Lunetta menoleh lalu dengan patuh mengikuti perintah Sharon. "Bye," ucapnya pada Gadis sambil melambaikan tangan mungilnya. Gadis membalas dengan mengangkat tangannya sambil tertawa riang. Sementara Rajendra dan Sharon saling bertukar p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tamu Di Pagi Hari

    Pagi ini Rajendra bangun lebih awal daripada Livia. Sedangkan istrinya itu masih tertidur. Begitu pula dengan Gadis yang terbungkus selimut kecilnya. Udara dingin Ohio menambah keheningan pagi di apartemen itu.Rajendra melangkah ke balkon dengan tangan membawa secangkir kopi yang baru saja dibuatnya.Pandangannya tertuju pada Langit yang mulai cerah, berharap udara pagi bisa menjernihkan pikirannya. Namun, bayangan Sharon tetap menghantui meskipun Rajendra sudah bertekad tidak akan mengingat lagi perempuan itu dan memberikan hatinya sepenuhnya hanya untuk Livia.Tatapan Sharon yang sarat akan kesedihan yang berusaha ia sembunyikan di balik senyumnya membuat Rajendra terus berpikir, apa Sharon masih menyimpan luka yang ditinggalkannya dulu?Di sisi lain Rajendra sadar tidak ada gunanya membuka luka lama. Sharon sudah memiliki kehidupannya bersama Lunetta. Dan Rajendra juga sudah punya Livia dan Gadis."Ndraaa ..." Suara Livia terdengar memecah lamunan Rajendra.Rajendra menggerakkan k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 374

    "Kok aku bawaannya pengen nyium celana dalam kamu terus ya, Liv?" "Apa sih, Ndra?" Livia mendelik malu, mukanya sedikit memerah."Iya, Sayang, aku serius," jawab Rajendra sungguh-sungguh. "Sini!" Rajendra merenggut celana dalam bekas pakai Livia setelah Livia membukanya. Saat itu mereka akan mandi berdua.Livia terpaksa memberikannya pada Rajendra. Lelaki itu langsung mencium dan menjilatinya tepat di bagian kewanitaan Livia."Astaga, Ndra!" Livia geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya. Ternyata Rajendra kalau bucin gini amat ya?"Wanginya khas, aku suka," kata Rajendra yang membuat Livia bertambah malu."Sini, Ndra! Balikin nggak?" Livia berusaha merebut dari tangan Rajendra tapi Rajendra menjauhkan celana dalam itu dengan mengangkatnya tinggi-tinggi."Cuma celana dalam aja, Sayang. Pelit banget sih." Rajendra tertawa melihat ekspresi Livia yang sudah kehabisan akal."Tapi kamu itu aneh. Masa maunya celana dalam aku. Nggak cukup apa nyium yang ini?" Livia menunjuk organ vital

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 373

    lHari demi hari berlangsung dengan damai. Kehidupan rumah tangga Livia dan Rajendra berlangsung harmonis bersama anak-anak mereka. Sesekali Rajendra menelepon Lunetta, namun gadis kecil itu tidak ingin berbicara dengannya. Lunetta masih merajuk lantaran Rajendra meninggalkannya di tempat sang nenek.Sementara itu Rajendra menjadi ayah yang siaga untuk Ananta. Hampir setiap malam Rajendra menemani Livia begadang untuk menyusui atau mengurus Ananta jika anak itu tidak mau tidur. Mereka saling bahu membahu dan berbagi tugas. Setiap tumbuh kembang Ananta tidak lepas dari perhatian Rajendra. Rajendra tidak ingin kehilangan momen-momen penting itu karena tidak akan bisa diulang kembali. Tanpa terasa sekarang Ananta sudah berusia satu tahun. Anak itu sudah bisa berjalan walau kakinya belum terlalu kokoh. Sore itu Rajendra pulang lebih cepat dari biasanya sehingga ia punya banyak waktu bermain dengan Ananta."Ndra, tolong jagain Ananta sebentar ya, aku mau nyiapin makanannya," ujar Livia."

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 372

    "Lho, Papa kenapa udah pulang? Katanya Papa pergi liburan?" Gadis tercengang ketika sore itu melihat Rajendra sudah ada di rumah."Papa nggak jadi liburan, Papa tadi pagi cuma mengantar Kak Lunetta ke rumah kakek dan neneknya.""Apa, Pa? Berarti Papa bohongin kita? Kata Papa bohong itu dosa," mulut Gadis mengerucut.Rajendra tertawa karenanya. "Papa nggak bohong, Nak. Papa cuma nggak ingin bikin Adis sedih.""Emangnya Lunetta nggak bakal ke sini lagi ya, Pa?" tanya Randu menimpali.Rajendra menggelengkan kepalanya. "Untuk saat ini nggak. Lunetta tinggal dan sekolah di Surabaya. Nanti kalau liburan dia baru ke sini.""Kasihan Kak Lunetta. Kalau tahu dia mau pergi Adis kan bisa kasih hadiah perpisahan. Lagian emangnya di sana Kak Lunetta main sama siapa, Pa? Kak Lunetta kan nggak punya teman.""Ada, Sayang. Nanti kalau Kak Lunetta sudah sekolah temannya juga banyak seperti di sini. Adis nggak usah khawatir ya." Rajendra me

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 371

    Taksi berhenti di depan sebuah rumah bercat putih berpagar hitam. Rajendra dan Lunetta turun. Sebelah tangan Rajendra menggeret koper sedangkan sebelahnya lagi menggandeng tangan Lunetta."Papa, kenapa hotelnya kayak gini? Kenapa nggak bagus?" tanya Lunetta keheranan. Matanya mengelana ke sekeliling."Ini bukan hotel, Sayang. Ini rumah nenek dan kakek, orang tuanya mommy Sharon."Lunetta terdiam sejenak sebelum kembali bertanya. "Kita ngapain di sini, Pa?""Kita ngunjungin nenek dan kakek. Selama ini mereka nggak tahu Lunetta itu yang mana. Ayo kita masuk."Berhubung pagar yang tidak dikunci memudahkan Rajendra untuk masuk ke dalam pekarangan. Tepat di depan pintu Rajendra menekan bel. Hanya dalam beberapa detik seorang wanita berusia enam puluhan keluar."Tante Ratih, masih ingat saya?" kata Rajendra mengawali.Wanita itu mengerutkan dahinya seolah sedang berpikir. Setelah ingatannya pulih ia berkata, "Rajendra?""Iya, Tante. Ini saya.""Sudah lama sekali saya tidak ketemu kamu," uja

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 370

    Pagi itu Gadis keheranan menyaksikan Lunetta yang tidak mengenakan seragam sekolah seperti dirinya."Kak Lunetta mau ke mana?" tanyanya."Mau liburan sama Papa. Kamu nggak diajak ya?" ucap Lunetta bangga lantaran hanya dirinya yang ikut pergi dengan Rajendra."Liburan? Kita kan sekolah. Lagian Papa kok nggak ngajak Adis?""Aku juga nggak diajak." Randu menimpali.Keheranan mereka semakin kentara saat melihat Rajendra muncul dengan membawa koper Lunetta. Koper itu besar seperti digunakan untuk perjalanan jauh."Papa mau liburan ke mana sama Kak Lunetta? Kenapa Adis dan Bang Randu nggak diajak?" Gadis memprotes tindakan ayahnya."Papa ke Surabaya sama Kak Lunetta. Kali ini Adis dan Bang Randu nggak usah ikut ya. Temenin Bunda di rumah jaga adek.""Yaaa ... kita nggak liburan bareng-bareng dong."Lunetta tersenyum puas melihat kekecewaan Gadis."Tapi nggak apa-apa, Pa, ketimbang liburan, Adis lebi

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 369

    Rajendra mengetuk pintu kamar Lunetta. Pertama-tama tidak ada jawaban sampai Rajendra mengetuk dengan lebih keras lagi."Lunetta, ini Papa. Tolong buka pintunya dulu."Beberapa detik setelahnya daun pintu terbuka bersamaan dengan sosok Lunetta yang muncul dengan wajah masam."Ada apa, Pa?" tanyanya sambil berdiri di celah pintu yang tidak sepenuhnya terbuka. Lunetta hanya membuka setengahnya."Kamu lagi apa? Boleh Papa masuk ke dalam?"Lunetta terpaksa menganggukkan kepalanya dan membiarkan Rajendra melangkahkan kakinya masuk.Rajendra duduk di tepi tempat tidur sedangkan Lunetta berdiri dengan tangan bersedekap seolah-olah sedang menginterogasi Rajendra. Anak itu benar-benar tidak sopan."Lunetta, turunkan tangan kamu lalu duduk di sini." Rajendra menepuk permukaan kasur yang kosong di sebelahnya.Lunetta melakukan apa yang diperintahkan Rajendra, menunggu apa yang akan disampaikan berikutnya."Lunetta, besok Papa mau pergi ke Surabaya. Kamu mau ikut Papa?""Ke Surabaya, Pa?" ulang a

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 368

    Setelah dirawat di rumah sakit akhirnya Livia diizinkan pulang. Kondisinya sudah jauh membaik. Baik dari segi fisik maupun ingatannya.Ketika masuk ke dalam rumah Livia merasakan kehangatan yang familier. Tidak ada yang berubah dari rumah itu dari terakhir kali yang ia ingat."Welcome home, Love." Rajendra merangkul pinggul Livia untuk memasuki rumah tersebut. Sedangkan Gadis dan Randu membantu mendorong stroller yang berisi Ananta. Di belakang kedua anak itu ada Lunetta yang merasa tidak senang. Kehadiran Ananta merenggut perhatian semua orang, terutama Rajendra. Livia tersenyum sambil mengedarkan pandangannya ke seisi rumah. Tidak ada yang berubah di rumah itu. "Ndra, aku jadi kangen pengen ngerajut. Rasanya udah satu abad aku nggak ngelakuin itu."Rajendra terkekeh mendengarnya. "Kamu bisa ngerajut yang banyak, tapi nanti ya. Ananta lebih butuh perhatian kamu."Livia dan Rajendra masuk ke kamar pribadi mereka. Setelah memberikan Ananta dan bercanda dengannya Gadis dan Randu keluar

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 367

    Hari-hari berlalu tanpa kepastian. Livia masih terbaring lemah tidak sadarkan diri. Gadis terus menanyakan kapan bundanya akan bangun. Anak itu juga menangis karena takut kehilangan Livia. Sama dengan Rajendra yang tidak berhenti mengeluarkan air matanya.Para kolega bisnis dan bawahannya berdatangan menyampaikan empati. Hanya saja mereka dilarang masuk ke ruangan Livia. Mereka hanya bertemu dengan baby Ananta yang saat ini sudah berumur tujuh hari.Langit adalah salah satu dari orang yang datang menghibur Rajendra. Walaupun selama ini ia menjauh namun ia tidak bisa tinggal diam mendengar musibah yang dialami Rajendra."Gue ikut sedih, Ndra. Gue cuma bisa bantu doa biar Livia cepat sadar. Lo yang sabar ya," kata Langit menghibur Rajendra."Gue udah lebih dari sabar," jawab Rajendra. "Gue udah sabar menunggu Livia sadar dan menanggung rasa takut ini sendirian." Suara Rajendra terdengar serak. Matanya pun memerah. Langit tahu Rajendra adalah orang yang tidak mudah menunjukkan kelemahan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 366

    Suara bip mesin pemantau detak jantung memenuhi ruang operasi. Begitu pun dengan cahaya lampu bedah yang terang ikut menyorot tubuh Livia yang terbaring lemah di atas meja operasi. Para dokter dan asistennya bekerja dengan sigap. Livia yang seharusnya akan melahirkan satu minggu lagi terpaksa harus menjalani operasi caesar saat ini demi menyelamatkan bayinya. Sedangkan Livia sendiri berada dalam keadaan tidak sadarkan diri.Di luar ruang operasi Rajendra menunggu dengan gelisah. Perasaannya tidak tenang. Hatinya kalut. Dari tadi yang dilakukannya hanya mondar-mandir di depan ruang operasi sambil berharap operasi selesai lalu dokter atau siapa pun keluar untuk memberi kabar baik."Ndra, udah, yang tenang, jangan mondar-mandir melulu. Duduk di sini," kata Erwin yang juga berada di tempat yang sama. Pria itu langsung meluncur ke rumah sakit setelah Rajendra mengabarinya."Gimana aku bisa tenang, Pi? Gimana kalau Livia nggak akan bangun lagi?" ucap Rajendra emosional. Matanya memerah mena

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status