Beranda / Rumah Tangga / Istri Yang Menanti Sentuhanmu / Vampir Mana Yang Menggigit Kamu Mas!

Share

Vampir Mana Yang Menggigit Kamu Mas!

Penulis: CitraAurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 18:34:03

Drrrrrtttt.

Sebuah pesan singkat aku terima sore harinya.

Ternyata, pesan itu dari Raka. Dalam pesannya dia bilang kalau malam ini dirinya tidak akan pulang, karena ada lembur. 

Aku berdecak. Dengan kesal, kubalas pesannya secara kilat.

“Kemarin juga kamu lembur, Mas. Tidak bisa gantian sama yang lain?” tulisku pada layar, kemudian segera menekan tombol kirim.

Tak lama, balasan darinya masuk.

Lagi, bukan permintaan maaf yang kudapatkan. Dia hanya mengirimkan dua kata yang ditutup dengan tanda seru, "Jangan bawel!" 

Aku mengembuskan napas panjang. Entahlah, rasanya aku sudah menyerah dengan semua ini. Aku merasa jika semua yang aku lakukan percuma. Marah salah, diam sakit.

Akhirnya, daripada berada di rumah dan terus memikirkan suamiku itu, aku pun memutuskan untuk keluar.

Aku pergi ke sebuah kafe dengan temanku, Ira. Niatnya, aku hanya sekedar makan saja. Namun siapa sangka aku justru terbawa suasana. 

Aku mulai menceritakan kisah hidupku yang pilu pada temanku dan dia sangat terkejut mendengar ceritaku. 

"OMG, Amel! Aku kira hidupmu baik-baik saja, tapi ternyata?" Suara melengking Ira bak terompet yang menyakiti telingaku.

Kututup telingaku lalu menunjukkan ekspresi kesal, "Suara kamu kenceng banget!"

"Aku syok Mel." Dia menatapku sedih.

Raut wajah kesalnya berubah menjadi nanar. Entahlah, keputusan menceritakan pada Ira ini apakah salah atau tidak.

Sebab, bagaimanapun juga... yang kuceritakan ini adalah aib dalam rumah tanggaku.

Tangan Ira mengusap pundakku, terlihat dia begitu iba dengan apa yang aku alami.

"Kamu harus melawan Mel, jangan mau diperlukan seperti itu!" Dia menyemangati aku seolah tak ingin aku terluka.

Anggukan pelan aku tunjukkan, lalu aku tersenyum menatapnya.

Kukira, setelah ini dia akan menjatuhkan pelukannya padaku, tapi ternyata malah mengeluarkan kalimat ejekan. "Tapi aku juga syok punya teman begonya kelewatan! Kenapa sih, kamu yang pintar bisa sebego ini, Mel?!”

"Aku juga nggak tau, Ra. Aku harus gimana lagi?" kataku dengan lemah, sambil menatapnya.

Kami berdua sesaat terdiam, hingga kemudian kalimat Ira selanjutnya membuat pikiranku jadi bertanya-tanya.

"Suami kamu tuh, fix selingkuh, Mel! Coba deh, cari tahu!"

Perkataan Ira sontak menari di kepalaku, bahkan ketika aku sudah berada di rumah. “Apa mungkin Mas Raka memiliki wanita lain?” pikirku. "Apa aku cari tahu saja?"

Hati dan logikaku mulai berperang. Jiwa detektif yang tak pernah muncul kini mencuat, memaksa aku untuk mencari tahu.

Akhirnya, aku putuskan untuk membuka media sosial meski Mas Raka telah mewanti-wanti aku untuk tidak menggunakannya.

Kini, kuputuskan untuk mendownload semua jenis media sosial itu. Masa bodoh dengan perkataan Mas Raka tempo itu yang mengatakan jika media sosial hanya akan merusak rumah tangga.

Setelah berhasil masuk, kutulis nama Raka Sanjaya di kolom pencarian. Sederet orang yang bernama Raka Sanjaya bermunculan, dan satu foto profil membuat aku tersenyum.

Kubuka profilnya. Untung dia tidak mengunci profilnya, sehingga aku bisa membuka untuk mencari informasi.

Hanya terlihat beberapa foto terunggah di sana. Foto dia dengan atasannya, juga dengan beberapa temannya. Semua normal, kulihat tidak ada yang aneh.

"Syukurlah, apa yang aku pikirkan tidak terjadi." Aku bernafas lega, setidaknya dia tidak macam-macam di media sosial.

Namun, sejenak aku berpikir, jika dia masih menggunakan media sosial, kenapa dia begitu melarangku? Dia bahkan memintaku untuk menonaktifkan media sosialku?

Saat aku ingin menutup penyelidikan di akun itu, ada suatu hal yang janggal terlihat. Dia memiliki cukup banyak pengikut, tapi hanya satu akun saja yang dia ikuti.

Tiba-tiba darahku berdesir. Penasaran mulai datang menghampiri.

Kubuka dan kulihat satu-satunya profil yang Mas Raka ikuti. Hampir saja aku dibuat pingsan.

“Siapa dia?” tanyaku dengan air mata yang sudah tidak bisa kutahan. “Kenapa di profilnya begitu banyak foto dan video bersama Mas Raka?”

Kupikir, setelah aku tahu kebenarannya, aku bisa menentukan tindakanku selanjutnya. Nyatanya, setelah kutemukan kebenaran, hal itu justru membuat aku semakin sakit.

Ternyata benar, memilih tidak tahu terkadang jauh lebih menenangkan, daripada kita mengetahui kebenarannya. 

"Tega kamu, Mas!" ujarku, terus menangis hingga tanpa sadar jatuh tertidur.

Pagi harinya, kepalaku terasa sangat pusing. Namun, karena ada satu hal yang harus aku lakukan, aku memaksakan diri.

Kantor Mas Raka jadi tempat tujuanku pagi ini. Sengaja aku bertandang, tanpa bilang-bilang. Aku ingin melihat suamiku yang katanya menginap di kantor karena lembur semalam. 

Saat aku membuka pintu ruangannya, kulihat ruangan itu kosong tanpa penghuni. Aku memilih menunggu di dalam, karena aku yakin sebentar lagi dia akan datang.

Dan benar saja, tak lama dia datang dengan wajah bahagianya. 

Melihat dia yang lebih fresh dan sumringah seperti ini malah membuat hatiku sakit. Sungguh kontras sekali apabila dia berangkat dari rumah kami. 

"Kamu kelihatan segar ya Mas?" sindirku. 

Wajah sumringahnya itu langsung berubah begitu dia melihat kehadiranku di ruangan ini.

"Ada urusan apa kamu ke sini?”

Suara dingin yang terdengar kali ini tidak membuat aku menggigil. Tatapan tajamnya juga tidak membuat aku ketakutan.

"Kamu berbohong Mas! Katanya lembur, tapi nyatanya...." Kata-kataku tertahan saat kulihat sebuah tanda merah di lehernya. Sejurus kemudian rasa sakit yang lebih dalam menyeruak di dadaku. "Kamu memiliki wanita lain kan, Mas?!"

Aku yakin, tanda itu adalah tanda cinta. Aku juga sangat yakin, dia baru saja menghabiskan malam bergairah, sementara aku merana di rumah.

Wajahnya berubah semakin merah. Dia mencengkeram lenganku kuat-kuat. "Jangan halu! Atas dasar apa kamu menuduhku memiliki wanita lain, Amel?"

Rasa sakit karena cengkeramannya tak kurasa, karena rasa sakit di hatiku jauh lebih besar.

Tatapan kami bertemu lalu dengan berani aku menunjuk tanda di lehernya.

"Ini apa? Vampir mana yang menggigit kamu sampai begini?"

Bab terkait

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Siapa Yang Tidur Denganmu?

    Dia menepis tanganku, lalu membuang wajahnya. Melihat hal itu, aku semakin mengejarnya. "Jalang mana yang melakukannya, Mas? Katakan padaku!" "Bukan siapa-siapa!" ujarnya singkat tanpa mau menatapku. Aku tahu dia berbohong, karena tidak mungkin tanda itu tiba-tiba ada apabila tidak ada yang membuatnya. "Jujurlah Mas, biar jelas semua!" pintaku dengan suara lirih. "Pulanglah Amel, aku mau kerja." Dia melangkahkan kaki menuju meja kerjanya, kemudian membuka laptop. Sementara itu aku masih mematung menatapnya, menggumamkan kalimat lirih, “Entah terbuat dari apa hatimu, Mas.” Sekarang, aku yakin jika perkataan Ira benar. Mas Raka selingkuh. Akan tetapi, bukannya meminta maaf, pria itu justru bersikap seolah tak melakukan dosa. Menyerah dengan kediamannya, aku memutuskan pergi dari ruangannya. Semenjak meninggalkan ruangan Direktur Keuangan itu, air mataku tak berhenti menetes. Apakah mungkin aku akhiri saja pernikahan ini? Tapi, bagaimana dengan kedua orang tuaku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Dia Adalah....

    Kulihat, raut wajah Mas Raka berubah. Dia yang semula menolak menatapku, kini melemparkan tatapan yang sama tajamnya.Dia terlihat sangat marah. "Siapa Renata?" katanya masih mengelak.Aku mengerutkan alis, "Kamu tak tahu siapa Renata, Mas?" Segera kuambil ponselku, lalu kutunjukkan foto-foto serta video mesranya bersama Renata. "Yakin kamu tidak mengenalnya?"Meski bibirku tegas akan kalimatku tapi mataku tidak bisa aku berbohong. Air mata yang menggambarkan betapa lemahnya aku, mulai menggenang."Kamu terlihat sangat menyayanginya, sedangkan denganku... kamu begitu dingin." "Kamu cari penyakit sendiri Amel,” ujarnya tak mau lagi melihat layar ponsel. “Sudah aku bilang jangan menggunakan sosial media, tapi kamu membangkang!" Tanpa rasa bersalah, dia justru memarahi aku. Aku melongo menatapnya, manusia seperti apa dia? Dia yang ketahuan berbuat salah, tetapi justru dia yang menyalahkan aku?"Nggak waras kamu Mas!" kataku kesal.Aku berusaha berdiri, tetapi Mas Raka berhasil mencengk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Semua Sudah Terjadi, jadi Mengertilah!

    "Aku adalah apa?" Hatiku mulai was-was. Kutatap mereka bergantian dengan tatapan yang sudah berubah. Tatapan garang ku berubah menjadi tatapan sendu. Mas Raka masih bergeming, tersirat ekspresi kebingungan di wajahnya, sementara Renata masih menatapku dengan ekspresi sama. Kini Renata menatap Mas Raka, entah apa yang mereka pikirkan hingga kulihat sebuah gelengan kecil Mas Raka tunjukkan. "Apa? Apa yang kalian sembunyikan dariku?" Kembali aku bersuara mengejar kalimatnya yang menggantung. Tapi Mas Raka tetap saja bungkam begitu pula dengan Renata. Apa yang ingin dia katakan sebenarnya? kenapa tiba-tiba dia terbungkam? Sesaat kemudian suara Renata mencuat melengkapi kalimatnya yang belum usai. "Karena aku juga istrinya." Deg! Jantungku seakan berhenti berdetak, dalam waktu sekejap aku mematung, tak hanya itu ribuan pisau serasa menghujam hatiku secara bersamaaan, ucapannya benar-benar membuat aku terkejut dan sakit. Segera kutunjukkan gelengan kepala, sebagai bentuk pro

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Istriku Memanggil

    “Semua tergantung kamu Amel! jika kamu mau mengerti rumah tangga kita akan baik-baik saja!" ujarnya keras. Aku menggeleng heran, bagaimana bisa semua akan baik-baik saja sementara dia membawa pemicu pertengkaran dalam rumah tangga kami? Aku yang benar-benar lelah hati dan pikiran membaringkan tubuhku, mengabaikannya yang masih terlihat ingin bicara dengan ku. “Aku ngantuk.” Dua kata untuk mengakhiri perbincangan kami. "Kita belum selesai bicara Amel!" Kutahu dia marah ketika aku mengakhiri pembicaraan kami. Sebenarnya aku tidak mengantuk, hanya saja aku lelah berdebat dengannya. Pagi hari telah datang, aku memutar netraku hingga kulihat wajah Mas Raka. Melihat wajah tampannya, ku tak percaya dia bisa melukaiku begitu dalam. Ku rasakan sakit kembali menghujam hatiku. Apa memang seperti ini rasanya dikhianati orang yang kita cintai? Hingga baru bangun saja rasa sakitnya langsung terasa? Netraku terus menatap dia yang masih terpejam, tanpa terasa air mataku mengalir

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mau Nggak Mau Kamu Harus Menerimanya!

    Raut wajahku berubah sendu, seharusnya aku lah yang marah karena dia menamai kontak Renata dengan nama Istriku, sementara aku? hanya nama saja. "Ponsel kamu terus berdering, telingaku sakit mendengarnya!" Kataku dengan menatapnya. "Lain kali jangan lagi menolak panggilan yang masuk!" Ujarnya memperingatkan aku. "Menolak panggilan yang masuk atau hanya panggilan dari istriku saja." Aku semakin berani, kusindir dia. Agaknya sindiran ku membuat emosinya merangkak naik lagi. Dari tempatnya dia menatapku tajam, “Sudahlah Amel jangan mulai lagi." Aku hanya mengangguk, meski hatiku sakit tapi aku tak ingin mendebatnya lebih jauh, biarlah dia menyakitiku sesuka hatinya, toh lambat laun aku juga akan mati rasa. Tak terasa seminggu telah berlalu, kini Mas Raka sudah jauh lebih sehat. “Aku hari ini masuk kerja, siapkan semua keperluanku.” Dari tempat tidur dia memerintahkan aku untuk menyiapkan segala sesuatunya. Aku tak merespon ucapannya, tapi meskipun begitu ketika dia mandi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa Memang Takdir Kami Terikat?

    Aku menatapnya dengan tatapan benci, kenapa dia memaksakan kehendaknya seperti ini. Pernikahannya saja aku menolak untuk menerima tapi kini, dia malah mendatangkan Renata kesini, apa dia ingin membuat neraka di dalam surgaku? Tak ada pilihan lain, aku pun menuruti keinginannya. Aku turun ke bawah untuk menemui jalangnya. "Malam Amel." Sapaan lembut aku terima, bahkan wanita itu menjabat tanganku dan menunjukkan sederet giginya yang putih. Melihatnya aku hanya bisa menahan segala amarahku dan rasa kesalku. Namun sesaat kemudian kutatap dia sendu. Entah apa yang dipikiran oleh Mas Raka saat ini, entah apa yang menginspirasinya, sehingga dia membawa Renata pulang dan menyandingkannya denganku. "Kalian berbincang dulu." Ujarnya lalu dia masuk ke dalam. "Selamat Renata kamu berhasil menghidupkan ceritamu dan mematikan ceritaku. Kamu berhasil mengobrak abrik istanaku bersama Mas Raka." Kutatap dingin wanita itu, sungguh tak sudi aku hidup bersamanya. "Aku tidak mematikan ceri

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku Ini Dianggap Istri atau Bukan?

    “Mas, malam ini adalah malam Jumat. Apa kamu tidak menginginkannya?" tanyaku sambil menatap suamiku, Mas Raka yang berada di samping. "Aku hanya ingin tidur Mel," katanya diiringi tatapan tajam ke arahku. Selalu itu jawaban yang Mas Raka berikan ketika aku meminta nafkah batin darinya. Sekali lagi hatiku tertampar atas penolakannya. Aku membalikkan tubuh dan seperti biasa, menangis dalam diam dengan air mata yang mengalir dengan deras. Sebagai wanita normal, tentu aku menginginkan belaian dari suami yang kunikahi setahun lalu, tapi dia? Selalu acuh tak acuh, mengabaikan hasratku yang terus meronta untuk dipenuhi. Kelakuannya sungguh kontras dengan cerita teman-temanku yang mengatakan apabila pria matang gencar-gencarnya bercinta. Aku hanya bisa bertanya-tanya, apakah suamiku normal? Apa dia tidak memerlukan sebuah pelepasan? Apa dia tidak mencintaiku? Ataukah dia memiliki wanita lain? Seabrek asumsi negatif berputar di kepalaku, sehingga membuat dadaku semakin sesak. Lelah memi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa Memang Takdir Kami Terikat?

    Aku menatapnya dengan tatapan benci, kenapa dia memaksakan kehendaknya seperti ini. Pernikahannya saja aku menolak untuk menerima tapi kini, dia malah mendatangkan Renata kesini, apa dia ingin membuat neraka di dalam surgaku? Tak ada pilihan lain, aku pun menuruti keinginannya. Aku turun ke bawah untuk menemui jalangnya. "Malam Amel." Sapaan lembut aku terima, bahkan wanita itu menjabat tanganku dan menunjukkan sederet giginya yang putih. Melihatnya aku hanya bisa menahan segala amarahku dan rasa kesalku. Namun sesaat kemudian kutatap dia sendu. Entah apa yang dipikiran oleh Mas Raka saat ini, entah apa yang menginspirasinya, sehingga dia membawa Renata pulang dan menyandingkannya denganku. "Kalian berbincang dulu." Ujarnya lalu dia masuk ke dalam. "Selamat Renata kamu berhasil menghidupkan ceritamu dan mematikan ceritaku. Kamu berhasil mengobrak abrik istanaku bersama Mas Raka." Kutatap dingin wanita itu, sungguh tak sudi aku hidup bersamanya. "Aku tidak mematikan ceri

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mau Nggak Mau Kamu Harus Menerimanya!

    Raut wajahku berubah sendu, seharusnya aku lah yang marah karena dia menamai kontak Renata dengan nama Istriku, sementara aku? hanya nama saja. "Ponsel kamu terus berdering, telingaku sakit mendengarnya!" Kataku dengan menatapnya. "Lain kali jangan lagi menolak panggilan yang masuk!" Ujarnya memperingatkan aku. "Menolak panggilan yang masuk atau hanya panggilan dari istriku saja." Aku semakin berani, kusindir dia. Agaknya sindiran ku membuat emosinya merangkak naik lagi. Dari tempatnya dia menatapku tajam, “Sudahlah Amel jangan mulai lagi." Aku hanya mengangguk, meski hatiku sakit tapi aku tak ingin mendebatnya lebih jauh, biarlah dia menyakitiku sesuka hatinya, toh lambat laun aku juga akan mati rasa. Tak terasa seminggu telah berlalu, kini Mas Raka sudah jauh lebih sehat. “Aku hari ini masuk kerja, siapkan semua keperluanku.” Dari tempat tidur dia memerintahkan aku untuk menyiapkan segala sesuatunya. Aku tak merespon ucapannya, tapi meskipun begitu ketika dia mandi

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Istriku Memanggil

    “Semua tergantung kamu Amel! jika kamu mau mengerti rumah tangga kita akan baik-baik saja!" ujarnya keras. Aku menggeleng heran, bagaimana bisa semua akan baik-baik saja sementara dia membawa pemicu pertengkaran dalam rumah tangga kami? Aku yang benar-benar lelah hati dan pikiran membaringkan tubuhku, mengabaikannya yang masih terlihat ingin bicara dengan ku. “Aku ngantuk.” Dua kata untuk mengakhiri perbincangan kami. "Kita belum selesai bicara Amel!" Kutahu dia marah ketika aku mengakhiri pembicaraan kami. Sebenarnya aku tidak mengantuk, hanya saja aku lelah berdebat dengannya. Pagi hari telah datang, aku memutar netraku hingga kulihat wajah Mas Raka. Melihat wajah tampannya, ku tak percaya dia bisa melukaiku begitu dalam. Ku rasakan sakit kembali menghujam hatiku. Apa memang seperti ini rasanya dikhianati orang yang kita cintai? Hingga baru bangun saja rasa sakitnya langsung terasa? Netraku terus menatap dia yang masih terpejam, tanpa terasa air mataku mengalir

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Semua Sudah Terjadi, jadi Mengertilah!

    "Aku adalah apa?" Hatiku mulai was-was. Kutatap mereka bergantian dengan tatapan yang sudah berubah. Tatapan garang ku berubah menjadi tatapan sendu. Mas Raka masih bergeming, tersirat ekspresi kebingungan di wajahnya, sementara Renata masih menatapku dengan ekspresi sama. Kini Renata menatap Mas Raka, entah apa yang mereka pikirkan hingga kulihat sebuah gelengan kecil Mas Raka tunjukkan. "Apa? Apa yang kalian sembunyikan dariku?" Kembali aku bersuara mengejar kalimatnya yang menggantung. Tapi Mas Raka tetap saja bungkam begitu pula dengan Renata. Apa yang ingin dia katakan sebenarnya? kenapa tiba-tiba dia terbungkam? Sesaat kemudian suara Renata mencuat melengkapi kalimatnya yang belum usai. "Karena aku juga istrinya." Deg! Jantungku seakan berhenti berdetak, dalam waktu sekejap aku mematung, tak hanya itu ribuan pisau serasa menghujam hatiku secara bersamaaan, ucapannya benar-benar membuat aku terkejut dan sakit. Segera kutunjukkan gelengan kepala, sebagai bentuk pro

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Dia Adalah....

    Kulihat, raut wajah Mas Raka berubah. Dia yang semula menolak menatapku, kini melemparkan tatapan yang sama tajamnya.Dia terlihat sangat marah. "Siapa Renata?" katanya masih mengelak.Aku mengerutkan alis, "Kamu tak tahu siapa Renata, Mas?" Segera kuambil ponselku, lalu kutunjukkan foto-foto serta video mesranya bersama Renata. "Yakin kamu tidak mengenalnya?"Meski bibirku tegas akan kalimatku tapi mataku tidak bisa aku berbohong. Air mata yang menggambarkan betapa lemahnya aku, mulai menggenang."Kamu terlihat sangat menyayanginya, sedangkan denganku... kamu begitu dingin." "Kamu cari penyakit sendiri Amel,” ujarnya tak mau lagi melihat layar ponsel. “Sudah aku bilang jangan menggunakan sosial media, tapi kamu membangkang!" Tanpa rasa bersalah, dia justru memarahi aku. Aku melongo menatapnya, manusia seperti apa dia? Dia yang ketahuan berbuat salah, tetapi justru dia yang menyalahkan aku?"Nggak waras kamu Mas!" kataku kesal.Aku berusaha berdiri, tetapi Mas Raka berhasil mencengk

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Siapa Yang Tidur Denganmu?

    Dia menepis tanganku, lalu membuang wajahnya. Melihat hal itu, aku semakin mengejarnya. "Jalang mana yang melakukannya, Mas? Katakan padaku!" "Bukan siapa-siapa!" ujarnya singkat tanpa mau menatapku. Aku tahu dia berbohong, karena tidak mungkin tanda itu tiba-tiba ada apabila tidak ada yang membuatnya. "Jujurlah Mas, biar jelas semua!" pintaku dengan suara lirih. "Pulanglah Amel, aku mau kerja." Dia melangkahkan kaki menuju meja kerjanya, kemudian membuka laptop. Sementara itu aku masih mematung menatapnya, menggumamkan kalimat lirih, “Entah terbuat dari apa hatimu, Mas.” Sekarang, aku yakin jika perkataan Ira benar. Mas Raka selingkuh. Akan tetapi, bukannya meminta maaf, pria itu justru bersikap seolah tak melakukan dosa. Menyerah dengan kediamannya, aku memutuskan pergi dari ruangannya. Semenjak meninggalkan ruangan Direktur Keuangan itu, air mataku tak berhenti menetes. Apakah mungkin aku akhiri saja pernikahan ini? Tapi, bagaimana dengan kedua orang tuaku

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Vampir Mana Yang Menggigit Kamu Mas!

    Drrrrrtttt.Sebuah pesan singkat aku terima sore harinya.Ternyata, pesan itu dari Raka. Dalam pesannya dia bilang kalau malam ini dirinya tidak akan pulang, karena ada lembur. Aku berdecak. Dengan kesal, kubalas pesannya secara kilat.“Kemarin juga kamu lembur, Mas. Tidak bisa gantian sama yang lain?” tulisku pada layar, kemudian segera menekan tombol kirim.Tak lama, balasan darinya masuk.Lagi, bukan permintaan maaf yang kudapatkan. Dia hanya mengirimkan dua kata yang ditutup dengan tanda seru, "Jangan bawel!" Aku mengembuskan napas panjang. Entahlah, rasanya aku sudah menyerah dengan semua ini. Aku merasa jika semua yang aku lakukan percuma. Marah salah, diam sakit.Akhirnya, daripada berada di rumah dan terus memikirkan suamiku itu, aku pun memutuskan untuk keluar.Aku pergi ke sebuah kafe dengan temanku, Ira. Niatnya, aku hanya sekedar makan saja. Namun siapa sangka aku justru terbawa suasana. Aku mulai menceritakan kisah hidupku yang pilu pada temanku dan dia sangat terkejut

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku Ini Dianggap Istri atau Bukan?

    “Mas, malam ini adalah malam Jumat. Apa kamu tidak menginginkannya?" tanyaku sambil menatap suamiku, Mas Raka yang berada di samping. "Aku hanya ingin tidur Mel," katanya diiringi tatapan tajam ke arahku. Selalu itu jawaban yang Mas Raka berikan ketika aku meminta nafkah batin darinya. Sekali lagi hatiku tertampar atas penolakannya. Aku membalikkan tubuh dan seperti biasa, menangis dalam diam dengan air mata yang mengalir dengan deras. Sebagai wanita normal, tentu aku menginginkan belaian dari suami yang kunikahi setahun lalu, tapi dia? Selalu acuh tak acuh, mengabaikan hasratku yang terus meronta untuk dipenuhi. Kelakuannya sungguh kontras dengan cerita teman-temanku yang mengatakan apabila pria matang gencar-gencarnya bercinta. Aku hanya bisa bertanya-tanya, apakah suamiku normal? Apa dia tidak memerlukan sebuah pelepasan? Apa dia tidak mencintaiku? Ataukah dia memiliki wanita lain? Seabrek asumsi negatif berputar di kepalaku, sehingga membuat dadaku semakin sesak. Lelah memi

DMCA.com Protection Status