Home / Rumah Tangga / Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa / Bab 4. Pengungkapan yang Menggetarkan

Share

Bab 4. Pengungkapan yang Menggetarkan

Author: Qinoy
last update Last Updated: 2025-01-13 14:16:15

Bab 4. Pengungkapan yang Menggetarkan

"Apa yang kau icarakan, bodoh. Wanita macam apa yang berani mengklaim hal konyol seperti itu?" Suara tawa Farah menggema di pelataran kantor, memancing lebih banyak bisik-bisik dari kerumunan yang sudah berkumpul.

Aisyah menelan rasa sakit di kakinya, berusaha keras untuk tetap berdiri dengan sisa tenaga yang ia miliki. Mata-mata penuh ejekan dari orang-orang di sekitarnya membuat dadanya terasa sesak.

"Berhenti menertawakanku!" Aisyah berteriak, suaranya pecah oleh emosi.

Namun, bukannya berhenti, Farah justru melangkah mendekat dengan tatapan penuh cemooh. "Kau ini apa? Mau mencoba membuktikan sesuatu? Hei, lihatlah dirimu! Bahkan berjalan saja kau kesulitan."

Aisyah menatap Farah dengan mata berkaca-kaca, namun tak ada air mata yang ia biarkan jatuh. "Kau pikir kau sudah menang, Farah?" katanya dengan suara gemetar.

Arman menyeringai. "Kau sudah kalah, Aisyah. Jangan membuat dirimu semakin menyedihkan."

Aisyah ingin melawan, tetapi rasa sakit di kakinya dan penghinaan yang terus datang membuat tubuhnya limbung. 

Suara deru mobil terdengar dari luar, lalu berhenti di dekat Aisyah. Beberapa orang menoleh, melihat seorang pria paruh baya turun. Wajahnya penuh tanya dan sedikit kekhawatiran.

"Ada apa, ini?" suara pria itu bergema, memecah kebekuan suasana.

Suara pria paruh baya yang penuh wibawa itu membuat semua orang di pelataran kantor terdiam. Mata mereka secara bersamaan tertuju pada lelaki berjas hitam mahal yang kini berdiri di hadapan mereka, tatapannya tajam dan menusuk.

"Ada keributan apa ini?" tanyanya sekali lagi, kali ini dengan nada lebih tegas.

Paman Farah, yang sebelumnya terlihat sangat percaya diri, buru-buru maju dengan wajah penuh senyum palsu. "Ah, maaf atas kekacauan ini, Pak. Saya akan segera mengusir wanita gila itu!" katanya, menunjuk Aisyah dengan gerakan tangan yang penuh hinaan.

Mata pria itu menyipit, tatapannya bergerak dari paman Farah ke arah Aisyah yang tampak lemah dan masih dipapah oleh lelaki yang berdiri di sisinya. "Mengusir wanita gila?" Ia membeo pernyataan paman Farah dengan nada rendah tapi menusuk. "Siapa yang kau maksud wanita gila itu?"

"Dia, Pak! Wanita itu tidak tahu malu! Datang ke sini hanya untuk mengemis cinta mantan suaminya," tambah Farah dengan nada penuh cemooh.

Aisyah menegakkan tubuhnya dengan susah payah, menatap Farah dengan tatapan tajam meski rasa sakit di kakinya membuatnya sulit untuk berdiri lama.

"Mengemis cinta?" suara lelaki paruh baya itu terdengar sinis, tatapannya semakin tajam.

"Iya, Pak! Dia memang terlihat alim, tapi jangan salah, dia bukan wanita baik-baik," kali ini giliran mantan suami Aisyah yang berbicara. Senyum sinis terukir di wajahnya, seolah kemenangan sudah di tangannya.

Bisik-bisik mulai terdengar di antara para karyawan.

"Usir saja dia! Usir!"

Aisyah menghela napas panjang, berusaha tetap tenang meski kata-kata mereka menusuk hati. Ia menatap tajam ke arah mantan suaminya dan berbicara dengan suara tegas. "Aku bukan wanita hina seperti yang kalian tuduhkan. Dan aku tidak pernah menjual diriku."

Suasana langsung hening. Kata-kata Aisyah yang penuh ketegasan berhasil membuat semua orang terdiam. Namun, mantan suaminya hanya menyeringai, seolah tidak terpengaruh sama sekali.

Lelaki berjas hitam itu melangkah mendekat, tatapannya penuh perhatian ke arah Aisyah. "Kenapa dengan kakimu?" tanyanya.

Aisyah menunduk sesaat, menahan rasa malu. "Tidak apa-apa, Pak. Hanya sedikit luka kecil."

Pria itu mengernyit, kemudian memberikan instruksi kepada lelaki yang bersama Aisyah. "Bawa dia ke ruang perawatan sekarang."

Kerumunan yang tadinya penuh dengan bisikan dan cemoohan mendadak berubah jadi keheningan yang mencekam. Semua mata memandang tak percaya.

"Jangan sampai Anda terpengaruh dengan penampilannya, Pak. Dia wanita ular!" Farah berkata dengan penuh amarah, suaranya menggema.

Pria itu berhenti melangkah. Tatapan dinginnya kini tertuju pada Farah. "Apa yang kau bicarakan?" Ia menghela napas panjang sebelum melanjutkan, suaranya terdengar seperti petir di siang bolong.

"Dia wanita ular!" Farah mengulangi dengan suara yang penuh kebencian. "Penampilannya memang menipu, tapi wanita seperti dia hanya tahu cara merayu pria demi keuntungan dirinya sendiri!"

Hendra, paman Farah, segera menimpali dengan nada mendukung. "Benar, Pak! Saya sudah lama mendengar cerita buruk tentang dia.

Arman, mantan suami Aisyah, melangkah maju dengan senyum dingin yang menghiasi wajahnya. "Pak, saya rasa Anda tidak tahu siapa dia sebenarnya. Aisyah ini hanya pura-pura tidak bersalah. Dia bahkan menjual dirinya sendiri demi uang setelah kami bercerai!"

Bisik-bisik kembali memenuhi udara, kali ini dengan nada yang semakin menuduh dan penuh ejekan.

"Lihat dia! Berani sekali datang ke sini."

"Pasti benar, dia wanita hina."

"Apa yang ia cari di sini? Memalukan!"

Lelaki berjas hitam itu masih berdiri tegap, mendengarkan setiap kalimat dengan ekspresi datar. Namun, matanya yang tajam menyiratkan ketidaksenangan yang mendalam. Ia mengangkat tangannya perlahan, meminta semua orang untuk diam.

"Pak, Anda harus percaya pada kami!" Farah berkata dengan nada tinggi, suaranya penuh percaya diri. Ia melangkah maju, seolah merasa mendapat dukungan dari semua bisikan di sekitarnya. "Wanita ini tidak layak berada di sini, apalagi diberi kesempatan. Penampilannya memang terlihat memelas, tapi itu semua hanya topeng. Dia ini manipulatif, penuh drama, dan hanya ingin menarik simpati orang-orang seperti Anda!"

Farah melemparkan pandangan penuh kemenangan ke arah Aisyah yang berdiri di sudut, memegangi lengannya yang terluka. Namun, Aisyah tetap diam, wajahnya tetap tenang meskipun jelas terlihat kelelahan.

Arman menambahkan dengan senyum sinis, "Semua orang tahu, Pak. Aisyah adalah wanita bermuka dua. Bahkan setelah kami bercerai, saya masih sering mendengar cerita-cerita buruk tentang dirinya. Anda pasti bisa menilai sendiri, kan, dari caranya memanfaatkan situasi ini? Luka kecil seperti itu pun dia dramatisir."

"Sudah jelas dia hanya cari perhatian!" Farah menyela, tatapannya penuh kebencian. "Kalau saya jadi Anda, Pak, saya langsung usir saja dia dari sini!"

Namun, lelaki berjas hitam itu tidak menunjukkan reaksi apa pun. Tatapannya tetap datar, hanya sedikit menyipitkan mata ketika mendengar setiap kalimat fitnah yang keluar dari mulut Farah, Hendra, dan Arman.

Setelah beberapa saat hening, pria itu akhirnya berbicara dengan suara rendah namun penuh wibawa. "Sudah selesai kalian berbicara?"

Suasana mendadak senyap. Farah, yang tadinya terlihat percaya diri, mulai terlihat gelisah. Namun, ia masih mencoba mempertahankan sikapnya. "Kami hanya menyampaikan fakta, Pak. Kalau Anda ingin bukti, kami bisa mencari saksi."

Pria itu mendekati Farah perlahan, langkahnya tenang namun setiap langkahnya terasa berat di udara. "Fakta?" tanyanya dengan nada rendah namun menusuk. "Bukti apa yang kau punya? Atau kau hanya melontarkan kata-kata kosong untuk menjatuhkan orang lain?"

Farah terdiam, mulutnya terbuka seolah ingin menjawab, namun tak satu kata pun keluar.

Hendra, yang mencoba menyelamatkan keadaan, berkata, "Pak, Anda harus mengerti. Kami hanya berusaha melindungi reputasi perusahaan ini. Jika orang-orang tahu wanita seperti dia berada di sini, apa kata mereka nanti?"

"Cukup. Aku tidak ingin mendengar satu kata pun lagi dari kalian."

Ia kemudian berbalik, menatap lelaki yang berdiri di samping Aisyah, masih memeganginya dengan penuh perhatian. "Bawa dia ke ruang kesehatan sekarang. Pastikan lukanya dirawat dengan baik."

Lelaki itu segera mengangguk dan mulai memapah Aisyah keluar dari kerumunan.

Related chapters

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   BAB 5. Manipulatif

    Bab 5. ManipulatifFarah menggebrak meja kecil di ruangannya dengan keras. Suara hantaman itu memantul di dinding ruang kerja yang dihiasi lukisan abstrak berwarna gelap. Matanya memerah, napasnya tersengal, sementara dada naik-turun seperti sedang membakar emosi yang tak tertahan.“Kenapa dia selalu mendapatkan perhatian? Bahkan setelah semua penghinaan tadi, dia masih diperlakukan seperti seorang ratu!” Suaranya nyaring, menggema, hingga membuat Hendra, pamannya, yang duduk santai di sofa kulit hitam di sudut ruangan, menoleh dengan alis terangkat.Hendra hanya menyeringai kecil, seolah menikmati pemandangan kemarahan Farah. Ia mengangkat cangkir kopinya dengan gerakan tenang, menyeruput sedikit, lalu meletakkannya kembali di meja kecil di hadapannya. “Tenang, Farah. Tidak ada yang abadi. Bahkan perhatian seorang Hermawan bisa kita belokkan.”Farah menoleh tajam. Matanya menyipit, kilatan penuh rasa ingin tahu muncul di balik amarahnya. “Apa maksud Paman?” tanyanya, suaranya lebih r

    Last Updated : 2025-01-13
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 6. Drama di Kantor

    Bab 6. Drama di kantorMirna melangkah cepat keluar dari mobilnya, sepatu hak tingginya mengetuk lantai lobi kantor dengan ritme yang tegas. Tatapan matanya tajam, seolah menembus siapa pun yang berani menghalangi jalannya. Di tangannya, sebuah tas kulit mewah terayun ringan, kontras dengan atmosfer panas yang mulai terasa dari amarah yang ia pendam.Farah berdiri di sudut lobi, pura-pura terkejut melihat kedatangan Mirna yang mendadak. Ia segera melangkah mendekat dengan ekspresi cemas yang sudah dipoles sempurna. "Bu Mirna! Astaga, saya tidak menyangka Ibu akan datang langsung."Mirna menatap Farah dingin. "Bawa saya ke tempat suami saya sekarang."Farah menunduk, menunjukkan kesopanan palsu. "Tentu, Bu. Mari ikut saya." Ia memimpin jalan menuju ruang kerja Hermawan, sesekali melirik ke belakang untuk memastikan Mirna masih mengikutinya. Senyum kecil muncul di bibirnya—sangat tipis, tetapi penuh kemenangan.Di ruang kesehatan, Pak Hermawan berdiri dengan tangan di pinggang, berhadap

    Last Updated : 2025-02-04
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 7. Kemarahan Farah

    Bab 7. Kemarahan FarahFarah melangkah masuk ke ruang kerjanya dengan penuh amarah. Tumit sepatu tingginya menghentak lantai marmer, suaranya menggema di sepanjang lorong. Begitu pintu tertutup, ia menatap Arman yang ada di belakangnya. "Arman!" serunya dengan nada tinggi. "Apa yang kau katakan waktu itu? Bahwa Aisyah hanya gadis sederhana yang tidak jelas asal-usulnya?"Arman tampak bingung sekaligus tegang mendengar nada Farah. "Farah, Tenang dulu—""Tenang?" Farah mendengus sinis, wajahnya memerah karena marah. "Kau pikir aku bisa tenang setelah ini? Kau tahu siapa Aisyah? Dia anak Pak Hermawan dan Bu Mirna! Kau sadar betapa bodohnya aku sekarang? Aku dan paman terancam di pecat!""Saat aku menikahinya, dia hanya gadis sederhana yang sangat mencintaiku. Bahkan wali nikahnya saja dulu ayahnya, dan itu lewat telepon. Aku tidak tahu apa-apa soal keluarganya." Ucapnya sambil mengingat -ingat. Farah melangkah mendekat, menatap Arman dengan penuh kekesalan. "Kau menikahi seorang wanita

    Last Updated : 2025-02-07
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 8. Direktur Utama

    Bab 8. Direktur UtamaSetelah Farah, Hendra, dan Arman meninggalkan ruangan, suasana di dalam menjadi sangat tegang. Aisyah berdiri mematung, matanya tertuju ke lantai, mencoba menghindari tatapan tajam dari Mama, ibu Mirna. Ibu Mirna melangkah mendekat, suaranya langsung menghentak. “Jadi, puas kamu sekarang? Sudah Mama bilang, Arman itu bukan pria yang pantas untukmu! Tapi apa? Kamu malah merajuk, melawan kami, bahkan rela menyembunyikan identitasmu demi pria itu! Sekarang apa yang kamu dapat, hah? Dibuang? Direndahkan?!”Aisyah hanya diam, menunduk lebih dalam. Tenggorokannya tercekat, tetapi ia tidak bisa membalas.Ibu Mirna, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Amarah dan kecewa terpancar dari setiap kata yang keluar. “Kamu itu pintar, kamu kaya, kamu punya segalanya, Aisyah. Tapi kamu malah memilih jadi lemah dan miskin demi pria seperti Arman. Demi cinta? Kamu kira cinta itu cukup?”“Mama...” Aisyah akhirnya berbisik, suaranya lirih. “ Dulu aku hanya ingin dicintai dengan tulu

    Last Updated : 2025-02-08
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 9. Fakta Yang Mengejutkan

    Bab 9. Fakta yang MengejutkanSesampainya di rumah, Bu Mirna sudah menunggu mereka di ruang tamu, dengan secangkir teh di tangan dan ekspresi angkuh yang menjadi ciri khasnya. Ketika melihat Farah dan Arman masuk, dia segera meletakkan cangkirnya."Kalian sudah pulang?" tanya Bu Mirna dengan senyuman.Farah langsung duduk di sofa tanpa diundang, sementara Arman berdiri di dekat pintu, masih tampak ragu. "Bu," kata Farah pelan. Bu Mirna menaikkan alisnya. "Ada apa?"Sambil memegang lengan Bu Mirna, Farah mencondongkan sedikit wajahnya "Direktur utama perusahaan tempat saya bekerja adalah Aisyah. Mendengar nama itu, ekspresi Bu Mirna berubah seketika. Bibirnya mengerucut, dan matanya menyipit tajam. "Aisyah? Apa urusannya dia dengan perusahaanmu?"Farah menelan ludah sebelum menjawab. "Dia... direktur utama Amarta Group, Bu. Dan dia... anak keluarga Hermawan."Untuk beberapa detik, waktu seolah berhenti. Matanya membelalak, menatap Farah seperti tidak percaya. "Apa... apa kamu bilang

    Last Updated : 2025-02-10
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 10. Langkah Pertama

    Bab 10. Langkah Pertama Setelah pengumuman besar itu, suasana di ruang rapat perlahan kembali tenang. Namun, Aisyah dapat merasakan adanya sikap dingin yang terpendam pada beberapa anggota keluarga besar Amarta Group, terutama dari Farah dan Hendra. Mereka jelas tidak senang dengan keputusan ini, tetapi tidak ada seorang pun yang berani menentang Pak Hermawan secara langsung.Setelah pertemuan berakhir, para peserta mulai meninggalkan ruangan. Beberapa karyawan menghampiri Aisyah dan mengucapkan selamat dengan senyuman formal. Namun, dia tahu bahwa banyak dari mereka masih meragukan kemampuannya.“Selamat ya, Presiden Direktur,” sapa Farah dengan nada sinis saat mereka berpapasan di pintu keluar. "Tetapi jangan lupa, ini baru permulaan. Posisinya berat, dan tidak semua orang cukup kuat untuk mempertahankannya.”Aisyah menatap Farah sambil tersenyum tenang. "Terima kasih atas pengingatnya, Farah." Saya yakin bahwa dengan kerja keras dan dukungan tim, saya dapat melalui ini. Oh, dan te

    Last Updated : 2025-02-11
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 11. Fitnah

    Bab 11. Fitnahkantor Amarta Grup, atmosfer mulai berubah. Bisikan-bisikan tentang Aisyah terdengar di mana-mana. Beberapa karyawan berkumpul di pantry, membahas berita yang mereka dengar.“Aku dengar dia cuma jadi direktur utama karena dia anaknya Pak Hermawan. Kalau bukan anak pemilik, mana mungkin dia dipilih?” ujar seorang karyawan wanita.“Benar! Apalagi yang ku dengar dia cuma kerja sebagai ibu rumah tangga saja. Gimana bisa seseorang yang nggak punya pengalaman langsung memimpin perusahaan sebesar ini?” balas rekannya.Sementara itu, di ruangannya, Aisyah mencoba fokus pada dokumen di depannya. Namun, ia tidak bisa mengabaikan tatapan-tatapan aneh dari rekan kerjanya yang melintas di luar ruangan.Ketukan di pintu membuyarkan pikirannya. “Masuk,” ujarnya.Rani, asistennya, melangkah masuk dengan wajah ragu. “Bu Aisyah, saya perlu memberitahu sesuatu.”Aisyah menatap Rani dengan tajam. “Apa yang terjadi, Rani?”“Saya dengar beberapa orang di kantor mulai membicarakan hal-hal tida

    Last Updated : 2025-02-14
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 12. Berita Buruk Terus Menyebar

    Bab 12. Berita Buruk Terus MenyebarPagi hari itu, Aisyah melangkahkan kakinya memasuki gedung perkantoran seperti biasanya, tenang dan penuh wibawa, namun tidak dengan semua karyawan yang melihat kedatangannya. Tatapan yang sebelumnya terlihat menghormati posisi nya kini berubah menjadi sinis, penuh kebencian dan rasa heran yang jelas di mata mereka. "Lihat, tuh, ibu rumah tangga yang mandul berlaga mau ngurus perusahaan ini." Bisik karyawan lain kepada temannya. Temannya menatap Aisyah jijik "Aku heran kenapa bisa pak Hermawan sampai yakin dan percaya kalau wanita kaya dia bisa pegang kendali bisnis ini, dari keliatannya aja gak meyakinkan banget.""Gak mungkin kalau pak Hermawan mau hancurin usaha kita dengan jadiin anaknya sebagai direktur utama kan? Dia harusnya tau kalau pegang perusahaan gak sama kaya ngurus rumah." Karyawan itu mengangkat bahu "Gak tau lagi apa yang di pikirin pak Hermawan soal dia. Udah cuma pernah jadi ibu rumah tangga, di tambah di ceraiin suaminya kare

    Last Updated : 2025-02-16

Latest chapter

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 26. Rencana Kotor Dimulai

    Bab 26. Rencana Kotor DimulaiHendra menyilangkan tangan di depan dada, menatap Farah dan Arman dengan senyum tipis."Aku punya beberapa kontak di bagian IT," katanya pelan. "Kita bisa 'menyesuaikan' rekaman CCTV sedikit. Dan log keuangan Arman? Kita bisa membuatnya tampak seperti kesalahan sistem."Farah dan Arman saling bertukar pandang. Mata Farah berbinar, tetapi Arman terlihat lebih ragu."Serius, Paman?" tanya Farah, suaranya setengah berbisik."Tentu," jawab Hendra santai. "Kau pikir selama ini aku bisa bertahan di posisi ini hanya dengan bekerja jujur?"Arman menelan ludah. "Tapi… bukankah itu berbahaya? Jika Aisyah menemukan celah sedikit saja, kita bisa tamat."Hendra menatapnya tajam. "Kalau begitu, kita pastikan tidak ada celah."Farah tersenyum licik. "Aku suka idenya. Kita buat Aisyah terlihat seperti orang bodoh."Hendra berjalan mendekat, menepuk bahu keponakannya. _"Bagus. Kita tidak hanya akan menghapus jejak kalian, tapi juga mengalihkan perhatian.""Maksud Paman?"

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 25. Bella

    Bab 25. BellaBella duduk di meja kerjanya, menyilangkan kaki dengan anggun sementara matanya yang tajam memperhatikan ruangan luas tempatnya bekerja. Sejak awal, Bella tahu dia punya keuntungan besar dibandingkan karyawan lain. Dia tidak perlu bekerja terlalu keras, dan semua orang di kantor tahu dia "istimewa." Tidak ada yang berani menentangnya, terutama karena rumor yang beredar—bahwa orang tua Bella dan keluarga Rendra menginginkan mereka bersama.Bella bukan wanita biasa. Dia tahu apa yang diinginkannya, dan dia tahu bagaimana cara mendapatkannya. Sejak dulu, dia sudah terbiasa hidup dalam kemewahan. Pergaulannya selalu terbatas pada orang-orang kelas atas—miliuner muda, pengusaha sukses, dan pria-pria berkuasa yang bisa membukakan jalan baginya untuk hidup tanpa perlu bersusah payah.Sebagai seorang sosialita, Bella menguasai seni berbicara, menggoda, dan membuat dirinya selalu menjadi pusat perhatian. Penampilannya selalu sempurna—gaun mahal yang pas di tubuh rampingnya, tas

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 24. Bukan Wanita Lemah

    Bab 24. Bukan Wanita LemahRendra duduk tegak di kursinya, telinganya masih menempel pada ponsel. Suara berat dari seberang terdengar tegas namun berhati-hati.“Tuan, situasi di Amarta Grup semakin buruk. Direktur utamanya, Aisyah, sedang dihujani fitnah dari berbagai arah.”Rendra menyipitkan mata. “Fitnah apa?”“Beberapa direksi senior dan pemegang saham menudingnya sebagai hasil nepotisme. Mereka beranggapan Aisyah tidak pantas memimpin, hanya dipilih karena dia putri Pak Hermawan. Padahal, kemampuan Aisyah sebenarnya cukup baik, hanya saja dia tidak pernah benar-benar menonjol sebelum ini.”Rendra mendengus pelan, mengetukkan jarinya ke meja. “Dan siapa yang paling vokal menentangnya?”“Farah dan pamannya, Hendra. Hendra merasa dia lebih berhak atas posisi itu dibandingkan Aisyah. Mereka berusaha mempengaruhi pemegang saham agar mencabut kepercayaan terhadap Aisyah.”Mata Rendra semakin tajam. “Ada alasan konkret atau hanya sekadar ambisi?”“Mereka memanfaatkan skandal. Ada dugaan

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 23. Omong Kosong

    Bab 23. Omong Kosong"Sayur.. sayur.." ucap seorang bapak-bapak pedagang yang sedang berjalan sambil mendorong gerobak sayur.Bu Ratna keluar dari rumah "Beli, pak" menutup pintu rumah dan mendekati tukang sayur dengan senyuman ramahnya.Tukang sayur menghentikan langkahnya "Akhirnya ada yang beli juga. Mau beli apa, Bu?" Mengusap keringat yang ada di pelipisnya dengan handuk kecil di lehernya.Bu Ratna mulai memilih sayuran yang ada di gerobaknya "Sebentar, pak, mau pilih dulu biar enak nanti."Tukang sayur tersenyum "Oh, silahkan atuh.""Lagi beli sayur juga, bu Ratna?"Suara familiar itu membuat gerakan Bu Ratna terhenti di ikuti raut wajah yang sedikit terlihat tidak ramah "Iya." Melirik Bu Siti sesaat "Beli juga, Bu?" Tersenyum tipis.Bu Siti mengambil sebungkus sayur asem mentahan dan memperhatikannya "Iya, Bu, biasa kan kita harus masak buat keluarga" tertawa kecil. "Dan Bu Ratna juga ya? Dulu biasanya Aisyah yang beli keperluan dapur ke pasar atau ke bapak ini, benar kan pak?"

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 22. Gosip

    Bab 22. GosipKeesokan harinya, Bu Ratna dan Rina memutuskan untuk berbicara dengan Arman. Mereka tahu mereka harus melakukan sesuatu sebelum semuanya terlambat."Arman, kita harus bicara," kata Bu Ratna dengan suara tegas.Arman yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, merasa terganggu. "Apa lagi, Bu? Aku sedang sibuk."Bu Ratna tidak peduli. "Ini tentang Aisyah. Kita harus melakukan sesuatu sebelum dia menghancurkan kita."Arman menghela napas, "Bu, Farah dan aku sudah punya rencana. Ibu nggak perlu khawatir.""Rencana? Rencana apa? Apa yang bisa kalian lakukan sekarang? Aisyah sudah jadi direktur utama, Arman." Jawabnya penuh kekhawatiran.Arman menggelengkan kepala, mencoba menenangkan ibunya. "Ibu, Farah sudah punya strategi. Dia bilang kita harus bermain cerdas. Aisyah mungkin punya kekuatan, tapi dia juga punya kelemahan. Farah sudah tahu cara memanfaatkan itu."Rina yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. "Bang, apa rencananya? Apa yang bisa Farah lakukan? Dia cuma bawahannya

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 21. Nasi Sudah Menjadi Bubur

    Bab 21. Nasi Sudah Menjadi BuburRina, adik Arman, sedang asyik menonton serial drama favoritnya di ruang keluarga ketika Bu Ratna tiba-tiba masuk dengan wajah pucat dan langkah yang terburu-buru. Rina segera mematikan televisi, merasa ada sesuatu yang tidak beres."Bu, kenapa? Ada apa?" tanya Rina dengan suara penuh kekhawatiran.Bu Ratna duduk di sebelah Rina, tangannya gemetar saat mencoba meraih tangan putrinya. "Rina, ada sesuatu yang harus Ibu sampaikan. Ini penting."Rina mengerutkan kening, merasa semakin cemas. "Apa itu, Bu? Ibu terlihat sangat terguncang."Bu Ratna menarik napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara. "Kamu tahu Aisyah, kan? Mantan istri Arman?"Rina mengangguk pelan. "Tentu, Bu. Tapi dia sudah pergi dari keluarga kita. Kenapa tiba-tiba membicarakannya?"Bu Ratna menatap Rina dengan mata yang penuh emosi—marah, bingung, dan takut bercampur jadi satu. "Rina, ternyata Aisyah adalah anak dari keluarga Hermawan."Rina terkejut, matanya membelalak. "Apa? Keluarga He

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 20. Kamu Itu Tidak Sendiri

    Bab 20. Kamu Itu Tidak SendiriSementara itu, di kantor, Aisyah sedang duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Pikirannya dipenuhi oleh kejadian di rapat tadi. Dia tahu bahwa Arman dan Farah tidak akan tinggal diam setelah dihadapkan pada bukti-bukti yang ia tunjukkan. Tapi dia juga tidak bisa membiarkan mereka merusak perusahaan ini lebih jauh.Tiba-tiba, teleponnya berdering. Aisyah melihat layar ponselnya dan melihat nama "Papa" terpampang di sana. Dia menghela napas sebelum akhirnya mengangkat telepon."Halo, Papa," sapa Aisyah, mencoba menyembunyikan kelelahan dalam suaranya."Aisyah, kamu masih di kantor?" tanya Hermawan, suaranya terdengar tegas."Ya, Papa. Ada apa?" tanya Aisyah, mulai merasa tidak nyaman."Kamu harus pulang sekarang. Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan," perintah Hermawan.Aisyah mengerutkan kening. "Papa, aku masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Bisakah kita bicara nanti?""Tidak, Aisyah. Ini penting. Pulang sekarang

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 19. Rencana Baru

    Bab 19. Rencana BaruFarah terdiam sesaat "Sebentar, biarkan aku berfikir dulu""Jangan sampai kita di pecat, aku baru saja bekerja disini!"Farah menghela nafas kencang "Aku juga sudah bekerja disini cukup lama, Arman! Jangan kamu pikir aku bisa tenang setelah mendengar ucapan Aisyah tadi.""Pokoknya, kita harus cari cara supaya kita selamat. Tapi bagaimana caranya?" Ucap Arman berusaha memikirkan solusi.Farah yang baru sadar terpikirkan sesuatu langsung tersenyum "Aku tau bagaimana caranya."Langkah Arman terhenti dan langsung menoleh padanya dengan penasaran "Apa itu?"Farah melipat tangannya di depan dada dan mengangkat dagunya "Minta bantuan pamanku. Dia pasti akan memberikan kita solusi."Arman berpikir sesaat "Boleh juga. Kamu benar." Tersenyum miring "semua orang pasti percaya pada kita jika Om Hendra berpihak pada kita""Tentu. Posisi Pamanku lebih tinggi, pastinya semua karyawan menghormati dia" ucap Farah dengan bangga.Arman mengangguk "Kalau begitu, kita harus segera mem

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 18. Sedikit Pelajaran

    Bab 18. Sedikit PelajaranPak Rahmat mengerutkan dahi "Jadi, bisa di katakan ada oknum yang ingin menghancurkan perusahaan kita?" Aisyah mengangguk "Betul, pak. Orang ini yang memiliki niat untuk menjatuhkan seseorang atau perusahaan kita. Lihat saja?" Menunjuk layar "Bagaimana mungkin orang yang bertanggung jawab atas perusahaan ini berani membuat perusahaan kita rugi? Bahkan lebih parahnya dia melakukan hal yang sangat tidak baik, karena tidak memikirkan nasib perusahaan dan supplier kita" Pak Rahmat terdiam sesaat "Memangnya apa yang telah ia lakukan, Bu Aisyah?" Aisyah menghela nafas panjang "Dia melakukan perubahan terhadap pemesanan bahan baku ke supplier kita yang biasanya dua puluh juta tiap pesanan di rubah menjadi dua ratu juta. Anda bisa memikirkan selanjutnya bukan? Keuangan kita bisa tidak stabil karena harus mengganti rugi bahan yang terbuang." Pak Rahmat terkejut "Ya ampun, itu sangat fatal! Dua puluh juta menjadi dua ratus juta sangatlah besar! Bagaimana bisa dia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status