Share

Bab 6. Drama di Kantor

Author: Qinoy
last update Last Updated: 2025-02-04 23:41:37

Bab 6. Drama di kantor

Mirna melangkah cepat keluar dari mobilnya, sepatu hak tingginya mengetuk lantai lobi kantor dengan ritme yang tegas. Tatapan matanya tajam, seolah menembus siapa pun yang berani menghalangi jalannya. Di tangannya, sebuah tas kulit mewah terayun ringan, kontras dengan atmosfer panas yang mulai terasa dari amarah yang ia pendam.

Farah berdiri di sudut lobi, pura-pura terkejut melihat kedatangan Mirna yang mendadak. Ia segera melangkah mendekat dengan ekspresi cemas yang sudah dipoles sempurna. "Bu Mirna! Astaga, saya tidak menyangka Ibu akan datang langsung."

Mirna menatap Farah dingin. "Bawa saya ke tempat suami saya sekarang."

Farah menunduk, menunjukkan kesopanan palsu. "Tentu, Bu. Mari ikut saya." Ia memimpin jalan menuju ruang kerja Hermawan, sesekali melirik ke belakang untuk memastikan Mirna masih mengikutinya. Senyum kecil muncul di bibirnya—sangat tipis, tetapi penuh kemenangan.

Di ruang kesehatan, Pak Hermawan berdiri dengan tangan di pinggang, berhadapan dengan seorang suster yang membawa map, seperti sedang menjelaskan sesuatu. 

Pintu terbuka lebar, dan Mirna melangkah masuk dengan aura mengintimidasi. Suara hak sepatunya bergema, membuat semua orang di ruangan itu menoleh. Hermawan menegang seketika, wajahnya berubah pucat melihat istrinya berdiri di ambang pintu.

"Mirna? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dengan nada yang tenang, meski sedikit terkejut. 

Mirna tidak menjawab. Tatapannya tajam, seperti pisau yang siap menembus. "Siapa yang sedang kau tunggu dan temani di ruang kesehatan ini, Hermawan?" tanyanya dingin, suaranya penuh tekanan.

Hermawan membuka mulut, tetapi sebelum ia sempat menjawab, Farah menyela dengan nada penuh keprihatinan. "Bu Mirna, maafkan saya. Saya tidak bermaksud mencampuri urusan pribadi Anda. Tapi saya rasa Ibu perlu tahu... wanita ini membuat keributan di kantor dan... kelihatannya ada sesuatu yang tidak pantas terjadi."

"Farah!" seru Hermawan dengan nada marah. "Jaga ucapanmu!"

Namun, Farah tidak mundur. Ia malah menundukkan kepala, seolah-olah merasa bersalah. "Maaf, Pak. Tapi saya hanya ingin melindungi nama baik Anda."

Mirna memandang suaminya dengan mata yang penuh curiga. "Jadi, apa yang sebenarnya terjadi, Hermawan? Apa benar seperti yang dikatakannya itu?"

Hermawan menggelengkan kepala dengan frustrasi. "Ini salah paham, Mirna. Wanita ini membutuhkan bantuan, dan aku hanya mencoba menolongnya. Tidak ada yang lebih dari itu."

Hendra, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Maaf, Pak Hermawan, tapi situasinya terlihat buruk. Anda tahu bagaimana gosip bisa menyebar. Kami hanya khawatir ini akan merusak reputasi perusahaan."

Mirna menghela napas panjang, mencoba mengendalikan emosinya. Namun, pikirannya sudah dipenuhi oleh kata-kata Farah dan Hendra. Wanita ini, siapa pun dia, jelas telah membawa kekacauan ke dalam hidupnya.

"Aku akan menjelaskan semuanya, Mirna. Tapi percayalah, tidak ada yang terjadi di sini." Jawabnya tenang. 

"Percaya?" tanya Mirna dengan nada mencemooh. "Percaya, setelah aku mendengar ini semua? Bagaimana aku bisa percaya, Hermawan?"

Hendra melirik Arman dan Farah, memberikan sinyal halus. Farah segera merespons, mendekati Mirna dengan langkah hati-hati. "Bu, mungkin kita bisa membicarakan ini secara pribadi. Saya yakin Bapak tidak bermaksud buruk, tetapi situasinya memang terlihat... kurang pantas."

Hermawan melangkah maju, berdiri di antara Mirna dan Farah. "Aku tidak akan membiarkan kalian memanipulasi ini lebih jauh. Wanita ini butuh bantuan, itu saja."

"Siapa dia, Hermawan?" Mirna bertanya lagi, kali ini suaranya meninggi. "Jika kau tidak menyembunyikan apa pun, kenapa kau begitu defensif?"

Ketika keributan semakin memuncak, pintu ruang kesehatan terbuka. Aisyah, yang sedang duduk di ruang sebelah, terkejut mendengar suara gaduh di luar. Dia melangkah mendekat, penasaran, dan segera terdiam di ambang pintu begitu melihat siapa yang ada di depan.

Mirna menatapnya dengan mata terbelalak. Dengan pandangan penuh kebencian, dia berbalik langsung melangkah maju, menatap Farah dan Hendra yang berdiri dekat Arman.

"Jadi, dia yang kalian maksud? Wanita yang membuat keributan itu?" suara Mirna seperti gemuruh petir. 

Mirna berdiri tegak, napasnya terengah-engah, amarahnya hampir meluap. Wajahnya memerah, otot-otot rahangnya tegang menahan kata-kata pedas yang siap keluar dari bibirnya. "Jangan kau kira aku bodoh, Farah!" serunya dengan suara yang semakin meninggi. "Kau benar-benar berani menuduh suamiku selingkuh! Apa kau pikir aku tidak bisa melihat niat busuk di balik setiap kata-katamu?"

Farah terlihat terdiam, tubuhnya sedikit gemetar, namun tetap berusaha menunjukkan ketenangan. "Bu Mirna, saya—" Farah mencoba berbicara, namun Mirna menoleh tajam, memotong kalimatnya.

"Diam!" kata Mirna dengan suara yang lebih dingin dari es, lalu menoleh ke arah Hendra. 

"Dan kau, Hendra," lanjut Mirna. "Sebagai seorang pria yang seharusnya tahu sopan santun, kau malah ikut-ikutan dalam permainan murahan ini? Apa yang kau harapkan dari semua ini? Kenaikan jabatan? Uang? Penghormatan?"

"Kalian semua benar-benar punya nyali besar, Dan lebih parahnya, kalian menggunakan anakku sebagai alat permainan kotor ini?"

Farah, Hendra dan Arman terkejut dengan pernyataan Bu Mirna yang mengatakan jika Aisyah adalah Anaknya

"Anak? Aisyah anak Ib__" Ucapan Arman belum selesai. 

"Iya, Aisyah anak saya, Arman!" Bu Mirna menatap Arman penuh kebencian. 

Suasana makin mencekam. Farah dan Hendra saling melirik, mencari cara untuk meredakan situasi, tapi keduanya tahu tidak ada yang bisa menghentikan Mirna saat ia sudah semarah ini.

Namun, tiba-tiba, suara Hermawan memecah keheningan. "Cukup!" katanya dengan nada tegas. Semua orang langsung diam, termasuk Mirna.

Hermawan maju ke tengah ruangan, berdiri di samping istrinya. "Kalian semua perlu tahu satu hal," katanya, menatap tajam ke arah Farah, Hendra, dan Arman. "Aisyah bukan sekadar anakku. Dia adalah masa depan perusahaan ini. Dan aku telah memutuskan, mulai hari ini, Aisyah akan menjadi Direktur Utama perusahaan cabang ini."

Farah tampak terkejut, wajahnya seketika memucat. Hendra mengerutkan alis, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Sementara itu, Arman terlihat seperti dihantam pukulan telak.

"Apa?" Farah akhirnya bersuara, suaranya bergetar. "Aisyah... direktur? Tapi, Pak Hermawan, saya pikir—"

"Kau tidak perlu berpikir, Farah," potong Hermawan dengan nada tajam. "Keputusan ini bukan untuk diperdebatkan."

Mirna menatap putrinya, matanya melembut sejenak sebelum kembali menatap Farah dan Hendra. "Kalian dengar itu? Aisyah adalah masa depan perusahaan ini. Jadi jika ada yang mencoba menjatuhkannya atau mencemarkan nama baik keluargaku lagi, aku tidak akan tinggal diam."

Farah hanya bisa menunduk. Hendra tidak berkata apa-apa, sementara Arman tetap berdiri di tempatnya, wajahnya menunduk penuh penyesalan.

Farah, Hendra, dan Arman perlahan keluar dari ruangan kesehatan, masing-masing dengan ekspresi berbeda. Farah tampak panik, Hendra terlihat marah, dan Arman... 

Related chapters

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 7. Kemarahan Farah

    Bab 7. Kemarahan FarahFarah melangkah masuk ke ruang kerjanya dengan penuh amarah. Tumit sepatu tingginya menghentak lantai marmer, suaranya menggema di sepanjang lorong. Begitu pintu tertutup, ia menatap Arman yang ada di belakangnya. "Arman!" serunya dengan nada tinggi. "Apa yang kau katakan waktu itu? Bahwa Aisyah hanya gadis sederhana yang tidak jelas asal-usulnya?"Arman tampak bingung sekaligus tegang mendengar nada Farah. "Farah, Tenang dulu—""Tenang?" Farah mendengus sinis, wajahnya memerah karena marah. "Kau pikir aku bisa tenang setelah ini? Kau tahu siapa Aisyah? Dia anak Pak Hermawan dan Bu Mirna! Kau sadar betapa bodohnya aku sekarang? Aku dan paman terancam di pecat!""Saat aku menikahinya, dia hanya gadis sederhana yang sangat mencintaiku. Bahkan wali nikahnya saja dulu ayahnya, dan itu lewat telepon. Aku tidak tahu apa-apa soal keluarganya." Ucapnya sambil mengingat -ingat. Farah melangkah mendekat, menatap Arman dengan penuh kekesalan. "Kau menikahi seorang wanita

    Last Updated : 2025-02-07
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 8. Direktur Utama

    Bab 8. Direktur UtamaSetelah Farah, Hendra, dan Arman meninggalkan ruangan, suasana di dalam menjadi sangat tegang. Aisyah berdiri mematung, matanya tertuju ke lantai, mencoba menghindari tatapan tajam dari Mama, ibu Mirna. Ibu Mirna melangkah mendekat, suaranya langsung menghentak. “Jadi, puas kamu sekarang? Sudah Mama bilang, Arman itu bukan pria yang pantas untukmu! Tapi apa? Kamu malah merajuk, melawan kami, bahkan rela menyembunyikan identitasmu demi pria itu! Sekarang apa yang kamu dapat, hah? Dibuang? Direndahkan?!”Aisyah hanya diam, menunduk lebih dalam. Tenggorokannya tercekat, tetapi ia tidak bisa membalas.Ibu Mirna, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Amarah dan kecewa terpancar dari setiap kata yang keluar. “Kamu itu pintar, kamu kaya, kamu punya segalanya, Aisyah. Tapi kamu malah memilih jadi lemah dan miskin demi pria seperti Arman. Demi cinta? Kamu kira cinta itu cukup?”“Mama...” Aisyah akhirnya berbisik, suaranya lirih. “ Dulu aku hanya ingin dicintai dengan tulu

    Last Updated : 2025-02-08
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 9. Fakta Yang Mengejutkan

    Bab 9. Fakta yang MengejutkanSesampainya di rumah, Bu Mirna sudah menunggu mereka di ruang tamu, dengan secangkir teh di tangan dan ekspresi angkuh yang menjadi ciri khasnya. Ketika melihat Farah dan Arman masuk, dia segera meletakkan cangkirnya."Kalian sudah pulang?" tanya Bu Mirna dengan senyuman.Farah langsung duduk di sofa tanpa diundang, sementara Arman berdiri di dekat pintu, masih tampak ragu. "Bu," kata Farah pelan. Bu Mirna menaikkan alisnya. "Ada apa?"Sambil memegang lengan Bu Mirna, Farah mencondongkan sedikit wajahnya "Direktur utama perusahaan tempat saya bekerja adalah Aisyah. Mendengar nama itu, ekspresi Bu Mirna berubah seketika. Bibirnya mengerucut, dan matanya menyipit tajam. "Aisyah? Apa urusannya dia dengan perusahaanmu?"Farah menelan ludah sebelum menjawab. "Dia... direktur utama Amarta Group, Bu. Dan dia... anak keluarga Hermawan."Untuk beberapa detik, waktu seolah berhenti. Matanya membelalak, menatap Farah seperti tidak percaya. "Apa... apa kamu bilang

    Last Updated : 2025-02-10
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 10. Langkah Pertama

    Bab 10. Langkah Pertama Setelah pengumuman besar itu, suasana di ruang rapat perlahan kembali tenang. Namun, Aisyah dapat merasakan adanya sikap dingin yang terpendam pada beberapa anggota keluarga besar Amarta Group, terutama dari Farah dan Hendra. Mereka jelas tidak senang dengan keputusan ini, tetapi tidak ada seorang pun yang berani menentang Pak Hermawan secara langsung.Setelah pertemuan berakhir, para peserta mulai meninggalkan ruangan. Beberapa karyawan menghampiri Aisyah dan mengucapkan selamat dengan senyuman formal. Namun, dia tahu bahwa banyak dari mereka masih meragukan kemampuannya.“Selamat ya, Presiden Direktur,” sapa Farah dengan nada sinis saat mereka berpapasan di pintu keluar. "Tetapi jangan lupa, ini baru permulaan. Posisinya berat, dan tidak semua orang cukup kuat untuk mempertahankannya.”Aisyah menatap Farah sambil tersenyum tenang. "Terima kasih atas pengingatnya, Farah." Saya yakin bahwa dengan kerja keras dan dukungan tim, saya dapat melalui ini. Oh, dan te

    Last Updated : 2025-02-11
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 11. Fitnah

    Bab 11. Fitnahkantor Amarta Grup, atmosfer mulai berubah. Bisikan-bisikan tentang Aisyah terdengar di mana-mana. Beberapa karyawan berkumpul di pantry, membahas berita yang mereka dengar.“Aku dengar dia cuma jadi direktur utama karena dia anaknya Pak Hermawan. Kalau bukan anak pemilik, mana mungkin dia dipilih?” ujar seorang karyawan wanita.“Benar! Apalagi yang ku dengar dia cuma kerja sebagai ibu rumah tangga saja. Gimana bisa seseorang yang nggak punya pengalaman langsung memimpin perusahaan sebesar ini?” balas rekannya.Sementara itu, di ruangannya, Aisyah mencoba fokus pada dokumen di depannya. Namun, ia tidak bisa mengabaikan tatapan-tatapan aneh dari rekan kerjanya yang melintas di luar ruangan.Ketukan di pintu membuyarkan pikirannya. “Masuk,” ujarnya.Rani, asistennya, melangkah masuk dengan wajah ragu. “Bu Aisyah, saya perlu memberitahu sesuatu.”Aisyah menatap Rani dengan tajam. “Apa yang terjadi, Rani?”“Saya dengar beberapa orang di kantor mulai membicarakan hal-hal tida

    Last Updated : 2025-02-14
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 12. Berita Buruk Terus Menyebar

    Bab 12. Berita Buruk Terus MenyebarPagi hari itu, Aisyah melangkahkan kakinya memasuki gedung perkantoran seperti biasanya, tenang dan penuh wibawa, namun tidak dengan semua karyawan yang melihat kedatangannya. Tatapan yang sebelumnya terlihat menghormati posisi nya kini berubah menjadi sinis, penuh kebencian dan rasa heran yang jelas di mata mereka. "Lihat, tuh, ibu rumah tangga yang mandul berlaga mau ngurus perusahaan ini." Bisik karyawan lain kepada temannya. Temannya menatap Aisyah jijik "Aku heran kenapa bisa pak Hermawan sampai yakin dan percaya kalau wanita kaya dia bisa pegang kendali bisnis ini, dari keliatannya aja gak meyakinkan banget.""Gak mungkin kalau pak Hermawan mau hancurin usaha kita dengan jadiin anaknya sebagai direktur utama kan? Dia harusnya tau kalau pegang perusahaan gak sama kaya ngurus rumah." Karyawan itu mengangkat bahu "Gak tau lagi apa yang di pikirin pak Hermawan soal dia. Udah cuma pernah jadi ibu rumah tangga, di tambah di ceraiin suaminya kare

    Last Updated : 2025-02-16
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 13. Diam Bukan Berarti Lemah

    Bab 13. Diam Bukan Berarti LemahHermawan terduduk di ruangannya di jam istirahat tengah melihat tren dan informasi mengenai pasar di sosial media. Jempolnya terus menggulir layar, dengan tatapan seriusnya membaca segala hal soal perkembangan keuangan yang ada."Sekarang orang kebanyakan lebih memutuskan via online untuk pembayaran apapun, ya." Gumamnya, saat melihat sebuah postingan.Layarnya beralih ke whatsapp grub cabang dan melihat berita terbaru. Tiba-tiba jempolnya terhenti saat melihat sebuah ketikan yang hampir mirip seperti sebuah proposal yang membuat jantungnya berdetak kencang sesaat.Dahi Hermawan mengkerut "Nepotisme dan Mandul: Kisah Anak Pemilik yang Menjadi Direktur tanpa Kompetensi?" Ia menggulir layar untuk melihat isi ketikan itu dengan seksama.Hermawan selalu punya cara untuk mengawasi anak buahnya dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan bergabung ke semua grup WhatsApp memakai nomor berbeda dengan nomer handphonenya yang sesungguhnya.Saat membaca keti

    Last Updated : 2025-02-18
  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 14. Laki-Laki Misterius

    Bab 14. Laki-Laki Misterius"Farah.." ucap Aisyah dalam hati. Ia bergeleng "Lain kali, saya minta kalau ada yang mengatakan hal semacam ini lagi, bicarakan dengan saya pribadi. Saya tidak mau ada kekeliruan infomasi seperti ini lagi, laporan keuangan kita bisa kacau." Menatap semua karyawan dengan tegas "Dan ini berlaku pada divisi apapun, selalu konfirmasi kan pada saya sebelum memutuskan. Mengerti?"Semuanya mengangguk "Mengerti."Aisyah mengangguk "Baik, kita lanjutkan"Karyawan lain mengangkat tangan.Aisyah menatapnya "Ada pertanyaan?""Saya ingin memastikan sesuatu, karena seperti yang kami tau tentang rumor, apakah anda yakin bisa membuat perusahaan ini lebih baik? Mengingat anda sebelumnya tidak memiliki pengalaman kerja." Ucapnya dengan tatapan yang sedikit sinis.Aisyah menghela nafas berusaha tenang "Jika kalian lebih mengandalkan pengalaman dari pada pemahaman, saya akan mengerti mengapa kalian meragukan saya. Namun alian perlu ingat, bahwa terkadang memahami segala hal le

    Last Updated : 2025-02-19

Latest chapter

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 26. Rencana Kotor Dimulai

    Bab 26. Rencana Kotor DimulaiHendra menyilangkan tangan di depan dada, menatap Farah dan Arman dengan senyum tipis."Aku punya beberapa kontak di bagian IT," katanya pelan. "Kita bisa 'menyesuaikan' rekaman CCTV sedikit. Dan log keuangan Arman? Kita bisa membuatnya tampak seperti kesalahan sistem."Farah dan Arman saling bertukar pandang. Mata Farah berbinar, tetapi Arman terlihat lebih ragu."Serius, Paman?" tanya Farah, suaranya setengah berbisik."Tentu," jawab Hendra santai. "Kau pikir selama ini aku bisa bertahan di posisi ini hanya dengan bekerja jujur?"Arman menelan ludah. "Tapi… bukankah itu berbahaya? Jika Aisyah menemukan celah sedikit saja, kita bisa tamat."Hendra menatapnya tajam. "Kalau begitu, kita pastikan tidak ada celah."Farah tersenyum licik. "Aku suka idenya. Kita buat Aisyah terlihat seperti orang bodoh."Hendra berjalan mendekat, menepuk bahu keponakannya. _"Bagus. Kita tidak hanya akan menghapus jejak kalian, tapi juga mengalihkan perhatian.""Maksud Paman?"

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 25. Bella

    Bab 25. BellaBella duduk di meja kerjanya, menyilangkan kaki dengan anggun sementara matanya yang tajam memperhatikan ruangan luas tempatnya bekerja. Sejak awal, Bella tahu dia punya keuntungan besar dibandingkan karyawan lain. Dia tidak perlu bekerja terlalu keras, dan semua orang di kantor tahu dia "istimewa." Tidak ada yang berani menentangnya, terutama karena rumor yang beredar—bahwa orang tua Bella dan keluarga Rendra menginginkan mereka bersama.Bella bukan wanita biasa. Dia tahu apa yang diinginkannya, dan dia tahu bagaimana cara mendapatkannya. Sejak dulu, dia sudah terbiasa hidup dalam kemewahan. Pergaulannya selalu terbatas pada orang-orang kelas atas—miliuner muda, pengusaha sukses, dan pria-pria berkuasa yang bisa membukakan jalan baginya untuk hidup tanpa perlu bersusah payah.Sebagai seorang sosialita, Bella menguasai seni berbicara, menggoda, dan membuat dirinya selalu menjadi pusat perhatian. Penampilannya selalu sempurna—gaun mahal yang pas di tubuh rampingnya, tas

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 24. Bukan Wanita Lemah

    Bab 24. Bukan Wanita LemahRendra duduk tegak di kursinya, telinganya masih menempel pada ponsel. Suara berat dari seberang terdengar tegas namun berhati-hati.“Tuan, situasi di Amarta Grup semakin buruk. Direktur utamanya, Aisyah, sedang dihujani fitnah dari berbagai arah.”Rendra menyipitkan mata. “Fitnah apa?”“Beberapa direksi senior dan pemegang saham menudingnya sebagai hasil nepotisme. Mereka beranggapan Aisyah tidak pantas memimpin, hanya dipilih karena dia putri Pak Hermawan. Padahal, kemampuan Aisyah sebenarnya cukup baik, hanya saja dia tidak pernah benar-benar menonjol sebelum ini.”Rendra mendengus pelan, mengetukkan jarinya ke meja. “Dan siapa yang paling vokal menentangnya?”“Farah dan pamannya, Hendra. Hendra merasa dia lebih berhak atas posisi itu dibandingkan Aisyah. Mereka berusaha mempengaruhi pemegang saham agar mencabut kepercayaan terhadap Aisyah.”Mata Rendra semakin tajam. “Ada alasan konkret atau hanya sekadar ambisi?”“Mereka memanfaatkan skandal. Ada dugaan

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 23. Omong Kosong

    Bab 23. Omong Kosong"Sayur.. sayur.." ucap seorang bapak-bapak pedagang yang sedang berjalan sambil mendorong gerobak sayur.Bu Ratna keluar dari rumah "Beli, pak" menutup pintu rumah dan mendekati tukang sayur dengan senyuman ramahnya.Tukang sayur menghentikan langkahnya "Akhirnya ada yang beli juga. Mau beli apa, Bu?" Mengusap keringat yang ada di pelipisnya dengan handuk kecil di lehernya.Bu Ratna mulai memilih sayuran yang ada di gerobaknya "Sebentar, pak, mau pilih dulu biar enak nanti."Tukang sayur tersenyum "Oh, silahkan atuh.""Lagi beli sayur juga, bu Ratna?"Suara familiar itu membuat gerakan Bu Ratna terhenti di ikuti raut wajah yang sedikit terlihat tidak ramah "Iya." Melirik Bu Siti sesaat "Beli juga, Bu?" Tersenyum tipis.Bu Siti mengambil sebungkus sayur asem mentahan dan memperhatikannya "Iya, Bu, biasa kan kita harus masak buat keluarga" tertawa kecil. "Dan Bu Ratna juga ya? Dulu biasanya Aisyah yang beli keperluan dapur ke pasar atau ke bapak ini, benar kan pak?"

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 22. Gosip

    Bab 22. GosipKeesokan harinya, Bu Ratna dan Rina memutuskan untuk berbicara dengan Arman. Mereka tahu mereka harus melakukan sesuatu sebelum semuanya terlambat."Arman, kita harus bicara," kata Bu Ratna dengan suara tegas.Arman yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, merasa terganggu. "Apa lagi, Bu? Aku sedang sibuk."Bu Ratna tidak peduli. "Ini tentang Aisyah. Kita harus melakukan sesuatu sebelum dia menghancurkan kita."Arman menghela napas, "Bu, Farah dan aku sudah punya rencana. Ibu nggak perlu khawatir.""Rencana? Rencana apa? Apa yang bisa kalian lakukan sekarang? Aisyah sudah jadi direktur utama, Arman." Jawabnya penuh kekhawatiran.Arman menggelengkan kepala, mencoba menenangkan ibunya. "Ibu, Farah sudah punya strategi. Dia bilang kita harus bermain cerdas. Aisyah mungkin punya kekuatan, tapi dia juga punya kelemahan. Farah sudah tahu cara memanfaatkan itu."Rina yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. "Bang, apa rencananya? Apa yang bisa Farah lakukan? Dia cuma bawahannya

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 21. Nasi Sudah Menjadi Bubur

    Bab 21. Nasi Sudah Menjadi BuburRina, adik Arman, sedang asyik menonton serial drama favoritnya di ruang keluarga ketika Bu Ratna tiba-tiba masuk dengan wajah pucat dan langkah yang terburu-buru. Rina segera mematikan televisi, merasa ada sesuatu yang tidak beres."Bu, kenapa? Ada apa?" tanya Rina dengan suara penuh kekhawatiran.Bu Ratna duduk di sebelah Rina, tangannya gemetar saat mencoba meraih tangan putrinya. "Rina, ada sesuatu yang harus Ibu sampaikan. Ini penting."Rina mengerutkan kening, merasa semakin cemas. "Apa itu, Bu? Ibu terlihat sangat terguncang."Bu Ratna menarik napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara. "Kamu tahu Aisyah, kan? Mantan istri Arman?"Rina mengangguk pelan. "Tentu, Bu. Tapi dia sudah pergi dari keluarga kita. Kenapa tiba-tiba membicarakannya?"Bu Ratna menatap Rina dengan mata yang penuh emosi—marah, bingung, dan takut bercampur jadi satu. "Rina, ternyata Aisyah adalah anak dari keluarga Hermawan."Rina terkejut, matanya membelalak. "Apa? Keluarga He

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 20. Kamu Itu Tidak Sendiri

    Bab 20. Kamu Itu Tidak SendiriSementara itu, di kantor, Aisyah sedang duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Pikirannya dipenuhi oleh kejadian di rapat tadi. Dia tahu bahwa Arman dan Farah tidak akan tinggal diam setelah dihadapkan pada bukti-bukti yang ia tunjukkan. Tapi dia juga tidak bisa membiarkan mereka merusak perusahaan ini lebih jauh.Tiba-tiba, teleponnya berdering. Aisyah melihat layar ponselnya dan melihat nama "Papa" terpampang di sana. Dia menghela napas sebelum akhirnya mengangkat telepon."Halo, Papa," sapa Aisyah, mencoba menyembunyikan kelelahan dalam suaranya."Aisyah, kamu masih di kantor?" tanya Hermawan, suaranya terdengar tegas."Ya, Papa. Ada apa?" tanya Aisyah, mulai merasa tidak nyaman."Kamu harus pulang sekarang. Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan," perintah Hermawan.Aisyah mengerutkan kening. "Papa, aku masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Bisakah kita bicara nanti?""Tidak, Aisyah. Ini penting. Pulang sekarang

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 19. Rencana Baru

    Bab 19. Rencana BaruFarah terdiam sesaat "Sebentar, biarkan aku berfikir dulu""Jangan sampai kita di pecat, aku baru saja bekerja disini!"Farah menghela nafas kencang "Aku juga sudah bekerja disini cukup lama, Arman! Jangan kamu pikir aku bisa tenang setelah mendengar ucapan Aisyah tadi.""Pokoknya, kita harus cari cara supaya kita selamat. Tapi bagaimana caranya?" Ucap Arman berusaha memikirkan solusi.Farah yang baru sadar terpikirkan sesuatu langsung tersenyum "Aku tau bagaimana caranya."Langkah Arman terhenti dan langsung menoleh padanya dengan penasaran "Apa itu?"Farah melipat tangannya di depan dada dan mengangkat dagunya "Minta bantuan pamanku. Dia pasti akan memberikan kita solusi."Arman berpikir sesaat "Boleh juga. Kamu benar." Tersenyum miring "semua orang pasti percaya pada kita jika Om Hendra berpihak pada kita""Tentu. Posisi Pamanku lebih tinggi, pastinya semua karyawan menghormati dia" ucap Farah dengan bangga.Arman mengangguk "Kalau begitu, kita harus segera mem

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 18. Sedikit Pelajaran

    Bab 18. Sedikit PelajaranPak Rahmat mengerutkan dahi "Jadi, bisa di katakan ada oknum yang ingin menghancurkan perusahaan kita?" Aisyah mengangguk "Betul, pak. Orang ini yang memiliki niat untuk menjatuhkan seseorang atau perusahaan kita. Lihat saja?" Menunjuk layar "Bagaimana mungkin orang yang bertanggung jawab atas perusahaan ini berani membuat perusahaan kita rugi? Bahkan lebih parahnya dia melakukan hal yang sangat tidak baik, karena tidak memikirkan nasib perusahaan dan supplier kita" Pak Rahmat terdiam sesaat "Memangnya apa yang telah ia lakukan, Bu Aisyah?" Aisyah menghela nafas panjang "Dia melakukan perubahan terhadap pemesanan bahan baku ke supplier kita yang biasanya dua puluh juta tiap pesanan di rubah menjadi dua ratu juta. Anda bisa memikirkan selanjutnya bukan? Keuangan kita bisa tidak stabil karena harus mengganti rugi bahan yang terbuang." Pak Rahmat terkejut "Ya ampun, itu sangat fatal! Dua puluh juta menjadi dua ratus juta sangatlah besar! Bagaimana bisa dia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status