Share

Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa
Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa
Author: Qinoy

BAB 1. Bercerai

Author: Qinoy
last update Last Updated: 2025-01-13 14:05:09

Bab1. Bercerai

Bu Ratna mendengus. "Rencana? Lima tahun adalah rencana? Kalau kamu nggak bisa kasih anak, mungkin suami kamu butuh... ya, bantuan dari orang lain."

Malam itu di meja makan, Aisyah hanya bisa menunduk, berusaha menahan air mata yang menggumpal di pelupuk. Kata-kata Bu Ratna tadi terasa seperti belati yang terus-menerus menusuk hatinya. Sudah lima tahun dia mencoba segalanya demi impian memiliki anak, tapi usahanya seolah tak pernah cukup. Sementara di sekelilingnya, pandangan sinis dan tatapan tajam dari mertuanya tak henti menghakimi.

Setiap bisikan dan lirikan dari mereka seperti menuntut penjelasan, seakan-akan kekurangannya adalah kesalahan yang tak termaafkan. Mertuanya terus mengkritik dan menghina, sementara suaminya hanya diam, membiarkan Aisyah menanggung semuanya sendiri. Rasa sakit itu kian menyesakkan, membuat hatinya tergores semakin dalam tiap kali ia menyaksikan kekecewaan mereka yang tak kunjung berhenti.

"Aku tahu kamu dengar semuanya, Man," Bu Ratna melanjutkan. "Kamu sebagai suami harus mulai mikirin solusi. Jangan biarin pernikahan kamu hancur cuma karena satu masalah ini. Apalagi kalau kamu ada opsi lain."

Aisyah melirik Arman, berharap suaminya membela. Namun, yang dia dapatkan hanyalah anggukan pelan dari Arman. "Ibu benar, Yah. Mungkin sudah waktunya kita pertimbangkan hal lain."

"Apa maksudmu, Mas?" Aisyah mencoba menahan getaran di suaranya. "Kita masih berusaha, kan? Aku masih berusaha..."

Arman menghela napas panjang. "Aku nggak mau bohong lagi, Yah. Ada seseorang... dan aku mau dia tinggal di sini. Dia bisa memberikan aku apa yang selama ini kita nggak punya."

Dunia Aisyah serasa runtuh. Tubuhnya gemetar, matanya terasa panas. "Apa? Kamu serius? Kamu mau bawa wanita lain ke rumah ini?"

"Dia... bisa kasih aku anak," jawab Arman tanpa perasaan. "Aku butuh itu, dan kita sudah mencoba terlalu lama."

Malam yang kelam tidak memberikan Aisyah ketenangan. Percakapan mengerikan di meja makan. Pikiran tentang Arman yang akan membawa wanita lain ke rumah menghantui, membuat hatinya semakin terkoyak.

"Mas, kita harus bicara berdua-"

Arman menatapnya dengan tatapan kosong, seakan semua masalah sudah tak lagi penting. "Apa yang mau dibicarakan? Aku sudah bilang ini keputusan terbaik untuk kita semua."

"Untuk kita semua? Atau cuma untuk kamu?" Aisyah mendesak, suaranya bergetar. "Aku istrimu, Mas. Bagaimana bisa kamu berpikir membawa wanita lain ke rumah ini adalah solusi?"

Arman menoleh, ekspresinya datar. "Aku nggak punya pilihan lain. Kita sudah mencoba segalanya, tapi kamu ... nggak bisa kasih aku anak."

"Jadi, karena itu, kamu berpikir selingkuh adalah solusinya?" Aisyah menatapnya, air matanya mulai mengalir. "Aku selalu setia sama kamu, mendukung kamu di saat-saat sulit. Sekarang kamu malah memilih jalan ini?"

"Aisyah, kenapa kamu nggak bisa terima kenyataan? Arman butuh anak, dan kamu jelas-jelas nggak mampu. Jangan bikin masalah ini lebih rumit dari yang sudah ada." Bu Ratna ibu mertuanya mencebik.

"Dasar gadis miskin, memang salah kamu memilih gadis yang tidak tahu asal usulnya Arman. Sudah beban, mandul pula." Kali ini kata-kata Rina yang menusuk hati Aisyah.

Aisyah merasakan amarahnya perlahan muncul, namun ia mencoba meredamnya. "Mas, bagaimana mungkin kamu tega melakukan ini padaku? Kita suami-istri, kita harusnya-"

Bu Ratna mendengus sinis. "Kamu harus sadar diri, Aisyah. Terima wanita itu dan perlakukan dengan baik!" Bu Ratna bangkit dari duduk lalu mengambil kertas yang ada di atas lemari pendingin. Dengan sombong wanita itu melempar lembaran kertas ke wajah Aisyah. "Terima dia atau bercerai dengan Arman." 

Tangan Aisyah gemetar ketika membaca lembaran kertas itu. "Ini, surat cerai?" Seakan dia tidak percaya dengan apa yang dilihat. 

Aisyah merasa dadanya sesak, selama lima tahun menikah, Aisyah merelakan semuanya demi mengabdi pada keluarga suaminya. Dibenci, dihina, dicaci oleh mertua dan iparnya. Bahkan wanita cantik itu diperlakukan seperti pembantu gratisan di rumah. Namun, Aisyah berusaha sabar karena dia melihat cinta Arman. Akan tetapi, setelah percakapan makan malam penuh emosi, Aisyah sadar, Arman tidak benar-benar mencintainya. Jika dia mencintai, tidak mungkin ada niatan lelaki itu membawa wanita lain ke dalam rumah. Terlebih surat cerai sudah disiapkan dan Arman sudah membubuhkan tanda tangan.

Belum hilang rasa terkejut menerima surat cerai. Terdengar entakkan suara hells yang semakin mendekat ke arah ruang makan, mereka semua menoleh ke arah pintu. Sekilas Aisyah dapat melihat binar bahagia dari raut suami dan keluarganya.

Di ambang pintu, berdiri seorang wanita muda yang cantik dan menawan, tampak begitu percaya diri. Rambutnya tertata rapi, bibirnya merah sempurna, dan wangi parfumnya menguar kuat memenuhi ruangan. Wanita itu mengenakan gaun elegan, sepatu hak tinggi yang mengkilap, serta tas tangan bermerek. Ia tampak berbeda dari apa yang biasa Aisyah bayangkan-terlalu sempurna untuk berada di rumah yang selama ini penuh dengan kekecewaan dan penghinaan.

Arman tersenyum lebar melihat wanita itu, seolah menemukan kebahagiaan baru yang selama ini ia cari-cari. "Aisyah, kenalkan ini... Farah," katanya, tanpa sedikit pun rasa bersalah di wajahnya.

Aisyah hanya bisa terdiam, memandang wanita di depannya dengan pandangan kosong. Ketika ia melirik ke arah penampilannya sendiri, kesedihan semakin merasuki hatinya. Ia mengenakan baju rumah yang kusam, sisa noda masakan yang tak bisa hilang, apron usang yang sudah robek di beberapa bagian, dan rambutnya hanya disanggul seadanya. Tubuhnya masih tercium aroma bawang dan minyak-bau yang sehari-hari melekat padanya karena pekerjaan rumah tangga yang tak pernah henti ia kerjakan.

Farah meliriknya sekilas, senyum mengejek muncul di wajahnya. Ia tahu betul peran Aisyah di rumah ini, dan ia tampak menikmati kenyataan bahwa kini ia akan menggantikannya. Bu Ratna yang berdiri di samping Arman tampak puas. "Nah, Aisyah. Lihat, wanita ini adalah masa depan keluarga kami. Seseorang yang bisa memberikan keturunan untuk Arman, tidak seperti kamu," ujarnya tanpa rasa iba.

"Seperti yang sudah aku katakan, terima Farah sebagai madumu, atau ceraikan suamimu!" imbuh Bu Ratna.

'Sepertinya mereka memang telah menyiapkan sebelumnya.' Aisyah membatin dengan menahan sejuta rasa sakit yang seolah menjadi satu.

Aisyah terdiam, pandangannya tertuju pada pena yang diulurkan oleh Bu Ratna.

Dengan napas gemetar, Aisyah mengambil pena itu. Seketika, tangannya berhenti tepat di atas kertas. Kenangan lima tahun yang penuh air mata, pengorbanan, dan usaha demi membahagiakan keluarga ini terlintas di benaknya. Bagaimana ia bekerja tanpa lelah, mengurus rumah, melayani Arman, bahkan mengabaikan dirinya sendiri demi menjadi istri yang baik. Semua itu kini terasa sia-sia.

"Aku akan tanda tangan," suara Aisyah terdengar lirih namun tegas, "tapi aku ingin kalian tahu, aku bukan wanita lemah yang akan terus kalian injak-injak."

Aisyah menunduk, menahan air mata yang mulai jatuh di pipinya. Dengan tangan yang masih gemetar, ia akhirnya menuliskan tanda tangannya di atas surat cerai itu. 

Selesai. Semua sudah berakhir.

Bu Ratna tersenyum puas. Ia meraih surat itu, memastikan tanda tangan Aisyah sudah lengkap, lalu menyimpannya di dalam tasnya. "Bagus. Sekarang, tinggalkan rumah ini."

"Baiklah," kata Aisyah dengan suara yang mulai mantap. "Aku akan pergi dari rumah ini.

"Aku yakin dia akan menjadi gelandangan setelah bercerai!" ejek mantan iparnya, Rina. 

Tawa riang dari dalam itu terdengar tumpang tindih dengan retaknya hati Aisyah yang melangkah keluar rumah tanpa membawa apa-apa kecuali ponsel yang dia miliki sebelum menikah.

"Aku tidak akan memaafkan kalian semua!" Wanita itu menggerutu, setelah berjalan cukup jauh, Aisyah lalu menghubungi nomor tanpa nama di ponselnya. "Aku sudah bercerai, jemput aku!" Selang tidak lama, mobil hitam beriringan memasuki kawasan perkampungan tersebut, orang-orang berjas hitam turun lalu menundukkan kepala seolah memberi penghormatan. Dan Aisyah, dibawa masuk ke salah satu mobil.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
NACL
woooow menyesaaaal kau armandoooo
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 2. Cantik Setelah Bercerai

    Bab 2. Cantik Setelah Bercerai"Bu Aisyah," salah seorang pria berjas hitam yang duduk di depannya angkat bicara. "Kami sudah mengatur semuanya sesuai perintah Anda. Rapat dengan dewan direksi akan dimulai besok pagi pukul sembilan. Apakah Anda ingin mengubah jadwal atau menambah permintaan?"Malam itu, mobil hitam melaju perlahan meninggalkan perkampungan kecil yang selama lima tahun menjadi tempat Aisyah mencoba bertahan. Perjalanan terasa sunyi, hanya suara roda yang berputar di atas aspal yang terdengar. Aisyah duduk diam di kursi belakang, tatapannya kosong, tetapi di dalam dadanya menyala sesuatu—amarah yang ia tahan selama bertahun-tahun kini mencari jalan keluar.Aisyah memandang pria itu dengan mata yang tajam, seolah menunjukkan sisi dirinya yang selama ini terkubur. "Tidak perlu. Pastikan semua berjalan sesuai rencana. Aku ingin ini selesai secepatnya.""Baik, Bu."Mobil berhenti di depan sebuah gedung pencakar langit yang menjulang megah di pusat kota. Dengan gerakan anggu

    Last Updated : 2025-01-13
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 3. Pertemuan yang Membuka Luka

    Bab 3. Pertemuan yang Membuka LukaArman maju beberapa langkah, mengabaikan kehadiran Farah yang mengekor di belakangnya. “Jangan main-main, Aisyah. Kamu datang ke sini untuk apa? Menguntitku? Atau kamu sengaja ingin mencari masalah?”Mata mereka bertemu. Ada luka yang tersembunyi dalam tatapan, tapi bibir Aisyah berhasil melengkung dalam senyum tipis yang dingin. “Aku di sini bukan urusanmu, Arman. Tidak perlu khawatir, lagipula ini kantor orang tua__""Pergilah, Aisyah. Jangan mempermalukan diriku." Arman memotong kalimat Aisyah yang belum selesai. Aisyah terpaksa mengatupkan kembali bibirnya. "Farah, sudah berusaha keras agar aku diterima bekerja di tempat ini. Jangan membuatku terlibat masalah karena dirimu!" Arman menuding. "Apa maksudmu?" Rasanya Aisyah ingin tertawa mendengar pernyataan konyol Arman. Bahkan saat wanita itu menoleh ke arah Farah, wajah wanita yang sudah merebut suaminya itu tampak congkak. "Kau benar-benar tidak tau apa-apa, Arman." Suara tawa Aisyah terdenga

    Last Updated : 2025-01-13
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 4. Pengungkapan yang Menggetarkan

    Bab 4. Pengungkapan yang Menggetarkan"Apa yang kau icarakan, bodoh. Wanita macam apa yang berani mengklaim hal konyol seperti itu?" Suara tawa Farah menggema di pelataran kantor, memancing lebih banyak bisik-bisik dari kerumunan yang sudah berkumpul.Aisyah menelan rasa sakit di kakinya, berusaha keras untuk tetap berdiri dengan sisa tenaga yang ia miliki. Mata-mata penuh ejekan dari orang-orang di sekitarnya membuat dadanya terasa sesak."Berhenti menertawakanku!" Aisyah berteriak, suaranya pecah oleh emosi.Namun, bukannya berhenti, Farah justru melangkah mendekat dengan tatapan penuh cemooh. "Kau ini apa? Mau mencoba membuktikan sesuatu? Hei, lihatlah dirimu! Bahkan berjalan saja kau kesulitan."Aisyah menatap Farah dengan mata berkaca-kaca, namun tak ada air mata yang ia biarkan jatuh. "Kau pikir kau sudah menang, Farah?" katanya dengan suara gemetar.Arman menyeringai. "Kau sudah kalah, Aisyah. Jangan membuat dirimu semakin menyedihkan."Aisyah ingin melawan, tetapi rasa sakit d

    Last Updated : 2025-01-13
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   BAB 5. Manipulatif

    Bab 5. ManipulatifFarah menggebrak meja kecil di ruangannya dengan keras. Suara hantaman itu memantul di dinding ruang kerja yang dihiasi lukisan abstrak berwarna gelap. Matanya memerah, napasnya tersengal, sementara dada naik-turun seperti sedang membakar emosi yang tak tertahan.“Kenapa dia selalu mendapatkan perhatian? Bahkan setelah semua penghinaan tadi, dia masih diperlakukan seperti seorang ratu!” Suaranya nyaring, menggema, hingga membuat Hendra, pamannya, yang duduk santai di sofa kulit hitam di sudut ruangan, menoleh dengan alis terangkat.Hendra hanya menyeringai kecil, seolah menikmati pemandangan kemarahan Farah. Ia mengangkat cangkir kopinya dengan gerakan tenang, menyeruput sedikit, lalu meletakkannya kembali di meja kecil di hadapannya. “Tenang, Farah. Tidak ada yang abadi. Bahkan perhatian seorang Hermawan bisa kita belokkan.”Farah menoleh tajam. Matanya menyipit, kilatan penuh rasa ingin tahu muncul di balik amarahnya. “Apa maksud Paman?” tanyanya, suaranya lebih r

    Last Updated : 2025-01-13
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 6. Drama di Kantor

    Bab 6. Drama di kantorMirna melangkah cepat keluar dari mobilnya, sepatu hak tingginya mengetuk lantai lobi kantor dengan ritme yang tegas. Tatapan matanya tajam, seolah menembus siapa pun yang berani menghalangi jalannya. Di tangannya, sebuah tas kulit mewah terayun ringan, kontras dengan atmosfer panas yang mulai terasa dari amarah yang ia pendam.Farah berdiri di sudut lobi, pura-pura terkejut melihat kedatangan Mirna yang mendadak. Ia segera melangkah mendekat dengan ekspresi cemas yang sudah dipoles sempurna. "Bu Mirna! Astaga, saya tidak menyangka Ibu akan datang langsung."Mirna menatap Farah dingin. "Bawa saya ke tempat suami saya sekarang."Farah menunduk, menunjukkan kesopanan palsu. "Tentu, Bu. Mari ikut saya." Ia memimpin jalan menuju ruang kerja Hermawan, sesekali melirik ke belakang untuk memastikan Mirna masih mengikutinya. Senyum kecil muncul di bibirnya—sangat tipis, tetapi penuh kemenangan.Di ruang kesehatan, Pak Hermawan berdiri dengan tangan di pinggang, berhadap

    Last Updated : 2025-02-04
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 7. Kemarahan Farah

    Bab 7. Kemarahan FarahFarah melangkah masuk ke ruang kerjanya dengan penuh amarah. Tumit sepatu tingginya menghentak lantai marmer, suaranya menggema di sepanjang lorong. Begitu pintu tertutup, ia menatap Arman yang ada di belakangnya. "Arman!" serunya dengan nada tinggi. "Apa yang kau katakan waktu itu? Bahwa Aisyah hanya gadis sederhana yang tidak jelas asal-usulnya?"Arman tampak bingung sekaligus tegang mendengar nada Farah. "Farah, Tenang dulu—""Tenang?" Farah mendengus sinis, wajahnya memerah karena marah. "Kau pikir aku bisa tenang setelah ini? Kau tahu siapa Aisyah? Dia anak Pak Hermawan dan Bu Mirna! Kau sadar betapa bodohnya aku sekarang? Aku dan paman terancam di pecat!""Saat aku menikahinya, dia hanya gadis sederhana yang sangat mencintaiku. Bahkan wali nikahnya saja dulu ayahnya, dan itu lewat telepon. Aku tidak tahu apa-apa soal keluarganya." Ucapnya sambil mengingat -ingat. Farah melangkah mendekat, menatap Arman dengan penuh kekesalan. "Kau menikahi seorang wanita

    Last Updated : 2025-02-07
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 8. Direktur Utama

    Bab 8. Direktur UtamaSetelah Farah, Hendra, dan Arman meninggalkan ruangan, suasana di dalam menjadi sangat tegang. Aisyah berdiri mematung, matanya tertuju ke lantai, mencoba menghindari tatapan tajam dari Mama, ibu Mirna. Ibu Mirna melangkah mendekat, suaranya langsung menghentak. “Jadi, puas kamu sekarang? Sudah Mama bilang, Arman itu bukan pria yang pantas untukmu! Tapi apa? Kamu malah merajuk, melawan kami, bahkan rela menyembunyikan identitasmu demi pria itu! Sekarang apa yang kamu dapat, hah? Dibuang? Direndahkan?!”Aisyah hanya diam, menunduk lebih dalam. Tenggorokannya tercekat, tetapi ia tidak bisa membalas.Ibu Mirna, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Amarah dan kecewa terpancar dari setiap kata yang keluar. “Kamu itu pintar, kamu kaya, kamu punya segalanya, Aisyah. Tapi kamu malah memilih jadi lemah dan miskin demi pria seperti Arman. Demi cinta? Kamu kira cinta itu cukup?”“Mama...” Aisyah akhirnya berbisik, suaranya lirih. “ Dulu aku hanya ingin dicintai dengan tulu

    Last Updated : 2025-02-08
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 9. Fakta Yang Mengejutkan

    Bab 9. Fakta yang MengejutkanSesampainya di rumah, Bu Mirna sudah menunggu mereka di ruang tamu, dengan secangkir teh di tangan dan ekspresi angkuh yang menjadi ciri khasnya. Ketika melihat Farah dan Arman masuk, dia segera meletakkan cangkirnya."Kalian sudah pulang?" tanya Bu Mirna dengan senyuman.Farah langsung duduk di sofa tanpa diundang, sementara Arman berdiri di dekat pintu, masih tampak ragu. "Bu," kata Farah pelan. Bu Mirna menaikkan alisnya. "Ada apa?"Sambil memegang lengan Bu Mirna, Farah mencondongkan sedikit wajahnya "Direktur utama perusahaan tempat saya bekerja adalah Aisyah. Mendengar nama itu, ekspresi Bu Mirna berubah seketika. Bibirnya mengerucut, dan matanya menyipit tajam. "Aisyah? Apa urusannya dia dengan perusahaanmu?"Farah menelan ludah sebelum menjawab. "Dia... direktur utama Amarta Group, Bu. Dan dia... anak keluarga Hermawan."Untuk beberapa detik, waktu seolah berhenti. Matanya membelalak, menatap Farah seperti tidak percaya. "Apa... apa kamu bilang

    Last Updated : 2025-02-10

Latest chapter

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 26. Rencana Kotor Dimulai

    Bab 26. Rencana Kotor DimulaiHendra menyilangkan tangan di depan dada, menatap Farah dan Arman dengan senyum tipis."Aku punya beberapa kontak di bagian IT," katanya pelan. "Kita bisa 'menyesuaikan' rekaman CCTV sedikit. Dan log keuangan Arman? Kita bisa membuatnya tampak seperti kesalahan sistem."Farah dan Arman saling bertukar pandang. Mata Farah berbinar, tetapi Arman terlihat lebih ragu."Serius, Paman?" tanya Farah, suaranya setengah berbisik."Tentu," jawab Hendra santai. "Kau pikir selama ini aku bisa bertahan di posisi ini hanya dengan bekerja jujur?"Arman menelan ludah. "Tapi… bukankah itu berbahaya? Jika Aisyah menemukan celah sedikit saja, kita bisa tamat."Hendra menatapnya tajam. "Kalau begitu, kita pastikan tidak ada celah."Farah tersenyum licik. "Aku suka idenya. Kita buat Aisyah terlihat seperti orang bodoh."Hendra berjalan mendekat, menepuk bahu keponakannya. _"Bagus. Kita tidak hanya akan menghapus jejak kalian, tapi juga mengalihkan perhatian.""Maksud Paman?"

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 25. Bella

    Bab 25. BellaBella duduk di meja kerjanya, menyilangkan kaki dengan anggun sementara matanya yang tajam memperhatikan ruangan luas tempatnya bekerja. Sejak awal, Bella tahu dia punya keuntungan besar dibandingkan karyawan lain. Dia tidak perlu bekerja terlalu keras, dan semua orang di kantor tahu dia "istimewa." Tidak ada yang berani menentangnya, terutama karena rumor yang beredar—bahwa orang tua Bella dan keluarga Rendra menginginkan mereka bersama.Bella bukan wanita biasa. Dia tahu apa yang diinginkannya, dan dia tahu bagaimana cara mendapatkannya. Sejak dulu, dia sudah terbiasa hidup dalam kemewahan. Pergaulannya selalu terbatas pada orang-orang kelas atas—miliuner muda, pengusaha sukses, dan pria-pria berkuasa yang bisa membukakan jalan baginya untuk hidup tanpa perlu bersusah payah.Sebagai seorang sosialita, Bella menguasai seni berbicara, menggoda, dan membuat dirinya selalu menjadi pusat perhatian. Penampilannya selalu sempurna—gaun mahal yang pas di tubuh rampingnya, tas

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 24. Bukan Wanita Lemah

    Bab 24. Bukan Wanita LemahRendra duduk tegak di kursinya, telinganya masih menempel pada ponsel. Suara berat dari seberang terdengar tegas namun berhati-hati.“Tuan, situasi di Amarta Grup semakin buruk. Direktur utamanya, Aisyah, sedang dihujani fitnah dari berbagai arah.”Rendra menyipitkan mata. “Fitnah apa?”“Beberapa direksi senior dan pemegang saham menudingnya sebagai hasil nepotisme. Mereka beranggapan Aisyah tidak pantas memimpin, hanya dipilih karena dia putri Pak Hermawan. Padahal, kemampuan Aisyah sebenarnya cukup baik, hanya saja dia tidak pernah benar-benar menonjol sebelum ini.”Rendra mendengus pelan, mengetukkan jarinya ke meja. “Dan siapa yang paling vokal menentangnya?”“Farah dan pamannya, Hendra. Hendra merasa dia lebih berhak atas posisi itu dibandingkan Aisyah. Mereka berusaha mempengaruhi pemegang saham agar mencabut kepercayaan terhadap Aisyah.”Mata Rendra semakin tajam. “Ada alasan konkret atau hanya sekadar ambisi?”“Mereka memanfaatkan skandal. Ada dugaan

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 23. Omong Kosong

    Bab 23. Omong Kosong"Sayur.. sayur.." ucap seorang bapak-bapak pedagang yang sedang berjalan sambil mendorong gerobak sayur.Bu Ratna keluar dari rumah "Beli, pak" menutup pintu rumah dan mendekati tukang sayur dengan senyuman ramahnya.Tukang sayur menghentikan langkahnya "Akhirnya ada yang beli juga. Mau beli apa, Bu?" Mengusap keringat yang ada di pelipisnya dengan handuk kecil di lehernya.Bu Ratna mulai memilih sayuran yang ada di gerobaknya "Sebentar, pak, mau pilih dulu biar enak nanti."Tukang sayur tersenyum "Oh, silahkan atuh.""Lagi beli sayur juga, bu Ratna?"Suara familiar itu membuat gerakan Bu Ratna terhenti di ikuti raut wajah yang sedikit terlihat tidak ramah "Iya." Melirik Bu Siti sesaat "Beli juga, Bu?" Tersenyum tipis.Bu Siti mengambil sebungkus sayur asem mentahan dan memperhatikannya "Iya, Bu, biasa kan kita harus masak buat keluarga" tertawa kecil. "Dan Bu Ratna juga ya? Dulu biasanya Aisyah yang beli keperluan dapur ke pasar atau ke bapak ini, benar kan pak?"

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 22. Gosip

    Bab 22. GosipKeesokan harinya, Bu Ratna dan Rina memutuskan untuk berbicara dengan Arman. Mereka tahu mereka harus melakukan sesuatu sebelum semuanya terlambat."Arman, kita harus bicara," kata Bu Ratna dengan suara tegas.Arman yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, merasa terganggu. "Apa lagi, Bu? Aku sedang sibuk."Bu Ratna tidak peduli. "Ini tentang Aisyah. Kita harus melakukan sesuatu sebelum dia menghancurkan kita."Arman menghela napas, "Bu, Farah dan aku sudah punya rencana. Ibu nggak perlu khawatir.""Rencana? Rencana apa? Apa yang bisa kalian lakukan sekarang? Aisyah sudah jadi direktur utama, Arman." Jawabnya penuh kekhawatiran.Arman menggelengkan kepala, mencoba menenangkan ibunya. "Ibu, Farah sudah punya strategi. Dia bilang kita harus bermain cerdas. Aisyah mungkin punya kekuatan, tapi dia juga punya kelemahan. Farah sudah tahu cara memanfaatkan itu."Rina yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. "Bang, apa rencananya? Apa yang bisa Farah lakukan? Dia cuma bawahannya

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 21. Nasi Sudah Menjadi Bubur

    Bab 21. Nasi Sudah Menjadi BuburRina, adik Arman, sedang asyik menonton serial drama favoritnya di ruang keluarga ketika Bu Ratna tiba-tiba masuk dengan wajah pucat dan langkah yang terburu-buru. Rina segera mematikan televisi, merasa ada sesuatu yang tidak beres."Bu, kenapa? Ada apa?" tanya Rina dengan suara penuh kekhawatiran.Bu Ratna duduk di sebelah Rina, tangannya gemetar saat mencoba meraih tangan putrinya. "Rina, ada sesuatu yang harus Ibu sampaikan. Ini penting."Rina mengerutkan kening, merasa semakin cemas. "Apa itu, Bu? Ibu terlihat sangat terguncang."Bu Ratna menarik napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara. "Kamu tahu Aisyah, kan? Mantan istri Arman?"Rina mengangguk pelan. "Tentu, Bu. Tapi dia sudah pergi dari keluarga kita. Kenapa tiba-tiba membicarakannya?"Bu Ratna menatap Rina dengan mata yang penuh emosi—marah, bingung, dan takut bercampur jadi satu. "Rina, ternyata Aisyah adalah anak dari keluarga Hermawan."Rina terkejut, matanya membelalak. "Apa? Keluarga He

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 20. Kamu Itu Tidak Sendiri

    Bab 20. Kamu Itu Tidak SendiriSementara itu, di kantor, Aisyah sedang duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Pikirannya dipenuhi oleh kejadian di rapat tadi. Dia tahu bahwa Arman dan Farah tidak akan tinggal diam setelah dihadapkan pada bukti-bukti yang ia tunjukkan. Tapi dia juga tidak bisa membiarkan mereka merusak perusahaan ini lebih jauh.Tiba-tiba, teleponnya berdering. Aisyah melihat layar ponselnya dan melihat nama "Papa" terpampang di sana. Dia menghela napas sebelum akhirnya mengangkat telepon."Halo, Papa," sapa Aisyah, mencoba menyembunyikan kelelahan dalam suaranya."Aisyah, kamu masih di kantor?" tanya Hermawan, suaranya terdengar tegas."Ya, Papa. Ada apa?" tanya Aisyah, mulai merasa tidak nyaman."Kamu harus pulang sekarang. Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan," perintah Hermawan.Aisyah mengerutkan kening. "Papa, aku masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Bisakah kita bicara nanti?""Tidak, Aisyah. Ini penting. Pulang sekarang

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 19. Rencana Baru

    Bab 19. Rencana BaruFarah terdiam sesaat "Sebentar, biarkan aku berfikir dulu""Jangan sampai kita di pecat, aku baru saja bekerja disini!"Farah menghela nafas kencang "Aku juga sudah bekerja disini cukup lama, Arman! Jangan kamu pikir aku bisa tenang setelah mendengar ucapan Aisyah tadi.""Pokoknya, kita harus cari cara supaya kita selamat. Tapi bagaimana caranya?" Ucap Arman berusaha memikirkan solusi.Farah yang baru sadar terpikirkan sesuatu langsung tersenyum "Aku tau bagaimana caranya."Langkah Arman terhenti dan langsung menoleh padanya dengan penasaran "Apa itu?"Farah melipat tangannya di depan dada dan mengangkat dagunya "Minta bantuan pamanku. Dia pasti akan memberikan kita solusi."Arman berpikir sesaat "Boleh juga. Kamu benar." Tersenyum miring "semua orang pasti percaya pada kita jika Om Hendra berpihak pada kita""Tentu. Posisi Pamanku lebih tinggi, pastinya semua karyawan menghormati dia" ucap Farah dengan bangga.Arman mengangguk "Kalau begitu, kita harus segera mem

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 18. Sedikit Pelajaran

    Bab 18. Sedikit PelajaranPak Rahmat mengerutkan dahi "Jadi, bisa di katakan ada oknum yang ingin menghancurkan perusahaan kita?" Aisyah mengangguk "Betul, pak. Orang ini yang memiliki niat untuk menjatuhkan seseorang atau perusahaan kita. Lihat saja?" Menunjuk layar "Bagaimana mungkin orang yang bertanggung jawab atas perusahaan ini berani membuat perusahaan kita rugi? Bahkan lebih parahnya dia melakukan hal yang sangat tidak baik, karena tidak memikirkan nasib perusahaan dan supplier kita" Pak Rahmat terdiam sesaat "Memangnya apa yang telah ia lakukan, Bu Aisyah?" Aisyah menghela nafas panjang "Dia melakukan perubahan terhadap pemesanan bahan baku ke supplier kita yang biasanya dua puluh juta tiap pesanan di rubah menjadi dua ratu juta. Anda bisa memikirkan selanjutnya bukan? Keuangan kita bisa tidak stabil karena harus mengganti rugi bahan yang terbuang." Pak Rahmat terkejut "Ya ampun, itu sangat fatal! Dua puluh juta menjadi dua ratus juta sangatlah besar! Bagaimana bisa dia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status