Satu tahun telah berlalu, setelah bercerai dengan sang mantan. Kini Madina kembali bisa merasakan bahagia. Setelah menerima pinangan dari pria bernama Muhammad Malik Al-fatih, lalu menikah kembali dengan pria berparas rupawan itu. Namun, bahagia yang dirasakan Madina tak berlangsung lama. Karena duka mendalam atas kehilangan anak pertamanya dengan Malik, menjadi titik awal hadirnya masalah dalam mahligai rumah tangganya. Tanpa disadari, Madina telah membuka celah kepada sosok wanita berparas cantik yang sangat terobsesi ingin memiliki Malik. Jihan, nama wanita yang memiliki paras sempurna itu. Wanita dari masa lalu Malik, satu hal kecil yang tidak diketahui oleh Madina. Akankah Madina mampu menyingkirkan Jihan dalam rumah tangganya yang notabene sangat mencintai Malik dan berambisi ingin memilikinya?
View MorePart 1
Kehadiran sosok pria berparas tampan, Malik Alfatih, di dalam hidup Madina telah berhasil menyembuhkan goresan luka di dalam hati wanita beranak dua itu. Wanita berwajah oval nan teduh dan bermata bulat tersebut sudah bisa merasakan kembali kedamaian dan rasa bahagia di dalam hidupnya.Madina sangat bersyukur kepada Allah karena dipertemukan dengan sosok suami yang baik seperti Malik. Madina berharap, pernikahannya yang kedua ini bisa kekal hingga ke jannah-Nya, meski dia masih sedikit menyimpan trauma di dalam dada. Ya, trauma tentang kegagalan rumah tangganya bersama Farzan, pria di masa lalunya."Mas, apa enggak bisa ditunda dulu perginya?" tanya Madina seraya menampilkan raut sendu di wajah ayunya. Dia tampak merajuk manja pada suaminya."Enggak bisa, Sayang. Mas cuma seminggu, kok, di sana. Jangan cemberut gitu, dong! Mas jadi semakin bertambah gemas melihat kamu merajuk seperti ini, Dina," jawab Malik sangat lembut. Dia duduk samping Madina, lalu langsung menarik tubuh sang istri ke dalam pelukannya."Aku bakalan kesepian dan mungkin akan sangat merindukanmu, Mas," ucap Madina sendu. Kedua mata indah miliknya sudah basah. Entah kenapa, kali ini hati wanita itu sedikit merasa tidak tenang untuk berpisah dengan suaminya tercinta walau hanya sementara."Hei, kamu enggak boleh menangis dan terus sedih seperti ini, Sayang. Kasian calon anak kita yang ada di dalam kandunganmu. Mas pergi seminar ke Kalimantan cuma seminggu, kok, Sayang. Nanti, kalau seminarnya sudah selesai, Mas janji akan segera pulang ke rumah.” Malik mengusap lembut wajah mendung Madina.“Mas juga enggak bisa berjauhan lama-lama dengan kamu dan juga anak-anak kita, Sayang. Jadi, untuk kali ini, Mas kembali memohon pengertian dari kamu, Dina. Bisa? Mas sangat mencintaimu, Madina," tutur Malik penuh cinta pada sang istri.Madina akhirnya luluh oleh semua bujuk rayu suaminya. Kemudian, Malik mengecup lembut kening sang istri, membawa tubuh sang kekasih hati tidur dalam dekapannya."Tidurlah, Sayang. Mas enggak mau kalau kamu sampai stres. Kasian calon anak kita di dalam sini," titah Malik setelah memberi kecupan mesra di bibir ranum wanita yang sangat dia cintai.Madina mengangguk, menuruti titah dari sang suami tercinta. Perempuan itu sangat suka jika tidur di dalam dekapan hangat suaminya. Selain terasa nyaman dan damai, rasanya juga sangat bahagia bisa mendengar dan menikmati alunan irama detak jantung Malik."Selamat tidur, Sayang. I love you ," bisik Malik lembut di telinga sang istri.****Sudah dua hari Malik pergi ke Kalimantan. Selama dua hari, nomor ponsel suaminya sangat sulit dihubungi. Tidak tahu, kah, pria itu kalau Madina sangat mengkhawatirkan keadaannya yang jauh di seberang sana."Kenapa nomor ponsel abimu enggak bisa Umi hubungi, ya, Nak? Umi sangat mengkhawatirkan abi kamu, Nak," ucap Madina cemas seraya menghela napas. Tangannya terus mengelus lembut perutnya yang makin membuncit."Kamu ke mana, Mas? Kenapa nomor ponsel kamu susah sekali dihubungi dari semalam?" tanyanya pada diri sendiri. Dengan memendam perasaan gelisah di dalam dada, dia terus memikirkan pria yang sangat dicintainya.Lima menit kemudian, terdengar suara notifikasi pesan masuk di ponsel Madina yang berada di atas nakas. Kemudian, wanita tersebut langsung mengambil ponsel pintarnya, lalu membaca pesan tersebut. Hati Madina terasa sangat perih, bagai di tusuk sebilah pisau yang sangat tajam. Wanita yang tengah hamil itu tidak percaya kala melihat pesan gambar yang dia terima.'Mas Malik? Enggak mungkin dia tega menyakitiku! Mas Malik sangat mencintaiku dan anak-anak kami. Ini enggak mungkin!' batin Madina menolak mempercayai apa yang dia lihat. Setelahnya, Madina tampak terisak seorang diri di dalam kamar pribadinya. Madina terbayang-bayang semua kepingan puzzle akan kegagalan rumah tangganya yang terdahulu. Dia tidak ingin kisah masa lalunya terulang kembali."Mas, cepatlah pulang! Aku sudah tidak sanggup menahan rindu di dalam dada ini. Rasanya sangat berat jauh darimu, Mas. Dina menunggu kepulanganmu, Mas ...."****Di kota lain. Malik baru saja selesai dari acara seminarnya. Dokter rupawan itu kembali ke hotel, tempatnya beristirahat selama seminggu mengikuti seminar di salah satu rumah sakit terbesar di Samarinda. Kebetulan lokasinya tepat di tengah-tengah kota tersebut.Langkah Malik terhenti saat melihat sosok wanita yang sangat dia kenal. Wanita itu tampak berjalan tertatih-tatih, tepat di hadapannya. Tampaknya wanita cantik itu tengah menahan rasa sakit. Dia hampir saja jatuh. Namun, belum sempat tubuh semampainya itu ambruk ke lantai, Malik sudah terlebih dahulu menahannya dengan cepat."Jihan! kamu kenapa?" tanya Malik terdengar cemas. Dokter ahli bedah itu tampak panik melihat wajah pucat wanita yang sudah dalam pelukannya."Kepalaku rasanya sangat sakit sekali, Mas. Rasanya seperti ditusuk-tusuk oleh benda tajam," sahut wanita berhidung mancung itu lemah."Ya, sudah. Ayok, saya antar kamu beristirahat ke dalam kamarmu." Setelah mengucap kata itu, Malik mengangkat tubuh Jihan ke dalam gendongannya.Sedangkan Jihan langsung melingkarkan kedua tangannya di leher pria yang masih sangat dia cintai.Tiba di dalam kamar hotel, tempat dokter wanita itu menginap, Malik membaringkan tubuh lemah Jihan dengan hati-hati ke atas ranjang."Apa kamu butuh sesuatu?" tanya Malik lembut pada wanita yang masih merintih kesakitan."Tolong ambilkan obatku di atas nakas, dekat televisi, Mas," pinta Jihan pada Malik."Sebentar, saya ambilkan dulu," ucap Malik iba pada wanita yang pernah menjadi masa lalunya.Usai membantu Jihan meminum obatnya, Malik menyelimuti tubuh sintal Jihan. Wanita tersebut tampak menggigil kedinginan di tengah-tengah rintihannya."Istirahatlah! Saya pamit ke kamar saya dulu. Kalau nanti kamu butuh apa-apa, tinggal ketuk saja pintu kamar saya," ucap Malik pelan dan terdengar ada sedikit kecemasan di dalamnya. Kebetulan letak kamar pria tinggi itu bersebelahan dengan kamar Jihan."Mas, please jangan pergi. Tolong temani aku di sini untuk malam ini. Aku sangat membutuhkanmu, Mas," pinta Jihan lemah."Saya enggak bisa, Jihan! Kita berdua tidak memiliki ikatan apa-apa!" jawab Malik agak sedikit tegas. Namun, di sudut hatinya, dia menyimpan perasaan tidak tega kalau harus meninggalkan wanita bermata indah itu kesakitan seorang diri."Please, Mas! Aku mohon,” pinta Jihan lagi pada pria yang masih berdiri di dekat ranjangnya. Kedua mata indah milik Jihan sudah basah, hatinya masih mendamba untuk bisa kembali dekat dengan cinta masa lalunya."Baiklah ...."Akhirnya Malik luluh. Dia tidak tega melihat luka di sepasang mata Jihan.♡♡♡♡TBCPart 33"Assalamu'alaikum ...."Yusuf yang sedang menundukkan wajah di depan ruang perawatan VVIP, langsung mengangkat wajahnya ketika mendengar suara lembut seorang wanita yang sangat dia kenal. "Wa'alaikum salam, Jihan? Ini beneran kamu, kan, Ji?""Iya, Mas. Mas Yusuf apa kabar? Bagaimana keadaan Om Hasan, Mas?" tanya Jihan terdengar sangat cemas, seraya menatap wajah murung Kakak sepupunya. "Tadi Ayah sempat kolap lagi dan detak jantungnya sempat berhenti, oleh karena itu Mas nggak bisa menjemput kamu ke bandara. Maaf, ya, Ji," ucap Yusuf lirih. "Alhamdulillah, sekarang keadaan Ayah sudah kembali stabil seperti sebelumnya. Di dalam masih ada Dokter yang sedang memeriksanya.""Alhamdulillah." Jihan tampak lega setelah mendengar jawaban dari Yusuf. Wanita berparas jelita itu baru tiba di Jakarta sekitar satu jam-an yang lalu, setelah menempuh perjalanan lewat jalur udara. Dengan menggunakan kendaraan burung besi, dari Jogja langsung terbang ke ibukota. Perjalanan yang mereka lalui
Part 32"Sayang, Umma tunggu di bawah, ya. Jangan lama-lama, soalnya setelah Umma mengantar kamu ke pondokan. Umma harus segera pergi ke toko kita lho, Nak.""Iya, Umma. Maryam enggak akan lama kok, Umm. Kalau barangnya udah aku temukan, Maryam akan segera menyusul Umma ke bawah.""Baiklah, Nak."Tiba di lantai bawah, Jihan langsung membelokan kedua langkah jenjangnya menuju ruangan makan. Rumah Mbok yati memang terlihat sederhana bila di lihat dari luarnya saja, tapi siapa sangka kalau di dalam rumah sederhana itu sangatlah indah. Dua tahun yang lalu, Jihan telah membangun ulang rumah peninggalan wanita yang telah membesarkan dirinya dan Almarhumah selalu ada di sampingnya di kala sedih mau pun senang."Pagi Irma," sapa Jihan ramah pada gadis muda yang sedang mengaduk-ngaduk masakan di atas kompor."Pagi juga, Bu. Maaf, karena sarapannya belum saya siapkan semuanya di atas meja. Pagi ini saya bangunnya agak sedikit kesiangan, Bu," ucap Irma lirih merasa sangat bersalah dan juga malu
Part 31Madina terbangun, kala mendengar suara isakan lirih sang suami. Di sana, di hamparan sajadah. Prianya tengah terisak seraya menadahkan kedua tangannya memohon pada Sang Maha Pengasih, dengan kedua bahu kokohnya yang tampak terus bergetar.Pemandangan seperti itu sudah berlangsung selama sepuluh tahun, sang suami selalu menangis setiap kali mengingat akan dosa-dosanya di masa lalu. Menikah dengan Jihan secara diam-diam di belakangnya, dan secara langsung mereka juga telah melakukan berbuatan zina. Mengingat semua itu, hati Madina kembali merasakan perih."Astaghfirullah," gumam Madina seraya mengelus dadanya berulang kali, ketika mengingat luka lamanya yang telah ditorehkan oleh sang suami di masa lalu."Sayang," panggil Malik lembut seraya mengelus pipi sang istri. "Mas baru aja mau bangunin kamu, tadinya Mas mau ngajakin kamu salat malam bersama. Tapi kamu kayanya lagi enak banget boboknya, jadi Mas enggak tega mau membangunkan kamu, Dek. Terpaksa Mas salat malam terlebih dah
Part 30Waktu bergulir sangat cepat. Dua minggu telah berlalu pasca kecelakaan yang dialami Malik. Akan tetapi, masih belum ada tanda-tanda pria berhidung mancung itu akan sadar dari komanya."Semua ini karena kamu, Jihan! Kehidupan anak saya kembali hancur dan dia harus kehilangan istri dan juga anak-anaknya. Semua masalah yang menimpa Malik karena keegoisan kamu. Sekarang, kamu pasti merasa sangat puas melihat rumah tangga putra saya hancur!" bentak Bu Aisyah seraya menatap tajam pada wanita yang masih terisak sembari menundukkan kepala di hadapannya. "Dan, sekarang nyawa putra saya sedang dipertaruhkan di dalam sana, antara hidup dan juga mati. Puas kamu, haah?!""Istighfar, Umi. Kendalikan amarah Umi, enggak baik seperti ini, Mi. Ingat jantung Umi, Abi enggak mau kalau sakit Umi sampe kambuh lagi. Putra kita juga pasti ikut bersedih kalau dia melihat Umi terus marah-marah seperti ini. Dalam hal ini, Jihan enggak sepenuhnya bersalah, Mi. Dia juga menantu kita, sama seperti Madina.
Part 29"Saya tahu kalau Madina ada di sini. Tolong izinkan saya menemuinya dan membawa mereka kembali pulang ke rumah Kami," ucap Malik pada mantan suami Madina.Berulang kali pria berhidung mancung itu mencoba menghubungi nomor sang istri, tetapi yang dia dapat hanya penolakan. Setelah itu, nomor Madina sudah tidak aktif lagi. Maka Malik memutuskan untuk mencari istri dan juga putrinya. Dia yakin kalau sang istri pergi ke rumah Farzan. "Madina enggak ada di sini, Dok. Anda suaminya, bukan? Kenapa Anda mencari dia sampai ke rumah saya?" tanya Farzan mendengkus sinis seraya menatap cemooh pada pria tinggi yang sedang berdiri di hadapannya. "Ternyata Anda jauh lebih brengsek bila dibandingkan dengan saya, Dok. Kasian Madina dan juga kedua anak saya karena mendapatkan suami dan seorang ayah pengganti seperti Anda. Laki-laki yang sangat mengetahui hukum agama dengan baik, tapi diam-diam melakukan hubungan terlarang dan berselingkuh di belakang istri. Dasar laki-laki munaf—"Malik mengep
Part28"Lihat, bahkan sekarang Mas Malik sering meninggikan suara di depan saya ... hanya karena ingin membela wanita penggo—""Madina! Jaga ucapanmu! Jihan tidak bersalah sepenuhnya dalam hal ini. Dia tidak seburuk yang kamu pikirkan. Dia wanita baik yang rela meminjamkan rahimnya untuk memberi perlindungan kepada putri kita, Nadira. Apa kamu lupa?!" bentak Malik pada sang istri. Pria itu terpancing oleh semua kata-kata pedas dan hinaan yang dilontarkan wanita pertamanya untuk Jihan. "Mas enggak percaya kalau kamu bisa mengucapkan kata-kata sekasar itu kepada sesama kaummu sendiri. Kamu seperti bukan Madina yang sangat Mas kenal. Kamu berubah, Dek." Madina bertepuk tangan sembari tertawa sinis. "Saya berubah? Apa saya enggak salah dengar, Mas? Justru Mas Malik yang sudah banyak berubah, setelah kelahiran putri kita, Nadira. Bahkan Mas sering berkunjung ke rumah ini diam-diam tanpa sepengetahuan saya. Dan sekarang wanita yang diam-diam sudah Mas bodohi dan Mas Malik curangi ini suda
Part 27Keesokannya, tepat pukul 13.00 siang. Setelah menjenguk ibu dari mantan suaminya, Madina berniat singgah ke rumah Jihan untuk mengunjungi buah hatinya yang masih tinggal di sana. Entah kenapa, akhir-akhir ini perasaannya tidak bisa tenang setelah meladeni perang dingin yang dimulai terlebih dahulu oleh suaminya dua hari yang lalu.Sampai sekarang pun, mereka belum bertegur sapa. Akan tetapi, Madina tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang istri. Dia tetap memberikan pelayanan terbaik untuk sang suami, menyiapkan semua kebutuhan dan keperluan pria berbadan tegap itu sebelum berangkat bertugas di rumah sakit. Tiba di halaman luas rumah bergaya Eropa itu, Madina langsung memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Honda Jazz milik sang tuan rumah. Namun, ada yang aneh di dalam garasi rumah yang sedang dia kunjunginya. Karena sepintas Madina seperti melihat Pejero hitam milik sang suami terparkir cantik di dalam garasi rumah mewah di hadapannya.Mendadak seperti ada tangan tak kasa
Part 26"Tidaak, Non Jihan! Jangan ambil dia, Ya Robb," teriak Mbok Yati histeris."Istigfar, Mbok. Insyaallah, Dokter Jihan baik-baik saja. Kita dengarkan terlebih dulu penjelasan dari Dokter Fani," ucap Madina mencoba menguatkan sembari memberi usapan lembut di punggung rapuh Mbok Yati.Sedang Malik yang berdiri tidak jauh dari sang istri, mendadak kesulitan untuk bernapas ketika membayangkan hal-hal yang tidak diinginkannya terjadi pada sang istri muda. Hatinya dilanda perasaan gelisah dan sangat takut memikirkan keadaan sang wanita kedua yang masih berada di dalam ruangan operasi. "Tenang, Mbok. Alhamdulillah keadaan Jihan baik-baik saja setelah tadi denyut jantung sempat melemah. Alhamdulillah, sekarang sudah kembali normal. Kita tinggal menunggu dia sadar dari pengaruh obat," terang Dokter Fani seraya menyunggingkan senyuman pada Mbok Yati."Alhamdulillah, tadi jantung Mbok rasanya mau copot, Bu dokter, kalau sampai terjadi sesuatu pada Nduk Ayu Jihan," ucap wanita paruh baya i
Part 25"Sudah, hmm? Sekarang, istirahatlah. Jangan menangis lagi. Kasian dia yang di dalam sini kalau ibunya terus bersedih. Kamu harus selalu ceria dan bahagia, Ji. Itu sangat bagus untuk perkembangan anak kita. Mengerti, hmm?" tutur Malik lembut seraya mengusap bibir ranum sang istri yang tampak agak sedikit bengkak karenanya."Iya, Mas," jawab Jihan seraya memalingkan wajah dari sang suami karena dia merasa sangat malu sudah bersikap sangat agresif pada pria tercintanya.Sedangkan Malik tersenyum tipis dan juga merasa sangat gemas kala melihat sikap manja wanita yang sekarang tampak sedang malu-malu dan wajah cantiknya sudah dipenuhi oleh rona kemerahan. "Beberapa menit lalu, kamu seperti singa betina yang sedang marah ketika kedamaiannya terusik. Sekarang, setelah mendapatkan apa yang diinginkan, kamu berubah kembali mirip seperti kelinci cantik, manis, dan sangat menggemaskan," ucap Malik seraya memakai kembali kaos polo bermodel kerah untuk menutupi dada bidang yang menjadi te
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments