Beranda / Rumah Tangga / Istri Yang Menanti Sentuhanmu / Vampir Mana Yang Menggigit Kamu Mas!

Share

Vampir Mana Yang Menggigit Kamu Mas!

Penulis: CitraAurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 18:34:03

Drrrrrtttt.

Sebuah pesan singkat aku terima sore harinya.

Ternyata, pesan itu dari Raka. Dalam pesannya dia bilang kalau malam ini dirinya tidak akan pulang, karena ada lembur. 

Aku berdecak. Dengan kesal, kubalas pesannya secara kilat.

“Kemarin juga kamu lembur, Mas. Tidak bisa gantian sama yang lain?” tulisku pada layar, kemudian segera menekan tombol kirim.

Tak lama, balasan darinya masuk.

Lagi, bukan permintaan maaf yang kudapatkan. Dia hanya mengirimkan dua kata yang ditutup dengan tanda seru, "Jangan bawel!" 

Aku mengembuskan napas panjang. Entahlah, rasanya aku sudah menyerah dengan semua ini. Aku merasa jika semua yang aku lakukan percuma. Marah salah, diam sakit.

Akhirnya, daripada berada di rumah dan terus memikirkan suamiku itu, aku pun memutuskan untuk keluar.

Aku pergi ke sebuah kafe dengan temanku, Ira. Niatnya, aku hanya sekedar makan saja. Namun siapa sangka aku justru terbawa suasana. 

Aku mulai menceritakan kisah hidupku yang pilu pada temanku dan dia sangat terkejut mendengar ceritaku. 

"OMG, Amel! Aku kira hidupmu baik-baik saja, tapi ternyata?" Suara melengking Ira bak terompet yang menyakiti telingaku.

Kututup telingaku lalu menunjukkan ekspresi kesal, "Suara kamu kenceng banget!"

"Aku syok Mel." Dia menatapku sedih.

Raut wajah kesalnya berubah menjadi nanar. Entahlah, keputusan menceritakan pada Ira ini apakah salah atau tidak.

Sebab, bagaimanapun juga... yang kuceritakan ini adalah aib dalam rumah tanggaku.

Tangan Ira mengusap pundakku, terlihat dia begitu iba dengan apa yang aku alami.

"Kamu harus melawan Mel, jangan mau diperlukan seperti itu!" Dia menyemangati aku seolah tak ingin aku terluka.

Anggukan pelan aku tunjukkan, lalu aku tersenyum menatapnya.

Kukira, setelah ini dia akan menjatuhkan pelukannya padaku, tapi ternyata malah mengeluarkan kalimat ejekan. "Tapi aku juga syok punya teman begonya kelewatan! Kenapa sih, kamu yang pintar bisa sebego ini, Mel?!”

"Aku juga nggak tau, Ra. Aku harus gimana lagi?" kataku dengan lemah, sambil menatapnya.

Kami berdua sesaat terdiam, hingga kemudian kalimat Ira selanjutnya membuat pikiranku jadi bertanya-tanya.

"Suami kamu tuh, fix selingkuh, Mel! Coba deh, cari tahu!"

Perkataan Ira sontak menari di kepalaku, bahkan ketika aku sudah berada di rumah. “Apa mungkin Mas Raka memiliki wanita lain?” pikirku. "Apa aku cari tahu saja?"

Hati dan logikaku mulai berperang. Jiwa detektif yang tak pernah muncul kini mencuat, memaksa aku untuk mencari tahu.

Akhirnya, aku putuskan untuk membuka media sosial meski Mas Raka telah mewanti-wanti aku untuk tidak menggunakannya.

Kini, kuputuskan untuk mendownload semua jenis media sosial itu. Masa bodoh dengan perkataan Mas Raka tempo itu yang mengatakan jika media sosial hanya akan merusak rumah tangga.

Setelah berhasil masuk, kutulis nama Raka Sanjaya di kolom pencarian. Sederet orang yang bernama Raka Sanjaya bermunculan, dan satu foto profil membuat aku tersenyum.

Kubuka profilnya. Untung dia tidak mengunci profilnya, sehingga aku bisa membuka untuk mencari informasi.

Hanya terlihat beberapa foto terunggah di sana. Foto dia dengan atasannya, juga dengan beberapa temannya. Semua normal, kulihat tidak ada yang aneh.

"Syukurlah, apa yang aku pikirkan tidak terjadi." Aku bernafas lega, setidaknya dia tidak macam-macam di media sosial.

Namun, sejenak aku berpikir, jika dia masih menggunakan media sosial, kenapa dia begitu melarangku? Dia bahkan memintaku untuk menonaktifkan media sosialku?

Saat aku ingin menutup penyelidikan di akun itu, ada suatu hal yang janggal terlihat. Dia memiliki cukup banyak pengikut, tapi hanya satu akun saja yang dia ikuti.

Tiba-tiba darahku berdesir. Penasaran mulai datang menghampiri.

Kubuka dan kulihat satu-satunya profil yang Mas Raka ikuti. Hampir saja aku dibuat pingsan.

“Siapa dia?” tanyaku dengan air mata yang sudah tidak bisa kutahan. “Kenapa di profilnya begitu banyak foto dan video bersama Mas Raka?”

Kupikir, setelah aku tahu kebenarannya, aku bisa menentukan tindakanku selanjutnya. Nyatanya, setelah kutemukan kebenaran, hal itu justru membuat aku semakin sakit.

Ternyata benar, memilih tidak tahu terkadang jauh lebih menenangkan, daripada kita mengetahui kebenarannya. 

"Tega kamu, Mas!" ujarku, terus menangis hingga tanpa sadar jatuh tertidur.

Pagi harinya, kepalaku terasa sangat pusing. Namun, karena ada satu hal yang harus aku lakukan, aku memaksakan diri.

Kantor Mas Raka jadi tempat tujuanku pagi ini. Sengaja aku bertandang, tanpa bilang-bilang. Aku ingin melihat suamiku yang katanya menginap di kantor karena lembur semalam. 

Saat aku membuka pintu ruangannya, kulihat ruangan itu kosong tanpa penghuni. Aku memilih menunggu di dalam, karena aku yakin sebentar lagi dia akan datang.

Dan benar saja, tak lama dia datang dengan wajah bahagianya. 

Melihat dia yang lebih fresh dan sumringah seperti ini malah membuat hatiku sakit. Sungguh kontras sekali apabila dia berangkat dari rumah kami. 

"Kamu kelihatan segar ya Mas?" sindirku. 

Wajah sumringahnya itu langsung berubah begitu dia melihat kehadiranku di ruangan ini.

"Ada urusan apa kamu ke sini?”

Suara dingin yang terdengar kali ini tidak membuat aku menggigil. Tatapan tajamnya juga tidak membuat aku ketakutan.

"Kamu berbohong Mas! Katanya lembur, tapi nyatanya...." Kata-kataku tertahan saat kulihat sebuah tanda merah di lehernya. Sejurus kemudian rasa sakit yang lebih dalam menyeruak di dadaku. "Kamu memiliki wanita lain kan, Mas?!"

Aku yakin, tanda itu adalah tanda cinta. Aku juga sangat yakin, dia baru saja menghabiskan malam bergairah, sementara aku merana di rumah.

Wajahnya berubah semakin merah. Dia mencengkeram lenganku kuat-kuat. "Jangan halu! Atas dasar apa kamu menuduhku memiliki wanita lain, Amel?"

Rasa sakit karena cengkeramannya tak kurasa, karena rasa sakit di hatiku jauh lebih besar.

Tatapan kami bertemu lalu dengan berani aku menunjuk tanda di lehernya.

"Ini apa? Vampir mana yang menggigit kamu sampai begini?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Mega
jelas wanitanya yang gigit tuh
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
hadeeehhh paling gedek sama laki yang modelannya kayak gini...klu mmang g suka ya pisah aja...jangan nyakitin...enak situ yang ngelakuin...sini yang menderita... pergi sejauh mungkin Mel...raih kebahagiaanmu
goodnovel comment avatar
Lusia Sudarti
kan, Raka punya Wil. Hufftt dasar buaya!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Siapa Yang Tidur Denganmu?

    Dia menepis tanganku, lalu membuang wajahnya. Melihat hal itu, aku semakin mengejarnya. "Jalang mana yang melakukannya, Mas? Katakan padaku!" "Bukan siapa-siapa!" ujarnya singkat tanpa mau menatapku. Aku tahu dia berbohong, karena tidak mungkin tanda itu tiba-tiba ada apabila tidak ada yang membuatnya. "Jujurlah Mas, biar jelas semua!" pintaku dengan suara lirih. "Pulanglah Amel, aku mau kerja." Dia melangkahkan kaki menuju meja kerjanya, kemudian membuka laptop. Sementara itu aku masih mematung menatapnya, menggumamkan kalimat lirih, “Entah terbuat dari apa hatimu, Mas.” Sekarang, aku yakin jika perkataan Ira benar. Mas Raka selingkuh. Akan tetapi, bukannya meminta maaf, pria itu justru bersikap seolah tak melakukan dosa. Menyerah dengan kediamannya, aku memutuskan pergi dari ruangannya. Semenjak meninggalkan ruangan Direktur Keuangan itu, air mataku tak berhenti menetes. Apakah mungkin aku akhiri saja pernikahan ini? Tapi, bagaimana dengan kedua orang tuaku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Dia Adalah....

    Kulihat, raut wajah Mas Raka berubah. Dia yang semula menolak menatapku, kini melemparkan tatapan yang sama tajamnya.Dia terlihat sangat marah. "Siapa Renata?" katanya masih mengelak.Aku mengerutkan alis, "Kamu tak tahu siapa Renata, Mas?" Segera kuambil ponselku, lalu kutunjukkan foto-foto serta video mesranya bersama Renata. "Yakin kamu tidak mengenalnya?"Meski bibirku tegas akan kalimatku tapi mataku tidak bisa aku berbohong. Air mata yang menggambarkan betapa lemahnya aku, mulai menggenang."Kamu terlihat sangat menyayanginya, sedangkan denganku... kamu begitu dingin." "Kamu cari penyakit sendiri Amel,” ujarnya tak mau lagi melihat layar ponsel. “Sudah aku bilang jangan menggunakan sosial media, tapi kamu membangkang!" Tanpa rasa bersalah, dia justru memarahi aku. Aku melongo menatapnya, manusia seperti apa dia? Dia yang ketahuan berbuat salah, tetapi justru dia yang menyalahkan aku?"Nggak waras kamu Mas!" kataku kesal.Aku berusaha berdiri, tetapi Mas Raka berhasil mencengk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Semua Sudah Terjadi, jadi Mengertilah!

    "Aku adalah apa?" Hatiku mulai was-was. Kutatap mereka bergantian dengan tatapan yang sudah berubah. Tatapan garang ku berubah menjadi tatapan sendu. Mas Raka masih bergeming, tersirat ekspresi kebingungan di wajahnya, sementara Renata masih menatapku dengan ekspresi sama.Kini Renata menatap Mas Raka, entah apa yang mereka pikirkan hingga kulihat sebuah gelengan kecil Mas Raka tunjukkan. "Apa? Apa yang kalian sembunyikan dariku?" Kembali aku bersuara mengejar kalimatnya yang menggantung. Tapi Mas Raka tetap saja bungkam begitu pula dengan Renata. Apa yang ingin dia katakan sebenarnya? kenapa tiba-tiba dia terbungkam?Sesaat kemudian suara Renata mencuat melengkapi kalimatnya yang belum usai. "Karena aku juga istrinya."Deg!Jantungku seakan berhenti berdetak, dalam waktu sekejap aku mematung, tak hanya itu ribuan pisau serasa menghujam hatiku secara bersamaaan, ucapannya benar-benar membuat aku terkejut dan sakit. Segera kutunjukkan gelengan kepala, sebagai bentuk protes akan u

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Istriku Memanggil

    “Tidak!” Dengan lantang Mas Raka menolak menceraikannya, hal itu membuat hatiku semakin sakit. “Baiklah Mas, tapi jangan harap rumah tangga kini bisa tenang,” sahut ku lirih. “Semua tergantung kamu, jika kamu mau mengerti rumah tangga kita akan baik-baik saja,” ujarnya. Aku menggeleng heran, bagaimana bisa semua akan baik-baik saja sementara dia membawa pemicu pertengkaran dalam rumah tangga kami? Aku yang benar-benar lelah hati dan pikiran membaringkan tubuhku, mengabaikannya yang masih terlihat ingin bicara dengan ku. “Aku ngantuk.” Dua kata untuk mengakhiri perbincangan kami. Walaupun sebenarnya aku tidak mengantuk, aku tetap memejamkan mata tanpa ingin membukanya.Pagi hari telah datang, baru saja aku membuka mata ku rasakan sakit kembali menghujam hatiku. Apa memang seperti ini rasanya dikhianati orang yang kita cintai? Hingga baru bangun saja rasa sakitnya langsung terasa? Netraku menatap dia yang masih terpejam, tanpa terasa air mataku mengalir, dia membuat aku terperan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mau Nggak Mau Kamu Harus Menerimanya!

    "Sudahlah jangan seperti anak kecil." Katanya lalu dia pergi ke kamar mandi.Jujur aku lelah seperti ini, kemarahanku baginya hanya sikap berlebihan. Padahal aku juga ingin diperlakukan layaknya seorang istri.Tak ingin terus berdebat kusir dengan pria keras itu, aku memutuskan tidur. Lebih baik aku memejamkan mata daripada terus menambah luka. Tak terasa seminggu telah berlalu, kini kondisi Mas Raka sudah jauh lebih baik. “Aku hari ini masuk kerja, siapkan semua keperluanku.” Dari tempat tidur dia memerintahkan aku untuk menyiapkan segala sesuatunya. Aku tak merespon ucapannya, tapi meskipun begitu ketika dia mandi aku tetap menyiapkan keperluannya. Semua aku letakkan di atas tempat tidur, lalu aku keluar kamar. Aku pergi ke dapur untuk beres-beres dan sesaat kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat. "Hanya ada roti?” Tanyanya ketika aku tengah mencuci piring. "Iya.” Aku menjawab pertanyaannya tanpa menoleh. "Sesuai sama yang kamu lihat di meja, Mas.""Kenapa kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa Memang Takdir Kami Terikat?

    "Seperti yang aku bilang Amel, pikirkan orang tuamu. Terlebih biaya rutin pengobatan ayah." Kembali jawaban itu yang kudapat, tak hanya menyiutkan nyalimu, jawaban itu juga memudarkan keinginanku untuk berpisah. Apa memang aku harus seperti nasibku? istri sah dan istri simpanan tinggal dalam satu atap? Kemudian, aku menatapnya dengan tatapan benci, kenapa dia selalu melukaiku? Pernikahannya saja aku menolak untuk menerima tapi kini, dia malah mendatangkan Renata kesini, apa dia ingin membuat neraka di dalam surgaku? Tak ada pilihan lain, aku pun menuruti keinginannya, mengijinkan maduku untuk tinggal bersama. Tak hanya itu aku juga turun ke bawah untuk menyambutnya. Sungguh ironi bukan? "Malam Amel." Sapaan lembut aku terima, bahkan wanita itu menjabat tanganku dan menunjukkan sederet giginya yang putih. Melihatnya aku hanya bisa menahan segala amarahku dan rasa kesalku. Namun sesaat kemudian kutatap dia sendu. Entah apa yang dipikiran oleh Mas Raka saat ini, entah a

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Prioritas Utama

    Malam itu Mas Raka pulang dengan wajah sumringah, berbeda sekali dengan biasanya yang selalu muram. Apa karena ada Renata? Aku hanya bisa tersenyum ketir tanpa bisa protes akan sikapnya. "Amel gajiku sudah aku transfer di rekening kamu." Ujar pria dingin itu. "Kamu besok bisa membawa ayah kamu ke rumah sakit untuk kontrol." Sambungnya. Aku menatapnya, lalu anggukan kecil aku tunjukkan, meski jahat tapi dia masih memiliki perhatian untuk orang tuaku. "Iya." Kukembalikan pandanganku ke arah TV, ada rasa bersalah karena tak mampu berucap terima kasih padanya.Tapi memang semua berbeda sekarang, dulu aku selalu menyambutnya ketika gajian, makanan enak dan banyak selalu kusajikan sebagai bentuk rasa terima kasih. Diriku kini seperti raga tak bernyawa yang malas berinteraksi dengannya. Ternyata kediaman kumengundang keingintahuannya, bahkan kata-kata sedikit lembut dia ucapkan. "Kenapa? Kamu kelihatan lemas, apa kamu sakit?" Lagi-lagi gelengan yang aku tunjukkan. Pernikaha

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Sebuah Tamparan

    Aku lama menunggunya, tapi tak ada panggilan masuk di ponselku, apa saja yang mereka beli sehingga lama sekali? Rasa lelah mulai menghampiriku lalu aku putuskan untuk menghubungi Mas Raka lebih dulu. Panggilanku masuk tapi tidak diterima lalu aku pergi ke supermarket tadi untuk mengecek, tapi tidak kutemui Mas Raka dan Renata. Apa mereka meninggalkan aku? Saat bersamaan, panggilan masuk kuterima."Kamu ke mana saja? Karena kamu lama sekali, jadi aku dan Renata pulang duluan. Kasihan Renata sudah lelah."Aku menahan senyum sinis. Jadi, dia menghukumku seperti ini? Apa susahnya dia coba telepon istrinya ini, tanya di mana, kasih tahu kalau dia sudah mau pulang?!Sudahlah, memang dasarnya mereka saja yang mau berduaan.Tak ingin terpancing amarah, aku mematikan sambungan telepon. "Kamu pikir aku takut pulang sendiri." Aku mengomel di hadapan layar ponselku. Dengan taksi online, aku pulang. Setibanya di rumah aku langsung masuk ke dalam. Kudengar canda tawa di dapur menggema.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11

Bab terbaru

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Bicara Dengan Kakak Renata

    Mas Raka menjelaskan semua, Kakak Renata sengaja menyebarkan rumor buruk tentang hotel keluarga kami ya tujuannya untuk menghancurkan Mas Raka kembali. Tanganku sontak mengepal, orang ini benar-benar gila. Apa belum puas dia sudah membuat dua direktur resign tanpa mendapatkan apa-apa. "Dia benar-benar!" batinku. Aku harus melawan rasa takutku, ya aku harus menemui Kakak Renata, meskipun dia seorang mafia tapi negara ini adalah negara hukum jadi tak mungkin melakukan hal buruk padaku. Keesokan harinya setelah Mas Raka berangkat ke hotel, aku datang ke kantornya dahulu untuk menemui Kakak Renata. "Semoga saja pria busuk itu disini." Gumamku. Aku meminta supir dan security rumahku menunggu di mobil. Diam-diam aku naik ke atas ke ruangan CEO. Benar saja saat aku mengetuk pintu ada sahutan dari dalam. Saat aku berdiri di hadapannya dia memelototkan mata. "Kamu! beraninya staf biasa masuk ke ruanganku!" Makinya dengan menatapku tajam. "Aku bukan staff disini." Ujarku. Sebenarnya

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kembali Barulah

    Mulutku terbuka lebar-lebar, aku sungguh tak menyangka jika bertemu dengan kakak Renata di lift. Dari wajahnya memang pria ini terlihat garang, dia juga sangat dingin lebih dingin dari sikap Mas Raka dulu, pantas sekali dia menjadi seorang mafia kelas kakap di negara ini."OMG dia kakak Renata.":batinku dengan terus menatapnya. Pria itu juga menatapku kemudian berkomentar pedas, "Kenapa kamu terus menatapku! suka?" Suara dinginnya membuat aku segera melemparkan tatapan. Lawak juga nih orang, bisa-bisa berkata seperti itu! mana mungkin aku suka, wajahnya saja menyeramkan. Aku mendengus kesal meskipun di dunia ini lelaki tinggal dia seorang, aku tak mungkin suka. "Maaf tapi kamu bukan tipeku." Ujarku ketus. Kebetulan live telah tebuka dia melangkahkan kaki keluar.Saat dia keluar aku menghela nafas dalam-dalam. "Syukurlah." Sambil mengelus dada. Setibanya di ruangan mas Raka aku segera memberikan berkas yang dia minta."Terima kasih sayang maaf aku merepotkanmu," katanya lalu men

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Bearti Dia....

    "Posesif sekali kamu Raka, tenang saja aku tidak akan mengambil amal darimu." Ujar Mas Daffa dengan tertawa.Aku juga tertawa, "Dia sekarang bucin akut Mas." Aku turut menimpali ucapan Mas Daffa. Kami bertiga tertawa bersama, syukurlah Mas Daffa dan Mas Raka kini tidak bermusuhan lagi. Setelah mengobrol random Mas Daffa pamit pulang sedangkan kami selepas kepulangannya kembali ke kamar. Di dalam kamar kami mengobrol kembali hingga akhirnya kami memutuskan untuk istirahat mengingat malam sudah sangat larut. Keesokan paginya aku melakukan aktivitasku seperti biasa, mask, bersih-bersih dan menyiapkan keperluan Mas Raka. Mas Raka pagi ini berangkat lebih awal karena dia harus bertemu Mas Daffa kembali untuk membahas Kakak Renata. "Dibahas lagi Mas, bukankah semalam sudah selesai." Kataku sambil menyiapkan bekal makannya. "Aku mendapatkan kabar buruk sayang." Jawab Mas Raka sambil menunjukkan ponselnya. "Perusahaan terancam bangkrut." Mataku rasanya mau keluar membaca berita itu.

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kakak Renata

    Mas Raka menggeleng, agaknya mas Raka juga bingung dengan hal ini. "Entahlah Sayang, aku akan menyelidikinya." Ujar Mas Raka. Aku mengangguk paham. Sepanjang jalan, aku masih mengingat kejadian tadi. Kini aku tidak berani kemana-mana sendiri, Renata sungguh meresahkan. "Mas tapi bagaimana bisa Mas Daffa datang menyelamatkan kita?" Aku yang baru menyadari hal itu segera bertanya pada Mas Raka. "Tadi aku keluar sama atasanku, ternyata kami bertemu dengan Daffa untuk membahas kerja sama waktu itu." Jelas Mas Raka. "Oh gitu jadi tadi pas kamu telpon, ada Mas Daffa? dan Mas Daffa tahu?" Kembali aku bertanya. Mas Daffa yang berada di belakang mobil kami melaju mendahului karena memang arah rumah kami berlawanan. Setibanya di rumah Mas Raka melakukan banyak panggilan, dia berusaha keras untuk menyelidiki Renata. "Mas makan dulu." Aku sengaja membawa makanan ke ruang kerjanya karna kutahu suamiku kini malas makan. "Nanti dulu Sayang," katanya tanpa melihatku. "Aku lapar

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Renata Sungguh Biadab

    Aku segera berteriak agar Mas Raka tidak masuk, "Jangan Mas!" Namun Renata segera memutuskan sambungan telponnya. Dia kemudian menatapku, "Kamu pikir paling pintar Amel!" Ujarnya lalu berjalan mendekat ke arahku. Wanita itu mencengkeram daguku. "Aku sengaja membiarkan kamu memberikan info padanya biar dia kesini!" Lalu dengan keras dia membuang wajahku. "Dasar wanita jahat!" Teriakku. Tak selang kemudian, seseorang datang melapor. Renata tertawa kemudian memberi perintahnya. "Bawa dia masuk." katanya. Kutahu pasti Mas Raka yang datang. Dan benar saja Mas Raka masuk dengan dikawal dua orang. Melihat Mas Raka Renata nampak marah, wanita ini terlihat begitu menyimpan dendam pada mantan suaminya. "Hai Raka!" Dia berjalan menatap Mas Raka. "Lepaskan Amel Renata! urusanmu denganku bukan dengannya!" Ujar Mas Raka dengan lantang. Renata tertawa sinis, "Jelas ada Raka, dialah yang membuat kamu menceraikan aku, dia juga yang membuat aku menderita!" Teriaknya. "Kenapa

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Ternyata Renata

    Mas Raka langsung mendekat, "Ada apa Sayang?" tanya Mas Raka panik. "Lihatlah Mas." Aku tunjukkan foto yang dikirim nomor asing itu. Mas Raka mengepalkan tangannya, "Apa maksudnya." Ujarnya marah. Pria itu menelpon nomor asing tersebut. "Nomornya tidak aktif sayang." Aku duduk dan terdiam, memikirkan foto itu. "Kira-kira apa maksudnya si pengirim itu ya Mas, kenapa foto kucing berlumuran darah dia kirim ke aku?" Ku pandang Mas Raka. "Entahlah Sayang, sudah jangan kamu pikirkan." Mas Raka membujuk aku. Aku mengangguk, kemudian Mas Raka meminta aku untuk istirahat. "Kamu istirahat dulu, aku harus kembali bekerja." Ujar Mas Raka lalu mengecupku. Pikiranku benar-benar kacau, pesan ini jelas bukan pesan iseng melainkan sebuah ancaman, apa si pengirim pesan ingin membunuh aku seperti kucing itu? 'Apa ini perbuatan Renata?' Aku membatin dan menerka jika itu adalah Renata. Lelah memikirkan foto yang dikirim tadi, aku memutuskan untuk tidur. Entah berapa lam

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Stres

    Aku benar-benar tak tahu dimanapun aku berada rasanya selalu ada yang mengawasi, apa itu benar Renata atau hanya pikiranku saja? Sudah sebulan ini aku terus terganggu dengan hal itu, hingga aku stres sendiri. "Sudah Sayang jangan memikirkan hal itu," bujuk Mas Raka. "Tapi aku merasa ada yang mengawasi Mas." Dalam pelukan Mas Raka aku menangis, mengeluhkan apa yang aku rasakan. Pria itu dengan lembut mengelus rambutku, kutau dia juga sangat mencemaskanku. Dia dan Mas Daffa telah melakukan hal terbaik untukku tapi tetap saja akun merasa tak tenang. Hingga suatu siang saat Mas Raka ada meeting di luar kota, dia tidak bisa datang ke kantor untuk makan siang, sementara Mas Daffa juga sama. Aku yang lapar terdiam di lobi, antara keluar atau memesan makanan saja. Ketika ragu salah satu temanku mengajak aku makan di depot sebelah. "Amel ayo." Ajaknya. Akhirnya aku ikut dengannya, pikirku mungkin selama ini aku hanya terlalu banyak pikiran saja sehingga merasa jika a

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Ulah Renata

    Aku meyakinkan mas Raka jika aku akan aman meskipun aku bekerja. Karena tidak mungkin Renata datang menemuiku di kantor. "Kamu tenang saja Mas, nggak usah berpikir yanga berlebihan." aku pun mencoba menenangkannya. "Tapi aku takut sayang bila dia mencelakaimu." Mas Raka menatapku nanar. "Kita berdoa saja semoga Renata tidak dendam sama kita." Aku mencoba mengurai ketakutan mas Raka, ketakutanku dan ketakutan Mas Raka berbeda, dia takut Renata mencelakaiku sementara aku takut mereka rujuk kembali. "Sebenarnya yang aku takutkan adalah kamu kembali lagi padanya Mas." Mas Raka memelukku dan meyakinkan aku jika hal itu tidak akan terjadi, "Hatiku telah kamu genggam sayang jadi mana mungkin aku rujuk sama Renata kembali?"Aku mengangguk kemudian melepas pelukannya. Tak ingin terus membahas masalah ini aku mengajak Mas Raka makan. "Keburu masakanku dingin," kataku sambil menarik tangannya. Di meja makan kita sekarang aku melayani suamiku dengan meletakkan makanan di piringnya setela

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Renata Kabur

    "Tadi kan sudah Mas," kataku dengan gugup. "Kita bisa mengulangnya kembali jika kamu menginginkannya Sayang." Bisik Mas Raka. Hembusan nafas Mas Raka membuat aku melayang, tanganku mencengkeram baju dengan kuat. Meskipun berhasrat tapi aku sudah mandi malas sekali jika harus mandi lagi. "Tidak Mas nanti malam saja." Buru-buru aku melepaskan diri dari pelukannya. "Lagipula kita harus ke rumah Ibu nanti keburu siang," kataku lalu bersiap. Kulihat masyarakat tersenyum, harus kuakui senyumannya bikin aku tak tahan, suamiku ini kenapa begitu menawan. Setelah kami bersiap kami segera turun lalu berangkat ke rumah ibu dan ayah. Tak lupa di jalan kami belanja keperluan rumah untuk orang tuaku. Tak selang lama mobil Mas Raka sudah tiba di tempat rumah tuaku, aku yang sudah rindu pada mereka lambung turun tanpa menunggunya. "Assalamualaikum, Ibu Ayah Amel pulang." Aku terus memanggil kedua orang tuaku. Sautan terdengar dari dalam, "Amel kamu pulang Nak." Ujar ibu.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status